bagian dua

27 6 0
                                    


bagian ii: semua aku kaurayakan, galih

julia menatap galih dalam-dalam tanpa hiraukan kehadiran shena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

julia menatap galih dalam-dalam tanpa hiraukan kehadiran shena. ia buat seolah shena tak ada eksistensinya di sana. tersirat tuntutan dalam benih julia. entah marah atau merajuk, galih tak bisa artikan pandangan julia. selang tiga menit, galih masih tak berbeo. ribuan kata tertelan dalam dirinya. bukannya tak mau balas, galih cuma takut salah bicara dan buat gadisnya merajuk.

"julia, galih itu habis kecopetan semalam. jadi, aku yang obatin dia," ujar shena.

"jiwanya galih pindah ke raga shena, ya?" ketusnya.

mendengar itu, si teruna pun genggam kedua tangan julia menatapnya, "sayang, aku habis kecopetan, udah nggak sakit, kok. aku mau pamit boleh, gak? ada job sama hassan, ada bang chan juga."

"terserahlah."

julia tarik tangan shena masuk ke dalam perpustakaan tempat di mana julia bekerja. penghasilannya tak dapat dibilang besar, tapi itu cukup untuk memenuhi kebutuhannya dan ia pun menikmatinya. begitu shena menyamankan bokongnya, julia langsung menghujaminya dengan banyak tanya.  shena pun sampai-sampai urut pangkal hidungnya sendiri.

"iya, kecopetan. di gang timah ii. kamu hati-hati, lho," bohongnya, sebab tak mungkin sangat ia beritahu perihal konflik yang terjadi antara galih dan chandra.

iri sama gue karena ... chandra naksir lo, bego.

shena betul-betul merasa bersalah atas kejadian malam itu. andaikata shena tak tolak chandra tempo hari, maka tiadalah galih yang babak belur dan sedikit ribut antara mereka, tentunya ia tak perlu tambah dosa sebab bohong pada julia. di sisi lain, julia merasa sedikit cemburu pada shena sebab puan itu bisa leluasa obati luka-luka pada badan dan muka galih. sebab keterbatasan dalam dirinya, ia tak bisa lakukan itu.

tangan halus julia meraih hasta shena, "shena, makasih, ya?"

"untuk?" tanyanya dengan dahi yang mengernyit.

"untuk ... obatin galih, maaf aku repotin kamu terus," cicitnya sembari menunduk.

shena tersenyum hangat, "jangan bilang begitu, ah, sudah anggap kamu sebagai adik aku, lho?"

gelak tawa mereka mengudara. shena betul-betul pandai buat orang nyaman. hampir empat tahun julia bersama galih. maka, hampir empat tahun pula julia hidup bersama shena. kepala julia terkindap-kindap, netranya cari keberadaan pengunjung yang keberadaannya tak bisa ditebak-tebak. "shena, aku titip ini sebentar, boleh? aku mau ke toilet sebentar," pintanya.

shena pun mengangguk, "silakan."

tak jarang shena terlibat dalam pekerjaan i julia. ia sebetulnya senang-senang saja. ingin sekali ia masak untuk julia dan berbagi resep dengan teruni yang satu tahun lebih muda darinya itu. ia sedikit menudnduk--memberi salam manakala ada satu pengunjung yang datang. 15 menit telah berlalu, pengunjung tadi pun menghampiri shena. "permisi, lo tahu buku kayak gini, gak?" tanya pemuda itu sembari menunjukkan potret buku bersampul biru di ponselnya. di sana, tertulis juga nama pengirimnya, lippie.

i love your scars, juliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang