8. Unexpected Tragedy

3.2K 29 3
                                    

Fal POV*

Setelah melakukan eksperimen gila, aku, mama dan papa pulang menuju kota S. Kami semua begitu kelelahan. Aku duduk dibelakang dengan hanya menggunakan lingerie, sesekali disepanjang jalan aku membuka kakiku untuk menggoda papa yang kulihat selalu melirikku dari kaca. Kulirik mama hanya tersenyum melihat tingkahku. Terkadang papa meremas pangkal paha mama, membuat vaginaku menjadi berkedut.

Tiba tiba handphone papa berdering, aku bisa melihat raut wajah papa menegang sambil menggeretakkan giginya.

Suasanya begitu mencekam. Raut muka papa begitu penuh amarah dan khawatir, takut bahkan kesedihan.

"Kenapa pa?" Tanya mama sambil mengelus pundak papa yang menegang tetapi tetap menyetir.

"Pesankan tiket pesawat penerbangan secepatnya ke Ausie."

"Ausie?" Tanya mama.

Otakku begitu cepat mencerna apa yang terjadi. Kak Rani sedang di Ausie, dia lagi students exchange pasti terjadi sesuatu.

"KAK RANI??? KENAPA KAKAK PA?!" Saking kagetnya aku tidak menyadari berteriak dan suaraku tercekat.

Bugg!! Bugg!! Bugg!! Bugg!!!

Papa memukul setir mobil berkali kali sehingga suara semakin mencekam. Aku mulai menangis, perutku mengejang takut kenapa napa terjadi dengan kak Rani.

"Tenang dulu pa.."

"Tenang! Tenang! Tenang! Bagaimana tenang! RANI SEDANG DIRUMAH SAKIT SEKARANG!!!"

"Pa... tenang... kita cari jalan keluarnya." Mama memang bukan orang yang mudah panik, saat inilah peran mama sangat dibutuhkan. Sementara aku masih terisak dikursi belakang.

"Tiket pesawat sudah kupesan. 4 jam lagi akan berangkat."

Bugg!! Bugg!! Bugg!! Bugg!!!

Papaku yang biasanya sabar kini, untuk kedua kalinya hilang kendali.

"Sialan! Aku tidak bisa pergi hari ini. Ada proyek besar yg tidak bisa kutinggal."

Papa menghentikan mobilnya di rest area tol, mencoba menenangkan diri.

"Pa.. begini saja.. biar aku yang pergi ke Ausie sekarang. Papa tetap disini untuk handle proyek itu."

"Tapi ma.." Ucap papa membantah.

"Papa... biar aku yang temani Rani, aku pastikan Rani akan baik baik saja."

"Ma... bolehkah aku ikut?" Ucapku sembari terisak.

"Tidak, kau jaga papa disini."

Kami mengantarkan mama ke Bandara dengan penuh kecemasan.
.
.
.
.
Saat pulang, papa langsung pergi ke kamar. Wajah papa nampak murung sekali. Aku tidak tau ingin berbuat apa. Aku kembali ke kamarku untuk mandi dan berganti pakaian.

Sudah waktunya makan malam, tapi papa tidak ada di ruang makan. Kuhampiri papa yang sedang terduduk di depan meja kerjanya.

"Pa, sudah waktunya makan malam."

"Duluan saja, papa tidak lapar."
Papa tampak sangat berantakan, masih menggunakan bajunya kemarin.

Kurangkul leher papa, kucium keningnya.

"Pa... kita semua sedih, kita semua cemas. Tapi kita juga harus kuat untuk kak Rani."

Kudekap papa dalam pelukanku.

Kuarahkan tanganku pelan-pelan dari dada papa, perut, kemudian tepat diatas gundukan daging dibalik celana papa.

Papa menepis tanganku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dirty Little SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang