Masih dengan keadaan syok berat Vania berusaha untuk mencerna apa yang sedang Tuhan lakukan pada takdirnya. Mungkin senang karena setelah hidup selama 17 tahun akhirnya ia bisa merasakan hal yang selama ini ia idam-idamkan, yaitu memiliki keluarga, namun ia sedih karena ia tidak tahu bagaimana nasib tubuhnya di kehidupan sebelumnya, apakah tubuhnya sudah dikembalikan ke panti, lebih tepatnya pada bunda Ola yang selama ini sudah membesarkannya.
Tanpa terasa pelupuk mata itu tak sanggup menahan bendungan air yang siap terjun untuk membasahi pipi mulus tanpa cela itu. Sekarang bukan lagi tubuh yang ia pikirkan, tapi bagaimana nasib adik-adik senaungan dengan nya dan bagaimana sedihnya bunda Ola saat mendapati tubuh Vania pulang tanpa nyawa.
" Sayang kok kamu nangis? Ada yang sakit? Mana bilang sama mami " heboh wanita yang mengaku sebagai ibu dari tubuh yang ditempati vania saat ini.
Tidak ada kata yang bisa keluar dari mulut Vania, hanya isak tangis yang terdengar sangat menyayat hati. Bagaimana Tuhan bisa mempermainkan takdirnya, Vania ingin hidup bahagia tapi bukan dengan cara meninggalkan tubuh yang selama ini sudah berjuang mati-matian untuk hidup.
Dua orang paruh baya tersebut berusaha untuk merengkuh tubuh rapuh yang kini sudah bergetar dengan tangis dalam diamnya.
" Mami tau kamu pasti sedih karena sudah dua bulan gak ketemu mami " Ujar wanita tersebut dengan tingkat kepedean yang tinggi.
WHAT??? DUA BULAN??? Fakta yang sangat-sangat mencengangkan bukan. Belum selesai dengan keterkejutannya karena Vania bangun pada tubuh manusia lain, sekarang ia mengetahui fakta yang tak kalah mengagetkan. Rasanya ia baru tertidur 2 jam tapi ternyata ia sudah berbaring di tempat ini selama 2 bulan. Sekarang ia yakin tubuh aslinya pasti sudah digerogoti oleh cacing-cacing kelaparan di 2 meter dibawah permukaan tanah.
Membayangkan hal tersebut membuat Vania menangis histeris, namun tak dapat ia pungkiri bahwa pelukan ini adalah impian yang kini dapat ia wujudkan.
Kriuk...kriuk...
Perut memalukan. Tidak tau kondisi dan situasi. Sekarang bukan hanya kesedihan yang dirasakan oleh Vania, tetapi juga rasa malu yang disebabkan cacing-cacing kelaparan dalam perutnya.
" Mami kira kamu nangis karena kangen sama mami, ternyata karena lapar "
Pipi Vania tak dapat berbohong karena sudah memerah karena menahan malu di depan dua orang yang baru ia temui ini.
" Maaf ya aku lapar soalnya belum makan dari kemaren "
" Kita juga tau sayang kalau kamu belum makan dari 2 bulan yang lalu, cuma cairan infus ini yang membantu kamu " ujar sang ayah
" Udah papi ih, bukannya pesan makanan buat anaknya malah debat "
Vania melihat pria tersebut memainkan jempolnya pada benda pipih buatan Cina yang sangat canggih itu.
Tak lama kemudian terdengar ketukan pintu dan menampilkan seorang perempuan yang membawa nampan di tangannya, Vania menebak itu pasti makanan yang diminta oleh pria tadi.
" Permisi tuan dan nyonya, ini makanan untuk nona Vanila "
Mami dari tubuh gadis yang ditempati Vania saat ini itu kemudian menerima nampan tersebut dan mengucapkan terima kasih, kemudian dapat Vania lihat perempuan yang Vania duga adalah perawat itu pergi meninggalkan ruangannya.
Dapat Vania lihat makanan di nampan tersebut sangat lengkap, terdapat nasi, ayam yang terlihat sangat menggiurkan, buah dan juga sayur. Jujur saja Vania belum pernah makan dengan porsi yang selengkap itu selama ia hidup. Ternyata melihat makanan saja bisa membuat suasana hatinya menjadi lebih baik dan Vania dapat melupakan kesedihannya sejenak.
" Yuk sayang makan, mami suapin "
Ternyata kata-kata sederhana yang keluar dari mulut wanita di depannya itu mampu membuat getaran aneh dalam diri Vania. Ternyata Tuhan tidak sejahat itu dalam menulis takdirnya, karena faktanya sekarang ia bisa merasakan hangatnya kasih sayang dari ayah dan ibu, walaupun itu bukan orang tua kandungnya.
Senyum Vania mengembang seiring dengan suapan demi suapan yang masuk dalam mulutnya. Makanan yang enak dan suapan dari seorang ibu, rasanya Vania sangat berdosa sudah memaki Tuhan karena mempermainkan takdirnya.
" Ma-mami, boleh gak aku tanya? "
Rasanya Vania tak mampu berada dalam kebingungan terlalu lama, ia harus segera mengetahui identitas gadis yang sekarang tubuhnya mungkin sudah jadi hak milik Vania.
" Boleh dong sayang, mau nanya apa? "
Oh iya jika kalian bertanya-tanya kemana perginya papi dari Vanila, maka ia sedang mengotak- atik laptopnya karena sekretarisnya sedikit kewalahan menghadapi orang yang diutus oleh pria itu untuk menggantikan meetingnya hari ini. Ya siapa lagi kalau bukan Zeo. Kata sekretarisnya Zeo sama sekali tidak bisa fokus dan senyum-senyum tidak jelas. Oke kita balik lagi ke Vania.
" Boleh tidak mami ceritain tentang diri aku? "
" Boleh dong sayang ku. Nama kamu adalah VANILA CLIORENZA LAWRENCE, usia kamu sekarang 17 tahun, kamu hobi banget make up kaya mami, kamu sekolah di sekolah keluarga kita SMA LAWRENCE, kamu punya sahabat namanya Riza sama Amel "
" Kata mami aku punya sahabat, kok mereka gak jengukin aku? "
" Aduh sayang kamu belum tau ya ini hari apa, ini hari Rabu jadi mereka pada sekolah "
Hampir saja Vania berburuk sangka pada dua gadis itu, jangan-jangan mereka hanya ingin mencari kepopuleran dengan berteman dengan Vanila.
Bruk (suara pintu terbuka)
Tiga orang yang berada dalam ruangan tersebut terlonjak kaget, ingin sekali rasanya Vania mengumpati pria yang baru saja masuk dengan grasa-grusu ke dalam ruangannya.
*Sekarang kita panggil Vania dengan nama Vanila okee*
Terlihat seorang pria yang menurut Vanila lebih tua 1 tahun darinya dengan seragam SMA yang sudah basah oleh keringat, baju yang dikeluarkan tapi tak mengurangi sedikitpun ketampanannya.
tunggu....
Katakan pada Vanila bahwa ia sedang bermimpi, karena pria yang masuk pada ruangannya itu adalah orang terakhir yang ia lihat sebelum ia mati dan orang yang ia kagumi selama ini.
WTF dia KAFKAZA GEORGA
Tubuh Vania terpaku saat Kafka berjalan tergesa menuju ranjang yang ia duduki saat ini dan... memeluknya.
" Sayang aku kangen banget sama kamu " ucap pria tersebut dalam dekapnya pada tubuh Vanila
OMG kali ini apa lagi.....
....
Hallo guys, gimana hari ini?
poloowwww guuuyyyssss
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANS VANILA
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!! Vania Calizza, seorang gadis manis yang selalu berpenampilan tomboi dengan kaos oblong kebesaran dan training nya, bukannya ia tak bisa berpenampilan feminim, namun ia menyadari keterbatasan ekonomi karena ia tinggal d...