27. Tsesarevich

4 2 0
                                    

"Tsesarevich?"

Yseult sangat bingung sekarang, dia melirik Soren yang menunduk begitu dalam.

"Soren ..."

"Nona, aku bersumpah tidak tahu menahu apapun tentang ini." Soren putus asa, dia tidak yakin apakah Yseult akan mempercayainya.

Wanita berambut kelabu itu menghela nafas panjang. Hidupnya sungguh dipenuhi dengan orang-orang pewaris tahta. Dan sekarang apalagi? 

Dua jam sebelumnya.

Yseult memutuskan untuk menghadapi situasi tadi dengan kooperatif. Dia mempercayai, Soren.

Kaan, yang masih tertidur dibawa dengan masih bergelung selimut. Soren berjalan lebih pelan dari Yseult karena masih merasa bersalah.

Dia beberapa kali tertangkap melirik Yseult. Didalam hatinya ia khawatir akan reaksi istrinya itu jika saja sudah mengetahui informasi yang sebelumnya sudah diberitahukan padanya juga.

Di kegelapan malam, dengan kereta rusa mereka dibawa melewati jalan-jalan kota hingga hutan-hutan pinus yang tertutup pasir putih.

Selain Soren, Yseult juga mendapati kedua pria tua dan wanita yang Soren kenal wajahnya serupa dengan sang ibu, meliriknya penuh senyuman.

"Apa yang sebenarnya sedang kalian pikirkan itu?"Ucap Yseult langsung pada intinya.

Pria berjenggot putih tersenyum lebar dan tulus, "Saya senang cucuku memiliki istri yang bisa melindunginya seperti ini."

Rasanya ada yang terbalik. 

"Ayah~" Lirih bibi Soren, "Maafkan dia, Nona. Tetapi, keluarga kami memang sangat menjunjung kesederhanaan. Semakin sederhana seseorang, akan semakin pasif dia, juga semakin kuat Magia yang diciptakan."

Sebelum Yseult bertanya lebih lanjut, bibi Soren itu melanjutkan. "Mungkin, di Yeaston disebut dengan sihir. Tetapi, di Basinscar berkat dewa disebut sebagai Magia. Jika sihir Yeaston memiliki rupa awal api, Magia Basinscar berupa es."

Es? Labradorite Soren itu Es?

"Bentuknya memang mirip permata, tetapi wujud pertamanya adalah es." 

Yseult, melihat mata itu lebih dalam, "Lalu memangnya kenapa jika dia tidak pasif dan kuat?"

Bibi Soren tertawa kecil, "Itulah yang ingin kami bicarakan denganmu."

Lirikan maut Yseult layangkan pada Soren, sang tertuduh hanya semakin menundukkan kepalanya. Sementara di hadapannya, sang kakek semakin bahagia, seolah bunga-bunga bermekaran disana.

Mereka sampai setelah beberapa waktu berlalu. Di depan sebuah gerbang besar, ada kediaman keluarga Soren. 

Bangunan besar dengan temaram lampu itu berwarna merah pucat. Menara-menara dengan kerucut tinggi sudah tertutupi oleh salju. Bahkan di jam segini, orang-orang yang terlihat seperti penjaga masih membersihkan halaman. Kediaman ini jauh lebih mewah dari milik keluarganya di Betuthia. Namun, tetap dengan aksen kebudayaan berbeda juga, jadi tidak begitu bisa dibandingkan.

Mereka bangsawan ternyata.

Baru saja mereka semua keluar dari kereta rusa, angin berhembus membawa hujan salju yang semakin lebat. Kakek Soren memerintahkan semua orang untuk segera berlindung dan meninggalkan pekerjaan mereka. 

Dia seorang diri berdiri di halaman sesaat sebelum kedua tangannya perlahan naik, bersamaan dengan dinding-dinding batu topaz biru. Hujan salju perlahan memudar karena seluruh 'kediaman' itu dilindungi oleh Magia kakek Soren.

The Origin Of King KaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang