gmn2? ok gak mulmednya? biasa aja ya? 😅
Mawar POV
Jemariku kembali menyisir poni menutupi sebagian wajah untuk kesekian kalinya.
"Ck" Decakan keluar dari mulut lebih dikarenakan kesal.
"Kenapa sih? Bagus kok poninya"
Suara mama terdengar di belakang sehingga aku kembali berdecak.Iya, akan terlihat bagus di wajah mama, sedangkan di wajahku malah terlihat aneh.
Jadi mirip Do*a the Explorer."Kamu tuh bisa gak sih poninya gak nutupin muka terus dek" Suara mama kembali terdengar.
"Dari dulu poninya modelan hordeng gitu, kaya siapa tuh yang vokalis band zaman dulu?"
Aku tidak menanggapi ucapan mama tetapi lebih memilih fokus merapikan poni yang lebih pendek dari biasanya.
Semalam mama mengajakku ke salon langganannya.
Sudah sekian lamanya aku tidak pernah mau memotong rambut ke salon dengan alasan tidak ingin bertemu dengan orang banyak.Bisa di bilang aku ini orangnya minderan, bagaimana tidak minder apabila setiap kali keluar rumah dan berpapasan dengan orang, mereka lebih melihat ke arah mama dengan pandangan terpukau.
Sejak kecil aku sudah merasakan perbedaan fisik dari keluargaku.
Mama adalah mantan seorang model catwalk, tinggi badannya 175 cm kalau memakai sendal hak 10 cm saja tingginya langsung menjulang.
Sedangkan papa adalah mantan atlet bola voli, tinggi badannya 180 cm.
Dan abangku, sejak sekolah mengikuti jejak papa dan mama, tetapi abangku memilih cabang olahraga berbeda dari papa, Rino, nama abangku itu, waktu sekolah dia adalah bintang atlet basket dan merangkap model freelance yang sekarang sudah pensiun dan lebih memilih kerja kantoran.
Waktu sekolah dulu, bang Rino banyak penggemarnya, setiap hari Valentine, di kamarnya banyak tumpukan coklat pemberian teman sekolahnya dan guru, coba bayangkan, guru saja sampai memberikan coklat di hari spesial itu untuk abangku.
Mau heran, tapi ya abangku memang setampan itu. Cetakannya sangat sempurna, tapi untungnya bang Rino punya kekurangan di otaknya, hehehe, aku jadi tidak terlalu iri.
Kembali ke fisikku yang membuatku menjadi manusia minder sedunia.
Tinggiku hanya 155 cm, jadi kalau sedang pergi bersama mama, papa dan bang Rino bisa di pastikan aku tenggelam di antara mereka.Wajahku pun pas-pasan, mama yang mantan seorang model sudah pasti cantik tanpa maupun dengan olesan make-up.
Wajah papa, jangan di tanya, sejak masih menjadi atlet voli dan sering terpilih menjadi atlet perwakilan sea games maupun asian games, papa memiliki fans garis keras karena kepiawannya bermain voli di tambah lagi karena di karuniai wajah rupawan.
Dan bang Rino, sejak sekolah dasar, walaupun otaknya rada-rada kurang tetapi karena wajahnya tampan jadi kekurangannya tertutupi oleh ketampanannya, bang Rino selalu menjadi ketua kelas, padahal kan kalau menjadi ketua kelas setahuku otaknya setidaknya ya sedikit encer.
Begitulah perbedaan fisik antara aku dan keluargaku, sangking berbedanya dan tidak ada mirip-miripnya antara aku dan mama atau antara aku dan papa, aku sampai sering berpikir kalau aku adalah anak adopsi, anak pungut atau anak angkat.
Waktu zaman sekolah saja, semua guru wali kelas tidak ada yang percaya apabila mama atau papa datang mengambil rapor ataupun datang ketika ada rapat yang mengharuskan orang tua wali murid hadir.
Mau sedih ya percuma, mau cerita ke Nadeea Oomara ya kasian, si Nadeea udah kebanyakan jadi tempat orang curhat.
Tetapi kasih sayang yang ku dapatkan dari keluargaku sangatlah besar.
Teman-temanku pernah berkata, mereka baik ya karena elu anak pungut yang mereka asuh sejak bayi, kan kasian sama anak yatim piatu, melimpahkan kasih sayang ke anak yatim piatu kan berpahala besar, jadi jelas aja mereka sayang sama elu.Dan ada lagi yang pernah bilang begini, jujur aja ini sangat menyakitkan ulu hati dan jantung, mereka bilang, mungkin elu anak dari hasil pesugihan, jadi gak sempurna kaya abang elu.
Sedih gak sih sampai ada yang berpikiran begitu?
Dan ada lagi yang bilang kalau aku ini bisa jadi tertukar waktu di lahirkan di rumah sakit.
Aku sampai di suruh tes DNA, ya ampun memangnya tes DNA bisa di bayar pakai daun kering?
Teman-temanku parah ih, uang dari mana coba karena kala itu aku masih SMP.
Mau ngumpulin dari uang saku juga keburu aku nya udah gede dan udah males mikir gue anak kandung atau bukan.Kalau sekarang aku mempunyai mental baja, pemikiran negatif tentang aku yang berbeda dari keluarga sudah tidak lagi aku pikirkan.
Aku yakin kalau aku adalah anak kandung mama dan papa.
Kenapa aku bisa seyakin itu?
Karena suatu hari aku bertemu dengan sepupu dari pihak mama yang berfisik mirip denganku.
Jadi mungkin memang ada garis keturunan yang melenceng, maksudku tidak sempurna seperti mama.Ngerti kan maksudnya?
Intinya aku sudah meyakinkan dan berdamai dengan diri sendiri soal fisikku ini.Walaupun rasa minder itu selalu ada, ya mau bagaimana lagi?
Intinya minder walaupun percaya diri.
Hehehe.
Kasih sayang mama dan papa tidak pernah beda dari apa yang mereka berikan kepada bang Rino.
Malah lebih sering bang Rino cemburu karena mama lebih perhatian padaku.Papa juga demikian, beliau sangat perhatian padaku, bisa di bilang papa sangat over protective pada anak perempuan satu-satunya yang beliau miliki.
Belajar naik sepeda saja tidak boleh sampai aku menangis karena tidak dibelikan sepeda saat tetangga yang sebaya denganku di perumahan rata-rata memiliki sepeda mini.
Belajar naik motor apalagi, papa melarangku karena takut aku jadi joki balap motor.
Pikiran macam apa itu?Dan akhirnya sampai aku berumur dua puluh sembilan tahun, aku tidak bisa naik sepeda apalagi naik motor.
Mau ijin ikutan les nyetir mobil aja udah malas karena pasti alasan papa takut aku nanti sering drifting di jalan tol atau sering bikin konten toktik pakai sound Danza Kuduro.Apalah daya, udah wajah pas-pas, gak bisa kendarai motor maupun mobil, tapi untungnya otak aku tidak pas-pas'an seperti bang Rino.
Hanya otak saja yang bisa aku banggakan.Tetapi walaupun otak encer kalau takdir berkata lain ya akhirnya aku bukan menjadi dokter seperti yang dulu pernah aku cita-citakan.
Mungkin karena akibat keseringan berada di rumah, aku yang kurang pergaulan dan gampang minder jadi lebih sering menghabiskan waktu dengan memasak.
Masakanku sangat-sangat enak, sejak sekolah aku sering memasak untuk keluarga, padahal sering di larang oleh papa karena tidak boleh dekat-dekat dengan kompor.
Tetapi berkat kegigihanku akhirnya papa mengalah daripada aku ngotot minta belajar naik motor.
Sejak lulus kuliah tata boga akhirnya aku menjadi seorang chef di sebuah restoran terkenal di Jakarta.
Jadi inilah kisahku sebagai anak itik buruk rupa.
Tbc
baru 421 kata, nanti tante lanjutin lagi yak, tapi ga pas weken, pas ada waktu aja 😅😆
tiba2 keluar aja ide cerita begini, lsg aja nge draft udah seminggu kesimpen, kan kasian klo ga di lanjutin 🤭
*wokehhh udah lebih 1000 kata, jadi udah pas sbg chap 1 🙌🏼😁
semoga ada waktu buat ngetik lapak ini 😍😘
dan semoga terhibur yaaaa15/10/23
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly Duckling
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 15/10/23 - 17/8/24