kala itu, tahun 2008 di bandung. kilat terus menyorot pada nawang nadim—aktris yang terkenal pada masa itu. galih bersama gilang—sang ayah, menunggu sembari bersorak atas penghargaan yang diterima nawang. keduanya sangat bangga dengan apa yang didapat puan paruh baya itu. rasa-rasanya, tiap hari bagai surga sebab kehadiran bidadari itu. galih berumur sepuuh tahun kala itu. seusai acara itu, galih dan keluarganya hendak mengadakan selebrasi untuk menghargai apa yang diperbuat nawang.
"ibu, galih mau makan opor ayam di warung mbok rani, ya?"
sang dayang pun mengulas senyum beserta tatap teduh kepunyaannya. teduh sangat, hampir saja galih tenggelam di dalamnya. jemari dengan kulitnya yang mulai mengendur itu ia gunakan tuk usap rambut arang milik putranya, "iya, nak. boleh. coba, nyanyikan ibu satu lagu."
entah mengapa lagu berjudul suara yang dipopulerkan oleh hijau daun jadi lagu pilihnanya, "suara, dengarkanlah aku ... apa kabarnya, pujaan hatiku." nyanyian itu, diiringi pula oleh gilang.
mereka naik mobil. tak mahal, tapi nyaman. canda tawa memenuhi sudut mobil tua itu. hangat, rasanya hangat sangat sampai-sampai tak sadar bias cahaya dari mobil truk di depan menyorot ke arah mereka. klakson saling bersahutan, warga sekitar mulai berteriak histeris.
dan nyatanya, tuhan tak selamatkan nyawa nawang dan gilang.
galih tertinggal di dunia sedang kedua orang tuanya pergi ke nirwana, tinggalkan putranya dengan trauma yang ada dalam dirinya. kala itu, asri—ibu chandra menolong dan merawatnya hingga galih lulus sekolah.
inilah galih dengan traumanya. kilat dari kamera membikin dadanya sesak sebab ia masih menyalahkan profesi nawang sebagai sumber kematian kedua orang tuanya. kalau saja, ibu gak hadir, pasti kita bisa langsung makan di warung mbok rani, kalau saja ...
lain waktu, ia berucap, ini salah saya. saya yang ajak ibu dan bapak mampir ke warung mbok rani. selalu begitu. ia pernah tak tiduk tiga hari sebab dihantui kalimat-kalimat itu. hidupnya tampak tak nyata sebelum kehadiran julia. pun, dirinya harus membiasakan diri dengan permintaan galih walau kadang, permintaannya tak masuk di akal. sebab baginya, julia adalah malaikat yang dikirim tuhan tuk gantikan sosok nawang yang telah diambil-Nya dengan lancang sangat.
kini, dunianya pasti perihal galih dan julia.
***
asri menegur galih manakala kakinya hendak keluar dari bangunan ini. "ada apa, bu?" tanyanya dengan nada yang rendah.
"kamu ... marahan sama chandra, ya?" tanya beliau yang tak langsung dijawab olehnya. dalam kepalanya, muncul ribuan pertanyaan. tahu dari mana? itulah salah satunya. tentunya, siapa lagi kalau bukan chandra sendiri. tapi, mengingat sikap dingin lelaki berbadan besar itu, tak mungkinlah kiranya ia mengadu, "nak ... jawab pertanyaan ibu dengan jujur, ya?" ucap wanita paruh baya itu dengan nada yang parau--hampir-hampir galih tak dengar. insting seorang ibu memang tak bisa diragukan.
galih ambil napas panjang-panjang sebelum berkata jujur pada akhirnya, "iya. saya sama chandra sedikit cekcok dua hari yang lalu. sekarang, masalahnya sudah selesai, kok."
dilihatnya, asri mengusap dada, "kamu luka, nggak?"
"iya, tapi sudah diobati dan mulai hilang, kok, bu. ibu jangan khawatir sama saya, saya baik-baik aja, kok. terus, chandra gimana, bu?" tanyanya.
hasta keriput kepunyaan asri pun mulai menjelajahi wajah galih yang sedikit tercoreng biru, "nak galih, maafkan chandra, ya? jangan bertengkar lagi."
runtuhlah pertahanan hati galih dibuatnya, "iya, bu. galih janji."
pun, diusapnya halus punggung lebar galih, "chandra ada di belakang, lagi cuci motor. tolong ajak dia makan, ya? ibu tungggu di ruang makan."
belum sempat mengiyakan, asri keburu pergi tinggalkan galih yang masih terdiam diri. lantas, si teruna itu pun berkacak pinggang sembari acak rambutnya--frustasi. bilang gimana, ya? batinnya. tak mau lama-lama pusing, galih langsung langkahkan kakinya menuju halaman belakangnya dan langsung menjumpai chandra yang hanya mengenakan celana pendek santai dan kaus tanpa lengan, persis seperti mendiang ayahnya.
"bang," sapanya malu-malu. ia mengusap tengkuknya sedang si tua pun menghentikan aksinya, "makan ibu."
keduanya terdiam, terutama galih. tolol, kenapa malah salah ngomong, sih? hal yang wajar, bukan? terkadang, itu terjadi manakala gugup datang. "ngapain makan ibu, anjing?" sahut chandra dengan kekeh di akhir.
"disuruh makan sama ibu," jelasnya.
chandra menyampirkan kain lap itu di bahunya, ia menghampiri galih, "lo kenapa, sih? kan gue udah minta maaf?"
galih menghela napasnya dan mengusap wajahnya kasar, "canggung. lo cerita ke ibu tentang itu, ya?"
"hah? ibu tahu emangnya?" tanya chandra dengan wajah penuh kejutnya.
"gak tahu juga. tapi, tadi beliau nanya ke gue dan kayaknya beliau gak tahu apa yang kita rebutin," balas galih.
yang lebih tua mengangguk, "don't let her."
***
di sisi lain, julia sibuk mengurusi kliennya. hari-hari yang padat sampai-sampai dirinya harus ambil libur dari perpustakaan. di depannya, ada beberapa artis terkenal karena bakat aktingnya. tak lagi jadi penulis naskah, kini julia diangkat tuk jadi sutradara atas naskah berjudul 'him' yang ditulis secara anonim oleh H20. joan andre, nadi nicholas, dan rum moana ikut andil dalam naskah itu. mudah bagi julia untuk atur para aktor dan aktris yang sudah sangat berpengalaman di bidang ini. ya, setidaknya nadi dan rum sudah lama menyelami dunia akting ketimbang joan andrea, si pendatang.
"naskah ini sudah selesai, mohon ikuti arahan saya dan tetap patuhi aturan yang tertera di kontrak yang telah anda sekalian tanda tangani. terima kasih."
hebatnya julia, ia mengimbangi galih.
KAMU SEDANG MEMBACA
i love your scars, julia
Fiksi Remajaaku cinta segala hal yang ada pada dirimu, julia. local au; 리노 x 리아 | lowercase area. © Hannah Saijah, 2023.