4. Bath Tub

10.6K 66 3
                                    

Cuaca kota ini sangat panas. Bahkan malam hari pun terasa gerah. Papa tentu saja sibuk dengan urusannya diluar kota. Aku mulai bosan scrolling sosial media dari tadi. Hari ini hari sabtu, aku tidak ada rencana keluar rumah. Sangat membosankan.

Tiba-tiba pintu kamarku diketuk...

Tok... tok... tok...

"Kak, panas gk?" Tanya Fal.

"Panas banget!" Jawabku sambil kipas kipas, padahal suhu AC sudah 17 dengan fan paling kencang.

"Aku sama mama mau berendam, mau ikut gk? Nanti sekalian bersihin kotoran dipunggung." Ajaknya

"Ummmm...." Aku berusaha mencerna kata-katanya.

"Udah ayo cepet, gerah banget ini!" Ucap Fal sambil menarik tanganku menuju kamar mama dan papa.

Aku jarang sekali masuk kamar ini, terakhir mungkin saat aku masih kecil. Aku baru sadar ternyata kamar papa begitu besar. Kamar mandinya pun luas, ada jacuzzi yang mungkin bisa muat 5 orang dewasa didalamnya. Dahulu aku sering mandi disitu semasa kecil dan kakak.

Kulihat mama sudah didalam jacuzzi dengan hanya disinari lilin lilin aromaterapi yang membuatku rilex. Fal dengan sigap melepas semua bajunya dan menjatuhkannya begitu saja dilantai. Kemudian membenampan tubuh mungilnya disebelah mama.

"Ran... sayang, ayo sini biar mama menggosok punggungmu..." Ucapnya lembut.

"Umm..umm..." aku mengangguk dan dengan malu membuka bajuku menyisakan bra dan celana dalamku saja. Aku pun ingin masuk kedalam jacuzzi tapi dihalangi Fal.

"Apaan sih kakak, masa berendam masih pakai baju. Bikin risih kak."

"Iya Fal, sayang sama mama dan adikmu sendiri kenapa harus malu?" Aku bisa merasakan sedikit kesedihan saat mama bilang seperti itu. Aku tak ingin membuatnya sedih, aku melepas braku dan celana dalam ku. Dengan cepat aku masuk jacuzzi.

Mama dan Fal menikmati berendam dengan memejamkan mata dan meneggadahkan kepalanya ke atas. Temaram lilin membuatku melihat mama tidak memakai sehelai benang pun. Tubuhnya tampak sangat indah, payudaranya sintal dan bibirnya begitu ranum. Kulihat kebawah kemaluannya ditumbuhi rambut hitam yang lebat. Kulit tubuhnya jauh lebih putih dari yang kubayangkan, tampak kontras dengan bulu kemaluannya yang begitu hitam. Sementara putingnya sangat menonjol berwarna kemerahan.

Ahh... aku jadi ingin menggigitnya....

Aku melongoh tiba tiba tangan Fal, menggerayangi payudara mama dan mencari putingnya. Memilin dengan perlahan masih dalam memejamkan mata.

"Ahhh.... Fall... jangan terlalu keras..." Desah mama lembut.

Aku tertegun tidak bisa bicara apa-apa.

"Maaf ya Rani sayang, Fal terkadang masih belum bisa menghilangkan kebiasaannya saat masih kecil. Kadang jika sedang berendam bareng, dia juga masih ngempeng. Hihihi" suara mama terkekeh lembut.

"Ahh mama apaan sih, pasti juga kak Rani dulu juga gitu sama mamanya."

"Eng... enggak... Fal..." ucapku terbata sambil menggelengkan kepala, yah aku tentu tidak ingat, aku bahkan tidak ingat seperti apa muka ibu kandungku.

Mama yang mendengar itupun lalu berangsur menghampiriku dan memeluk tubuhku.

"Tak apa sayang... maafkan Fall yang sembarangan saat berbicara." Dibelainya rambutku. Fall pun menghampiriku dan memelukku. Kami bertiga berpelukan bersama.

Beginikah yang dinamakan keluarga? Penuh kehanggatan?
Entahlah aku baru kali ini merasakannya.

"Rania sayang... kalau kau mau, kau boleh mencoba seperti yang Fal lakukan. Anggap saja mama ini Mama kandungmu....... Yah, meskipun tidak ada yang bisa menggantikan beliau dihatimu." Ucap mama lembut, tapi aku juga merasakan kegetiran dikalimat terkahirnya.

Aku menggelengkan kepala, tiba-tiba air mataku menetes.

"Sayangku... jangan menangis, kumohon." Ucap mama sambil mengusap air mataku. Membelai lembut rambutku. Mengecup pipi dan keningku.

"A...aku... tidak mengingat sama sekali ma..." Air mataku tidak bisa dibendung, terseduh.

Aku ditariknya lebih dalam kepelukannya, dipeluk dan dipangkunya seperti bayi yang akan diberi asi.

Entah sejak kapan puting mama sudah ada didepan bibirku. Aku berkedip beberapa kali, mama membelai pipiku dengan lembut. Seperti bayi yang tau maksudnya. Aku mulai membuka bibirku dan menghisap puting mama secara perlahan.

Memainkan lidahku secara perlahan, aku terkadang bisa mendengar suara desahan mama, sensual begitu indah.

Beginikah rasanya punya mama? Aku meneteskan air mata, aku merasa kedamaian sembari aku juga merasakan berkedut kedut vaginaku.

Fall membelai pipiku, mengecumnya beberapa kali, tangannya beranjak dari pipi ke surai rambutku, memaikkan telingaku. Lalu kemudian dia berbisik.

"Kak... aku sayang kakak..." lembut dan sensual.

Aku melepaskan puting mama, kini aku mencari puting Fall, payudara ranum dengan puting berwarna pink, kupegang sebentar, tidak terlalu kecil pun tidak terlalu besar.

Fall mengerti maksudku, dia mendekatkan putingnya ke bibirku. Perlahan kuhisap, kumainkan lidahku disana, sekali-kali aku menggigit gigit kecil, disambut desahan erotis Fall.

Mama mengelus-elus dadaku. Meremas beberapa kali memelintir pelan putingku. Aku mendesah, menggelijang tidak karuan.

Lalu beliau berkata...

"Sayang... anakku... mama mencintaimu..."

Dikecupnya keningku, lalu berangsur kebawah, tepat pada dadaku. Mama memainkan putingku bergantian. Menghisap, memelintir dengan tangan dan lidahnya lalu menggigit gigit lembut. Membuat vaginaku semakin berkedut rasanya aku mau kencing...

Dirty Little SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang