23. Dirty Jawel and The Dungeon

14 3 3
                                    

Soren menggenggam erat tanah kering dibawah tubuhnya.

Hampir saja dia lupa jika Yseult itu secara hukum masih istrinya. Dia hampir menyalah pahami situasi ini sebagai pembegalan ditengah hutan.

Tekanan yang diberikan Yseult bahkan hanya dari tatapannya saja, sudah membuat kaki Soren lemas.

Tetapi Kaan bersamanya, setidaknya dia harus berusaha untuk tidak terkena serangannya.

"Ayo ... mau ku antar pulang?" Yseult menyeringai seolah menikmati perannya.

Soren mengerejap beberapa kali sebelum berbisik, "... Nona, tenanglah sedikit. Yang barusan hampir saja tidak bisa kuhindari"

Hal yang menakutkan adalah Soren tidak bisa melindungi Kaan.

"Hah? Usahalah sendiri jika tidak mau terluka. Jangan pernah meminta pada musuhmu untuk sebuah rasa kasihan!"

Yseult melemparkan pedangnya tepat di antara kedua kaki Soren. Mantel bagian belakangnya sedikit sobek karena itu.

Sedang sosoknya melaju dengan sebuah kepalan tangan. Soren menghindar di detik-detik terakhir. Dia berguling kearah kanan dengan Kaan, dan total merobek mentelnya yang tertancap pedang Yseult.

Dengan terpogoh, Soren menuruni area tinggi menuju tempat yang lebih luas.

Semakin ia berlari, pohon-pohon ini semakin terasa ramai dan lebat. Mereka seolah bersenda gurau dengannya, berteriak-teriak dengan ranting mereka yang tertiup angin.

Beberapa gagak juga mulai datang dan menambah riuh suasana sepi hutan itu.

Kaan memunculkan kepalanya, mengintip kearah belakang Soren.

"Nona penjahat ada disana! Kakak! Dia ada diatas pohon!"

Kaan berteriak, dia seolah menjadi mata ketiga yang muncul dibelakang tubuhnya.

Soren berhenti dan melompat kearah belakang.

Benar saja, Yseult turun seperti tadi dari atas pohon, namun kali ini langsung menyerang Soren dengan beberapa pukulan.

Tidak sempat berlatih apapun, Soren tidak bisa selain menerima atau paling tidak mencoba menghindari Yseult.

Namun, semakin diterima, Soren sadar jika Yseult menargetkan Kaan untuk dia pukul.

Soren mau tak mau menerima semua pukulan yang mengarah pada Kaan. Sambil masih mencoba mencari celah untuk kabur.

"Sombong sekali, sudah merasa bisa menahan semuanya, hmh?" Dengan kalimat itu , Yseult menendang kuat bagian samping kepala Soren.

Pemuda anak Raja ini sempat menahannya sedikit dengan lengannya. Meski begitu ia tetap merasakan pusing yang hebat di kepalanya.

Soren yakin dia geger otak ringan. Memangnya apalagi yang bisa menjelaskan rasa sakit ini.

Melihat kakaknya meringis menahan rasa sakit, Kaan melonggarkan pelukannya dan berbalik ke arah Yseult.

"Jangan sakiti, kakakku!" Tangisan anak-anaknya pecah.

Kaan memiliki sifat cengeng, namun dia tetap melebarkan tangannya berusaha melindungi Soren yang sesaat hilang perhatian itu.

Dengan langkah kecil, Yseult mendekat dan memasukkan kembali pedangnya. Matanya berhenti pada sorot mata Kaan yang ketakutan.

Anak itu masih menangis, wajahnya merah padam, bagi Yseult dia mungkin kemarahan kecil yang tidak merusak.

Yseult menyunggingkan sebelah bibirnya kemudian mendekat sampai selisih jarak mereka hanya satu langkah.

The Origin Of King KaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang