1. Keluarga Baru

13.9K 86 0
                                    


Sebelum aku bercerita, aku ingin kalian mengenalku lebih dulu. Sudah kujelaskan namaku Rania, aku seorang piatu, yah ibuku meninggal saat aku masih kecil, aku bahkan tidak tau paras wajahnya, hanya beberapa lembar foto dan klip-klip yang tersimpan rapih dikepingan CD. Mendiang ibuku cantik, matanya sedikit kecil terang dengan rambut bergelombang. Kata ayah ibuku adalah seorang dosen ilmu administrasi disalah satu kampus terkenal di kota S. Yah kami sekarang masih tinggal di kota S, didaerah Jawa Timur. Sedangkan ayahku adalah seorang developer properti. Ayahku seperti orang Jawa pada umumnya berkulit kuning langsat, berperawakan tegas, tinggi dan selalu rapih, dia tidak suka banyak berbicara. Dia akan mengatakan hal-hal yang penting saja, tapi dia juga orang yang asik, tidak kaku seperti bapak-bapak seumurannya. Aku tinggal dirumah bersama Ayahku, beberapa orang yang mengurus rumah, dua orang satpam dan seorang sopir. Sebenarnya ada kakakku, dia sedang menempuh pendidikan kedokteran hewan disalah satu universitas negri di kota J, didaerah jawa tengah. Dia jarang sekali pulang. Ranendra namanya, dia tinggi seperti ayahku dia pun berkulit kuning langsat, kami memanggilnya Rendra, seorang kakak yang bisa diandalkan, pintar dan cekatan, berbeda dengan ayahku, pembawaan Rendra santai terkadang jenaka.

Semua orang cukup sibuk menghandle urusan masing-masing. Akupun begitu, hampir semua ekstrakulikuler kuikuti, tapi aku lebih tertarik dengan dunia photography. Sudah 2 tahun setelah masuk SMA, aku memutuskan mendalami dunia photography, tidak mahir tapi cukup bagus dibanding dengan teman-temanku.

Kami punya aturan dirumah yang tidak bisa kami langgar. Yaitu makan malam bersama, yah meskipun sering kali ayahku yang melanggar aturannya sendiri. Tapi tidak masalah, aku memahaminya.

Aku lebih suka menghabiskan waktu diluar setelah pulang sekolah untuk mengambil beberapa gambar. Sedangkan malam harinya, aku mengedit foto-foto hasil jepretanku, untuk kujual disitus online. Lumayan juga buat nambah uang jajan, yah meskipun aku juga tidak pernah kesulitan untuk hal itu.

Singkat cerita, kehidupanku yang membosankan ini berubah saat aku mengenal calon istri ayahku, bukan calon mereka sudah menikah. Dia adalah tante Syanila aku mengenalnya, beberapa kali aku sempat bertemu dia dibutiknya. Yah dia pemilik beberapa butik terkenal di kota S. Tante Syanila cantik, baik juga, kukitnya bersih karena memang masih keturunan tionghoa, mungkin orang yang tidak mengenalnya akan berfikir kalau dia adalah cece-cece, karena tubuhnya yang begitu terawat. Tante Syani (begitu aku memanggilnya) mempunyai anak perempuan bernama Falicia, dia imut sekali masih kelas 3 SMP. Tante Syani bercerai karena suaminya lebih memilih selingkuhannya. Aku heran bagaimana mungkin wanita seperti tante Syani ini diselingkuhi.

Aku tidak pernah merasa keberatan ayahku menikah dengan tante Syani, yah karena memang dia sebaik itu. Bahkan aku sekarang lebih merasa mempunyai ibu saat ada tante Syani. Kehadiran Fal(begitu aku memanggilnya) juga membuatku ada teman dirumah, apalagi sikap supel dan manjanya membuat semua orang mudah membuka diri. Ayahku juga terlihat semakin banyak tersenyum belakangan dengan adanya istri barunya. Sementara Rendra belum juga pulang, bahkan saat pernikahan ayah, dia tidak pulang, dia memilih mengikuti student exchange ke salah satu negri Eropa.

Semuanya tampak normal, sampai ketika suatu hari saat Fal sedang sakit. Saat itu ayahku sedang berada diluar kota untuk urusan pekerjaan. Fal jatuh saat main sepatu roda bersamaku, jadi kakinya harus digips tidak memungkinkan untuk dia beraktivitas sendiri.

Pada saat pulang sekolah, aku langsung ke kamar Fal, untuk menengoknya. Betapa kagetnya aku, saat melihat Fal sedang telanjang dan tante Syani sedang mengelap tubuh Fal dengan kain basah. Aku tepaku didepan pintu.

"Kakak sudah pulang?" Tanya Fal sumringah.

"Umm iya,.." aku sedikit gagu.

"Rania sudah pulang? Sini Ran bantu mama mandiin Fal." Ajak tante Syani.

Aku mendekat mencium tangan tante Syani, dan meletakkan tasku dikursi dekat tempat tidur Fal.

"Rania, gantiin Mama mandiin adikmu ya? Mama mau masak makanan sebentar lagi sudah waktunya makan malam." Ucap tante Syani sambil memberikan lap basah yang terasa hangat.

"Ta..pii tante..." jawabku gagu, yah aku masih belum bisa memanggilnya mama, tante Syani pun tidak keberatan, dia bilang aku bisa memanggilnya mama saat aku sudah siap.

"Kenapa? Masa sama adik sendiri malu? Lagian kan sama-sama cewe Ran?" Yah benar sekali, tante Syani tidak pernah membedakan aku dan Fal, kami selalu mendapat kasih sayang yang sama, bahkan terkadang tante Syani jauh lebih menyanyangiku dibanding dengan Fal.

"Fal, ajarin kakakmu ya gimana caranya." Sambung tante Syani.

"Iya Ma." Jawab Fal singkat. Tante Syani meninggalkan aku dan Fal dengan menutup pintu.

"Kak, ayo cepet aku mulai kedinginan nih." Celoteh Fal sambil menarik tanganku.

"Gimana caranya? Aku gk pernah ngelakuin ini sebelumnya." Ucapku polos.

"Ini lapnya masukin air hangat, bilas dikit terus usapin ke tubuhku, kayak kakak mandi itu, bedanya ini pakai lap."

"Oh okay,.." Aku mulai melakukan yang diperintahkan Fal, kuusap mulai lengan sampai jari-jarinya.

"Kak, tangan dan kakiku udah tadi sama mama, tinggal tubuhku kak."

"I...iyaa..."

"Kakak malu ya? Gini kak caranya, aduh ngapain malu, aku udah nganggep kak Rani kakak kandungku, lagian kita juga sama-sama cewek." Celoteh Fal sambil mengarahkan tanganku yang memegang lap, membuat aku menyusuri tubuhnya.

Aku sedikit berdebar melihat tubuh Fal yang begitu mulus terawat, payudaranya sedikit mulai tumbuh dengan puting pink sedikit kecoklatan.

"Kak, yang bersih yah dibagian sini, nanti banyak dakinya kalau gk bersih"

Aku cuma mengangguk mengiyakan. Entah bagaimana dia sedikit membuatku meremas buah dadanya yang tanpak baru tumbuh. Kulirik dia sedikit memejamkan mata, entah mengapa dia seperti itu. Semakin kutekan sedikit dia akan memejamkan mata sambil menengadahkan kepalanya keatas. Jujur aku disini udah ngerasa panas banget, rasanya sesuatu diantara kakiku berkedut. Terkadang aku sengaja melihat reaksinya, tanpa dia sadari aku sedikit menyenggol putingnya dengan jari-jariku. Entah bagaimana dia akan sedikit menggigit bibir bawahnya dan merapatkan kedua pahanya.

"Kak, udah tinggal bagian bawah." Ucapnya lembut sambil menuntun tanganku kearah vaginanya. Jujur aku deg-degan, jantungku seperti mau meledak, mukaku memerah karena malu.

"Kak, mama biasanya gk pakai handuk, soalnya nanti sakit ituku." Katanya terdengar manja.

Aku meletakkan lap basah, tanganku kucuci untuk membersihkan daerah kewanitaannya. Vaginanya tampak lucu seperti punyaku hanya saja rambut kemaluannya sedikit masih lembut dan tipis. Tangganku bergetar saat menyentuhnya.

"Kak, lakukan seperti kakak mencuci punya kakak sendiri saat selesai pipis ya."

"Oh...okayy..."balasku terbata.

Perlahan tanganku yang basah kusapukan di bagian luar vaginanya.

"Ahhh... gelii kak..." katanya manja.

"Masa sih?" Aku bertanya. Sambil penasaran aku mulai menyapukan tanganku lebih dalam, tanganku bergesekan dengan bulu bulu halus yang sudah mulai tumbuh.

"Ihh kak Ranii, gelii! Bersihin yang bener donk!"

Aku semakin penasaran.
.
.
.
.
.
.
To be continued~



Dirty Little SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang