18 Fana

9 0 0
                                    


Raya berjalan cepat, ia tidak ingin bertemu dengan orang itu namun naas takdir berkata lain tangannya lebih dulu dijangkau dan membuatnya terpaksa untuk berhenti. Kejadian yang tiba-tiba itu tertangkap oleh Rio yang juga berdiri tak jauh dari mereka. 

"Lepasin!" ucap Raya tak suka menarik tangannya. 

"Aku mau ngomong dengan kamu Ay" ucap pria bertubuh jakun itu dengan nada lembut. 

"Aku nggak kenal dengan kamu jadi lepasin!"

"Aku mohon Ay, ngomong bentar aja" ucap pria itu memohon dengan nada memelas namun Raya tak terusik ia semakin kuat untuk lepas dari jeratan tangan pria itu dan membuat mereka menjadi pusat perhatian sampai dan tiba-tiba Reza datang dan menarik Raya hingga pegangan pria itu terlepas lalu membawa Raya dibelakang tubuhnya. 

"Kamu nggak papa Ray?" ucap Reza memastikan Raya lebih dulu, Raya mengangguk sebagai jawaban. 

"Anda siapa?" pria yang menarik Raya tadi memulai pertanyaannya merasa tidak suka dengan kehadiran Reza yang tiba-tiba. 

"Saya yang harusnya bertanya, siapa anda?" suasana mulai berubah mencekam Reza dan pria itu terlihat sama-sama memendam kekesalan didiri mereka apalagi ditambah dengan image dingin dari keduanya.

"Saya Revano, mantan Raya" ucap pria itu dengan menekankan kata mantan diakhir kalimatnya.

Reza menyunggingkan bibirnya. "Mantan? perkenalkan saya Reza pacar Raya" ucap Reza yang tentu membuat Raya melotot tak percaya bahkan Rio yang berdiri tak jauh dari mereka ikut terkejut dengan ucapan tak masuk akal dari Reza.

"Pacar? nggak mungkin! Raya masih cinta sama gue" 

"Cinta! gila lo! mana mau gue cinta sama pria yang nggak cukup dengan satu perempuan seperti lo!" teriak Raya yang tak suka dengan ucapan Revan yang mengatakan dia masih mencintai pria itu. 

"Ray gue bisa jelasin-- Revan hendak menarik Raya dari Reza namun badan gapura Reza mampu menahan pria itu bahkan membuat pria itu terjatuh karena senggolan darinya. 

"Jangan sentuh milik saya!" ucap Reza dengan nada dinginnya yang tentu membuat nyali Revan ciut olehnya. 

Namun perkataan singkat yang Reza ucapan barusan juga mampu membuat Raya meleleh dibelakangnya . Raya paham mungkin Reza melakukan ini agar Raya aman dari Revan namun tidak taukah Reza bahwa ini juga mampu mempercepat kematiannya karena jantungnya yang terus berdetak cepat tak karuan dari tadi. 

Revan berdiri "Aku nggak percaya kalian pacaran! kalian pasti bohong kan"

Reza menyunggingkan bibirnya, "Kenapa mau bukti?" Lalu pria itu membalik tubuhnya dan menarik tengkuk Raya dan kini wajah mereka hanya berjarak beberapa senti "Maaf Ray" ucap Reza lalu menempelkan bibirnya pada Raya. 

Kejadian yang tiba-tiba ini membuat kehebohan dikapal keduanya menjadi pusat perhatian bahkan kelima temannya yang lain ikut melihat kejadian itu yang tentu membuat mereka terkejut bukan main. Reza mencium Raya itu yang sedang mereka lihat, kejadian yang singkat itu mampu membuat beberapa hati terluka.

Reza melepas ciumannya, "Jangan ganggu Raya, sekali lagi saya lihat kamu dekat dengan Raya saya pastikan itu hari terakhirmu" ucap Reza dengan aura mengintimidasinya bahkan Revan yang terkenal jago dalam bertarung ciut nyalinya saat berhadapan dengan Reza.

Setelah itu Reza menarik Raya menjauh dari keramaian sampai keduanya berada ditempat yang sepi baru Reza melepas tangan Raya. 

"Ray maaf ya soal kejadian tadi"

Raya masih di dalam mode diam otaknya sedang berpikir keras mencerna kejadian yang baru saja terjadi.

"Raya" Panggil Reza dengan menepuk bahu Raya pelan memanggil gadis itu berulang kali.

"Iya Za?"

"Maaf soal tadi"

"Hm.. i-iya" jawab Raya terbata-bata. 

"Makasih ya Za sudah bantu aku, aku mau ke kamar mandi dulu" ucap Raya sebelum pergi. Menjauh dari Reza adalah pilihan yang tepat.

 Ditempat lain Vani, Aul, gavin, Rio dan Angga masih dalam mode diam duduk bersama dikursi kantin tempat tadi mereka makan malam. 

"Sejak kapan mereka pacaran?" pertanyaan pendek itu menyimpan perasaan tersirat dari Vani. 

"Kalian tau kalau Raya sama Reza pacaran selama ini??" tambahnya sedangkan ke empat temannya hanya diam mereka juga sama-sama tidak tau tentang hubungan Raya dan Reza. 

"Rio lo tau?" Karena tidak mendapat jawaban Vani langsung menodong pertanyaan pada Rio, orang yang paling dekat dengan Reza.

"Ri tolong jawab gue!" Vani prustasi Rio juga tak menjawabnya.

"Gue juga nggak tau Nad mereka pacaran atau nggak!" jawab Rio kemudian. 

"Kalian bohong kan! kalian pasti tau Raya dan Reza pacaran selama ini dan kalian sengaja nutupin dari gue!" teriak Vani sembari menangis, gadis itu sudah tidak sanggup menyembunyikan perasaan kekecawaannya lagi dia merasa dikhianati  bahkan dari orang terdekatnya. 

"Vani tenang, kami juga nggak tau tentang hubungan Raya dan Reza. Kami jujur Van nggak bohong" ucap Aul mencoba menenangkan Vani yang mulai tak terkendali. Aul merangkul Vani yang terus menangis. 

Raya melihat kejadian itu sekarang ia masih belum sanggup menjelaskan pada teman-temannya ia memilih untuk pergi ke kamar dan mengunci diri didalam sana. Sedangkan Reza pria itu masih di sisi kapal dengan perasaan kalut di dalam dirinya. 

"Bodoh! kenapa aku ngelakuin itu tadi!" ia meraup wajahnya kasar bingung dengan perasaannya sendiri. 

Di kamar Raya menangis ia ikut sedih saat melihat Vani tadi perasaan bersalah menjalar dalam dirinya bahkan ini bukan fakta sebenarnya saja bisa membuat Vani meraung seperti itu bagaimana jika benar ia dan Reza berhubungan. Raya bingung memberi penjelasan pada Vani nantinya. 

"Apa gue sama dia emang bukan jodoh ya"

"Kenapa buaya itu muncul sii kan kejadian jadi gini! kalau aja dia nggak datang tadi pasti Reza juga nggak ngelakuin i-- Raya menjeda ucapannya ia mengingat kembali kejadian beberapa jam yang lalu saat bibirnya dan Reza menyatu dalam detik yang sama jantung Raya berdebar cepat, bohong rasanya jika ia tak suka nyatanya hatinya berbunga-bunga saat mengingat itu. 

"Faktanya gue merasa berterimakasih dengan kehadiran buaya itu" ucap Raya pelan dengan tangannya mulai merangkak menyentuh bibirnya.

"Rasanya nano-nano.. akhh.." ia menutupi kepalanya dengan bantal memilih tengkurap dan berteriak di dalam sana agar orang tak mendengar suara bahagianya yang terdengar bodoh. 

Terimakasih pada semesta bahwa takdir yang bahkan tidak jelas alurnya ini merasa ruwet setiap harinya namun menemukan keindahan fana membuat yang berharap merasa bahagia walau hanya dengan ketidakpastian yang terus merenggut hati yang tak berpunya namun berharap akan adanya feedback dari yang dilangitkan - Raya



10 Hari Mengejar Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang