aduh eta otot lengannya a 😍😍
Baim POV
Bunga, dia tumbuh menjadi wanita cantik.
Hampir sepuluh tahun lamanya kami tidak bertemu.
Dan aku tidak menyangka akan bertemu dengan dirinya hari ini.Yang bikin aku bingung, padahal Rino mengatakan kalau Bunga menolak untuk bekerja sebagai koki di rumah makan ini, tetapi kenapa dia datang ya?
"Bung...aaa"
"Nama gue Ma.War" Perempuan yang hanya terpaut umur satu tahun lebih muda dariku itu melayangkan tatapan tajam padaku sehingga aku tidak memanggil namanya dengan sempurna.
"Iya, saya tau nama kamu Mawar, tapi saya lebih ingat Bunga" Kataku sambil tersenyum.
Senyumanku memudar kala melihat wajahnya tidak suka mendengar ucapanku barusan.
Namanya memang Mawar tetapi entah kenapa aku lebih mengingatnya Bunga.
"Kamu ke sini ngapain?" Tanyaku langsung.
Mawar berhenti membuka pintu kulkas lalu menoleh padaku melewati pundaknya.
Dan seperti biasa, wajahnya tidak pernah tersenyum apabila berbicara denganku.Lain hal ketika dirinya sedang berbicara dengan Rino, Mawar pasti selalu tersenyum dan tertawa. Aku suka melihatnya tertawa lepas, lesung pipinya akan terlihat dan itu menambah manis wajahnya.
"Loh, bukannya kalian bersekongkol nyeret gue ke mari?" Mawar balik bertanya, suaranya terdengar tidak bersahabat.
Perempuan itu kembali melanjutkan aktivitasnya mencari sesuatu di dalam kulkas.Aku berdeham.
"Um, percuma, kamu gak bakalan nemu di situ, saya gak pernah beli ikan itu" Kataku.
"Ikan? Elu ngomong apaan sih?" Mawar menutup pintu kulkas dengan wajah bingung.
"Itu, tadi kamu bilang bersekongkol, saya gak pernah beli ikan itu" Jawabku cepat.
"Ha? Apaan sih? Ck, maksud elu ikan tongkol? Siapa yang ngomongin ikan tongkol? Gue lagi ngomongin kalian bersekongkol"
"Bersekongkol itu artinya... ahh percuma di terangin juga, pasti gak bakalan nangkep" Mawar menghela nafas panjang lalu membuang muka ke arah samping. Tangannya kembali membuka pintu kulkas.
"Di dalam kulkas itu adanya cuma daging sapi dan daging ayam, gak ada ikan tongkol" Kataku ketika melihatnya mencari-cari lebih ke dalam kulkas.
"Lagian saya gak pernah nangkep ikan tongkol, kalau mau ya tinggal beli, nyuruh pegawai saya beli ikan tongkolnya"
"Kamu memang mau bikin apa pakai bahan ikan tongkol?" Tanyaku mengakhiri perkataan yang panjang.
"Gue bukan nyari ikan tongkol, ampun deh, mama tadi minta gue bikinin steak ayam, elu naro daging ayamnya di mana?" Tanyanya tanpa menoleh padaku.
"Um, di rumah kalian memang gak ada daging ayam?" Tanyaku sambil menghampirinya dan berdiri tepat di belakang Mawar.
Mawar tersentak kaget, mungkin karena mendapati aku yang muncul di belakangnya, perempuan itu memintaku mundur dengan mendorong dadaku.
"Ya adalah, timbang daging ayam aja" Jawabnya lalu kembali mencari-cari dengan berjinjit.
"Kalau ada ngapain nyari daging ayam sampai ke sini?" Tanyaku bingung lalu meraih bungkusan plastik berisikan daging ayam beku di deretan plastik paling belakang.
"Ha?" Mawar memutar tubuhnya, posisi kami sekarang berhadapan, untung Mawar tidak lagi berjinjit sehingga kepalanya membentur dadaku.
"Ini ngapain sih seneng banget berdiri di belakang orang" Mawar kembali mendorong tubuhku.
"Saya nolongin kamu ngambil ini" Jawabku sambil memberikan bungkusan plastik transparan padanya.
Di dalam bungkusan itu ada empat potong daging ayam.
"Ada empat, kayanya pas buat kamu, mama, papa sama Rino, mama pengen banget makan steak ayam ya?" Tanyaku lagi.
Mawar menatap plastik yang masih berada di tanganku lalu mendongak menatapku.
"Yang pengen makan steak ayam itu mama, kenapa ngasih empat buat gue, bang Rino sama papa segala?" Tanyanya bingung.
"Ya mungkin di rumah kamu kurang daging ayamnya, makanya sampai datang ke sini, untung masih ada stoknya" Jawabku.
"Shh... dingin" Aku meletakkan bungkusan plastik tersebut ke atas meja tidak tahan dinginnya karena Mawar tidak kunjung mengambil alih dari tanganku.
Aku memutar tubuh dan mendapati Mawar yang melihatku lalu perempuan itu menghela nafas lagi.
"Gue gak ngerti dari tadi elu tuh ngomong apaan, ikan tongkol lah, terus sekarang ngasih empat potong ayam..." Mawar tidak melanjutkan ucapannya melainkan duduk di kursi kosong.
"Jadi elu gak ikutan bersekong... nggak, nggak, lebih baik gue nyari kata-kata yang mudah di tangkap otak elu, bentar" Lanjutnya lalu tampak berpikir.
"Di sini gak ada menu makanan otak-otak, makanya gak nyediain stok otak-otak" Aku ikutan menarik kursi lalu mengambil duduk di sampingnya.
Mawar menoleh padaku dengan ringisan di wajahnya.
"Sumpah, ini salah satu alasan kenapa gue gak mau kerja bareng elu" Ucapnya dengan suara pelan.
"Nah iya, mumpung saya ingat, Rino bilang kamu nolak kerja jadi koki di sini, tapi kenapa kamu sekarang datang?"
"O iya, kamu datang ke sini karena memang mau minta daging ayam ya, hehehe..." Aku menepuk kening karena ingat tujuannya ke sini.
Mawar berdiri dengan senyuman yang tampak aneh di mataku lalu menepuk-nepuk pundakku.
"Gue udah lapar banget sampe kepala pusing dan kepala gue semakin pusing karena ngomong sama elu"
"Udah gih sana elu ke depan nemenin mama ngobrol" Mawar memintaku keluar dari dapur.
Tubuhnya yang mungil berdiri sambil membuka bungkusan plastik ayam yang masih beku.
"Dapurnya gue pinjam sebentar ya" Katanya lalu berjalan ke arah wastafel.
"Ngapain minjam dapur? Memang dapurnya mau di apain?" Tanyaku bingung.
"Mau gue bakar, udah sana keluar" Tangannya mengibas menyuruhku pergi.
Aku menuruti permintaannya untuk keluar dari dapur dengan sesekali menengok ke arahnya yang sudah terlihat sibuk.
Masih bingung dengan apa yang sedang dia lakukan.
Kenapa sampai minjam dapur? Memang dapur dia di rumah kenapa?
Dan kenapa sampai ke sini nyari-nyari ayam di kulkas padahal tadi dia bilang di rumahnya ada ayam.Aku mengacak rambut belakang karena bingung.
Tbc
7/1/24
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly Duckling
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 15/10/23 - 17/8/24