15 Langit Dermaga

4 0 0
                                    

Ketika semua temannya melaksanakan shalat subuh di masjid, Raya yang sedang tidak shalat  memilih untuk mempersiapkan sarapan. Ia membentangkan karpet yang ia bawa dari rumah di  pondopo masjid, untung saja pondopo tersebut bersih dan juga penerangannya sangat baik. Setelah membentangkang karpet Raaya mengeluarkan roti, selai, susu, buah, mie seduh dan tak lupa termos elektrik yang bisa memanaskan air yang sebelumnya sudah lebih dulu Raya cas saat dirumah. 

Selagi menunggu temannya selesai shalat Raya memanaskan air lebih dulu dan mulai menyeduh tes ke dalam teko plastik yang ia bawa. selain itu Raya juga mengolesi beberapa lembar roti siap santap. 

 Beberapa saat kemudia Reza dan teman-teman lainnya mulai satu persatu berkumpul di pondopo tempat Raya duduk. 

"Wahh, nona Raya buat ape ni?" ucap Angga yang datang bersama dengan Rio.

"Ayo duduk sarapan dulu" jawab Raya

"Lo siapin semua sendiri Ray?" Balas Gavin yang juga tiba bersama dengan Reza.

Raya mengangguk sembari memberikan gelas plastik kepada teman-temannya yang datang.

"Emang ketua kelas kita ni terbaik" puji Rio sembari menyeruput teh yang Raya buat, dan tak lama Vani dan Aulia datang ikut duduk bersama mereka. 

"Ray, kopi mana ya?" Tanya Reza dengan matanya mencari minuman kesukaannya.

"Kamu ga boleh ngopi dulu ya Za, hari ini kamu udah 3 gelas loh dan lagian bentar lagi kita udah naik kapal terus disana aku juga udah mesan kamar dan kamu perlu tidur kalau minum kopi lagi kamu nggak tidur nanti, sampai sekarang sudah 15 jelas mata kamu kebuka" oceh Raya panjang lebar meski begitu Reza juga paham kalau yang diucapkan perempuan di sampingnya ini demi kebaikannya juga. 

"Berarti kita udah mau nyebrang Ray?" Ucap Aulia dengan mata berbinarnya

"Iya Aul"

"Wahhh, aku udah nggak sabar mau lihat laut" teriak Aulia penuh semangat

"Bukannya lo bilang tadi ngantuk ya Aul" sanggah Angga

"Iya tadi sekarang udah nggak deh"

"Alasan aja  lo Aul"

"Ihhh aku beneran Ngga" 

"Yayayayaya" Angga yang udah full energi mulai menggoda temannya satu persatu dan membuat kerecokan kembali tentu saja hal itu menjadi bahan lelucon bagi mereka yang tadinya mengantuk sekarang sudah segar kembali. 

Setelah sarapan mereka bertujuh pun segera bergegas masuk ke dalam mobil demi melanjutkan perjalanan liburan mereka kembali. 

Dan pada pukul 06.20 pagi hari mereka sudah sampai di dermaga penyebrangan, Raya yang telah membeli tiket lewat online turun bersama dengan Reza untuk menukarkan tiket mereka di loket. 

"Permisi mba saya mau konfirmasi kedatangan" ucap Raya ketika telah berdiri di depan loket. Wanita berkerudung yang duduk di belakang kursi loket lantas menerima ponsel dari Raya lalu menscan tiket Raya.

"Tujuh orang ya mba? dan mesan 1 kamar?" ucap petugas loket itu menkonfirmasi.

"Iya mba benar"

"Oke silahkan masuk mba, dan nanti diarahkan oleh petugas"

"Apa bisa nambah ekstra bed mba?"

"Maaf nggak bisa karena bednya sudah terpakai semua" 

"Oke, terimakasih ya mba" Ucap Raya sebelum meninggalkan loket. 

Kini kedua sejoli itu berjalan menuju mobil mereka yang terparkir tidak jauh dari tempat loket, di perjalanan Raya berhenti sejenak matanya tertuju pada martabak mini yang terjual di sekitar dermaga. 

"Kenapa Ray?" Tanya Reza saat Raya tiba-tiba mengambil jalan berbeda dari arah mobil mereka. 

"Masih ada 1 jam setengah lagi kan, aku mau beli martabak itu" ucap Raya sembari tangannya menunjuk gerobak tertulis martabak. 

Sesampainya di gerobak martabak Raya lantas memesan martabak tersebut sembari matanya menscan terlebih dahulu dari daftar menu yang tertempel di samping gerobak. 

"Saya pesan 1 martabak keju susu, 1 martabak cokelat, 1 martabak spesial dan 1 lagi martabak stroberi" ucap Raya menjelaskan pesanannya

"Baik neng tunggu sebentar ya"

"Iya pak" 

"Ray duduk" Reza memberi satu kursi plastik pada Raya dan meminta gadis itu untuk duduk disana. 

"Lo?" 

"Kaki aku masih kuat kok"

"Terimakasih" ucap Raya dengan senyum merekah dibibirnya

"Hm"

Sekarang menunjukan pukul 06.35 waktu pagi hari dimana matahari sedang bersiap untuk menunjukkan dirinya. Bersamaan dengan itu Raya dan juga Reza menantikan kedatangannya di tepi dermaga tempat yang Raya pilih random namun ternyata malah meninggalkan kenangan baginya. 

"Bentar lagi Matahari terbit Za" Ucap Raya menunjuk pada langit.

Reza yang berdiri di samping tempat Raya duduk lantas menatap pada wajah gadis disampingnya, Raya wajah gadis itu ternyata membuat Reza terpaku dalam beberapa detik.

Drttt drttt

Ponsel Raya berdering, gadis itu lantas mengangkatnya.

'Dimana Ray?' teriak orang di seberang panggilan sana

'Lagi ngantri'

'Masih lama ya?'

'Kenapa?'

'Mau jalan keluar tapi kunci dibawa Reza'

'Yaudah tunggu aja bentar lagi siap ni, keluarnya disekitar mobil aja'

'Hm, iya deh'

Lalu panggilan ditutup. 

"Siapa Ray?" Tanya Reza

"Biasa si Angga sudah nggak kesabaran dia mau masuk kapal"

"Neng ini pesanannya sudah" ucap bapak penjual martabak sembari memberikan bungkusan martabak yang Raya pesan.

"Oh iya terimakasih banya ya pak, dan ini uangnya" jawab Raya lalu memberikan uang nya. 

Setelahnya muda mudi itu pun berjalan meninggalkan gerobak martabak sembari membawa bungkusan martabak yang telah mereka beli. 

"Ray" Panggil Reza membuat Raya menoleh pada pria disampingnya.

"Iya Za"

"Mau lihat matahari terbit?" Tawar Reza yang sontak membuat Raya merubah ekspresi wajahnya menjadi sumringah. Ntah dapat angin segar apa pagi ini tiba-tiba Reza mengajaknya untuk berkeliling. 

"Boleh Za, ayok" jawab Raya sembari menarik lengan Reza. 

Keduanya pun berkeliling di sekitar dermaga sembari menunggu matahari terbit pada pukul 06.10 yang mana masih ada 5 menit lagi.  

Mereka mengambil posisi duduk di dekat dermaga untuk menunggu 5 menit itu.

"Semoga mereka nggak marah ya Za" ucap Raya

"Hm"

Dan waktu yang ditunggu tlah tiba matahari yang sudah mulai menampakan dirinya itu muncul bersamaan dengan warna orange yang sangat indah, pembiasaan warna yang begitu apik dilangit dermaga tempat mereka berdiri saat ini. Keindahan alam itu tak dilupakan Raya begitu saja ia mulai memotretnya berkali kali. 

"Za, ayo foto" ajak Raya yang telah menggantikan kameranya menjadi kamera depan. Reza tak menolak pria itu pun mendekat pada Raya dan keduanya mengambil beberapa tangkapan. 

Saat sudah puas keduanya memilih untuk kembali ke mobil ketempat teman-temannya menunggu. 





10 Hari Mengejar Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang