prolog: your scars
galih mengusap sepatu kulit julia dengan sapu tangan yang senantiasa dibawanya tuk gadisnya seorang. seusainya, ia tinggalkan puan manis yang masih terduduk itu, tungkai berbalut celana bahan berwarna coklat tenang itu bergerak perlahan sedang gaun dengan warna senada itu belum bangkit sama sekali. julia tatap kepergian kekasihnya itu dengan kedua tangannya yang asik meremat gaunnya. galih pun menoleh, ia tersenyum.
"ayo, jangan sampai terlambat lagi."
julia menyengir lalu bangkit dan melingkarkan tangannya pada hasta kekar kepunyaan galih. tak hanya sampai di sana, mereka bermanja mesra, galih beralih mengusap puncak kepala julia. bersama, mereka beranjak kejar kereta yang bahkan eksistensinya belum diterima stasiun. rasa-rasanya, seluruh atensi berporoskan pada mereka.
bisik-bisik bagai lalat yang kumandangkan rasa iri pun terus melintas di telinga. alih-alih indahkan, mereka justru abai akan hal itu. galih justru keluarkan earphone dari dalam tas julia dan memasangkannya pada telinga mungil julia. "jangan dengarkan orang bilang apa," ujarnya sebelum mainkan musik di ponselnya.
tak bersuara, julia cuma menyengir dan angkat kedua ibu jarinya. baginya, pertemuannya dengan galih waktu itu adalah anugerah terindah yang tuhan buat untuknya. berat hati pun bakal jadi ringan jikalau hari-harinya bersama galih. tak peduli siapa yang lihat, julia mendekatkan wajahnya pada kanvas manis jenama galih nadim. lancangnya julia, ia mengecup singkat pipi galih lalu menyengir.
"terima kasih."
──────────
© REDUMS.
KAMU SEDANG MEMBACA
i love your scars, julia
Teen Fictionaku cinta segala hal yang ada pada dirimu, julia. local au; 리노 x 리아 | lowercase area. © Hannah Saijah, 2023.