🌹🌹 Happy Reading!! 🌹🌹
_~o0o~_
"Daffa pulang..."
"Kak Daffaa!! Mutia mau nunjukin sesuatu! Ayo ikut Mutia ke kamar!" Gadis kecil berusia 7 tahun itu menarik tangan Daffa dengan semangat. Sebetulnya badannya terasa begitu lelah. Namun ia tetap menuruti kemauan adik kecilnya itu.
"Kenapa sayangg.." Ucap Daffa lembut.
"Lihatt!! Tadi di sekolah Mutia diajarin tambah-tambahan. Nilai Mutia 95! Paling bagus diantara yang lain. Itu semua karena kakak yang udah ngajarin Mutia!! Terimakasih, ya, kak Daffa!"
Daffa tersenyum lebar lalu mengecup pipi Mutia berkali-kali. "Anak pintarr... Belajar terus ya.. Nanti kalau ada yang susah, bilang ke kakak. Sebagai hadiah karena nilai Mutia bagus, nanti malem kita motoran sambil beli es krim yuk? Mau?"
"Mauuu!!! Okee Mutia ngerjain PR sekarang aja supaya nanti malem bisa leluasa jalan-jalan sama kakak. Makasih banyak kak Daffa!! Mutia sayaaanggg bangettt sama kakak." Gadis kecil itu memeluk Daffa yang tengah berjongkok di depannya.
"Apalagi kakak. Kakak juga sayaangg bangett sama Mutia. Udah, ya. Kakak mau mandi dulu. Semangat belajarnya!!"
"Siaapp!!"
Daffa keluar dari kamar gadis kecilnya. Ia berjalan lunglai dengan sesekali memijat bahu kanannya.
"Mama? Mama baru pulang?" Wanita paruh baya itu memutar badannya setelah menutup pintu.
"Iyaa... Kamu juga baru pulang? Mau makan apa? Mama mau masak nih."
"Mama istirahat dulu, Ma. Tadi Daffa udah makan di kantin kok."
"Tapi kan Mutia belum, Daf."
"Nanti setelah mandi, Mutia mau Daffa ajak motor-motoran, Ma. Sebagai reward karena nilai matematikanya 95. Ohh atau kita bertiga makan diluar aja sekalian? Daffa baru gajian, Ma."
"Nggak usah, Daf. Gapapa nanti malem kamu ajak adekmu keluar. Mama tetep mau masak. Kita harus hemat. Udah sana mandi. Mama juga mau mandi. Panas banget tadi dijalan."
Daffa mengangguk lalu menatap ibunya yang berjalan menuju kamarnya. "Daffa harus berusaha buat bahagiain kalian, Ma. Suatu saat, Daffa ga akan meninggalkan istri Daffa seperti apa yang udah Papa lakuin ke Mama." Batinnya.
****
Daffa menatap mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Ia hafal dengan mobil ini. Setelah melepaskan helm sang adik, ia langsung menggendong Mutia dan berlari memasuki rumah.
"Mutia, kamu buruan masuk ke kamar, jangan lupa muter lagu kesukaan kamu yang keras ya! Pintu kamarnya dikunci! Terus mau belajar atau mau tidur juga boleh."
Mutia yang paham pun mengangguk cepat dan segera berlari ke dalam kamarnya.
Setelah mendengar pintu dikunci, Daffa segera berlari ke kamar sang ibu. Ia membuka pintu secara brutal.
Bugh!
"BERHENTI MUKULIN MAMA!!" Sentak Daffa pada pria paruh baya yang terjatuh setelah ia tinju tadi.
"Kamu lagi... Papa kan udah bilang. Papa akan berhenti mukulin Mama mu itu, asalkan kamu ikut tinggal sama Papa dan nurutin perintah Papa."
"Sampai kapanpun saya gak akan ninggalin Mama!! Apa sih yang anda mau dari saya?!! Belum puas anda ninggalin kami dan bikin hidup kami menderita?!! Belum puas anda nyari istri baru?!! Kenapa masih butuh saya?!! Bukannya anda juga punya anak laki-laki??!! Anda itu egois!! Manusia paling egois yang saya temui!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIM || Lee Haechan
Teen Fiction"Ternyata dia tak setangguh yang ku kira. Dia juga manusia biasa, manusia yang bisa rapuh kapan saja."