࿏ Terpencar Sendirian ࿏

41 5 2
                                    

*+*+*+*+*+*+*+*06+*+*+*+*+*+*+*+

Penari surgawi langka itu masih saja betah memamerkan pertunjukan fantastisnya di langit malam tanpa awan. Goyangannya yang pemalu entah kenapa justru menambah kesan yang megah namun lembut. Sabetan cahaya kutub berwarna hijau yang juga diciprati sinar ungu dan biru tersebut membuat rangkaian warna yang mempesona berkilat-kilat menembus langit bagaikan pita cahaya yang menerangi kesunyian malam.

Statusnya sebagai penari yang jarang sekali tampil di sembarang tempat tentu membuat pengamat yang sedang kesepian itu kagum pada goyangan alam alami tersebut.

"Sinarnya benar-benar terlihat amat cantik. Sungguh terlalu cantik..." Judith bergumam pelan. Sinar aurora yang masih menari-nari di langit malam itu berhasil menghipnotis dirinya menjadi sibuk terlena akan pesona cantik sang aurora.

Sampai-sampai Judith lupa bahwa ia hampir tertinggal rombongan saudaranya yang sudah berada lumayan jauh didepannya.

Judith terhipnotis sang aurora. Ia benar-benar terlena.

Ia boleh sembarangan terpesona. Namun ia tidak boleh melanjutkannya. Sebab rasa terpesona itu akan menyeretnya menuju kegelapan yang amat panas. Masih sibuk terlena, Judith sungguhan terpisah jauh dari rombongan saudaranya.

Judith sendirian. Ia sungguh menjadi pengamat aurora yang kesepian sekarang.

-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-

"Negri ini benar-benar aneh! Ternyata cahaya pink di hutan tadi merupakan bagian dari sinar ungu aurora ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Negri ini benar-benar aneh! Ternyata cahaya pink di hutan tadi merupakan bagian dari sinar ungu aurora ini. Aku bingung. Sebenarnya kita ini dimana, sih?" Setelah jalan kaki keluar dari hutan bermeter-meter tadi Jagdish masih saja betah menggerutu. Padahal ia sudah dapat banyak teguran dari Joel sebelumnya.

"Sebaiknya aku membawa lakban sebelum pergi. Sayangnya aku terlalu kasihan dengan bocah cerewet ini." Lagi-lagi Joel lah yang menyahut adik manjanya itu.

Jagdish yang merasa tersindir memicingkan matanya ke Joel yang membuatnya makin terlihat tengil.

"Dan jika kakak melakban mulutku-pun kak Judith tentu tidak akan tinggal diam saja! Huh, cepat lakukan jika kak Joel berani!" Cibir Jagdish tanpa menyadari bahwa ocehannya sama sekali tidak berarti sebab saudara perempuannya yang ia maksud sudah tidak ada bersama mereka lagi.

Jaager yang memimpin jalan didepan terpaksa menghentikan langkahnya sebab kerusuhan 2 adik laki-lakinya yang bertingkah seperti Tom & Jerry itu. Ia hanya bisa menghela nafas kalau sudah seperti ini. Mereka berdua hanya takut kepada Jeoyang dan tidak pernah menganggap amarah Jaager serius.

"Judith, benar kata Joel. Saran dariku sebaiknya kau jangan lupa membawa lakban setiap pergi keluar bersama Jagdish. Kuperingatkan demi kedamaian kita bersama." Ujar Jaager seraya membalikkan badannya dan berjalan menuju adik-adiknya.

Namun baru satu langkah berjalan berbalik kebelakang, langkah kaki Jaager lagi-lagi terhenti. Matanya membulat, badannya merinding dan nafasnya tertahan seketika.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CIRC 4J: A Legacy of Moeder | JAYWON/JENGYANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang