Menikah, sepertinya satu-satunya kesempatan itu bisa terjadi kalau ada duda beranak lima yang mau denganku. Masalahnya aku tidak mau duda beranak lima. Pikiranku tidak fokus, tapi aku masih bisa menyelesaikan meeting terakhir malam itu. Brad menungguku di luar ruang meeting, aku pikir dia pulang dengan Mas Iwan. Seperti biasa, dia dengan senyum cerahnya kali merayuku untuk mengantarnya pulang. Tentu sebelum pulang dia mengajak makan malam dulu. Aku tidak mengerti kenapa dia selalu cari cara untuk makan denganku. Alasan gantian traktir, kali ini rumahku searah dengan rumahnya daripada mas Iwan. Tapi anehnya lagi aku mau-mau saja dikibulin begitu, tersihir wajah imut dan senyum manis.
Brad menunjukan satu resto sushi di dekat kompleknya. Waktu kami sedang mengobrol sambil menunggu makanan, tiba-tiba beberapa cewek menghampiri kami. Dilihat dari kulitnya, setua-tuanya mereka masih anak SMA. Mereka menyapa Brad dan mengobrol tentang pertandingan basket yang terdengar seru. Setelah itu mereka minta tanda tangan di gelang karet mereka, kemudian pergi dengan wajah ceria.
"Anak club basket juga?" tanyaku setelah ketiga cewek itu.
"Bukan, aku gak kenal." jawab Brad.
Ah, sudah punya fans rupanya – pikirku. Tidak heran juga karena Lily salah satu contoh fansnya. Kalau aku membahas Brad sedikit, dia pasti nambahin beberapa bab supaya informasiku tidak kalah lengkap.
Selesai makan kali ini Brad beralasan kalau dia mau traktir sebagai perayaan shooting film. Aku tersenyum karena mulai belajar tidak perlu berargumen dengannya. Jiwa kompetitifnya menembus langit-langit yang aku bangun. Daripada memaksa, aku mengucapkan terima kasih dan menawarinya es krim. Aku mengambil es krim hazelnut, dan dia mengambil es krim earl grey. Kita memilih duduk di taman yang kosong karena sudah malam. Ditemani cahaya lampu remang-remang, kami kehabisan topik pembicaraan. Tapi bukannya canggung aku menikmati angin malam yang berhembus pelan, ice cream yang gampang meleleh, dan Brad yang sedang memandangi langit.
"Kalau bosen di rumah biasanya kamu ngapain?" tanyaku. Mencari topik ringan, tapi sepertinya dia tidak menganggap itu pertanyaan mudah. Dahinya berkerut seperti berpikir keras.
"Aku gak pernah bosen kayaknya." jawab Brad membuatku tertawa kecil. Tentu saja dia tidak pernah bosan. HAHAHAHA.. apalah aku yang nonton youtube atau baca novel terus kalau lagi libur. Tawaku berhenti waktu sadar kalau Brad melihatku dengan pandangan bertanya-tanya.
"Kita bertolak belakang banget." kataku menjelaskan pikiranku dan alasanku tertawa.
"Itu bagus atau enggak?" tanya Brad. Aku melihat matanya, mencari jawaban dari pertanyaannya. Jawaban seperti apa yang dia mau, aku tidak tahu apa karakter kami yang bertolak belakang bagus atau buruk. Toh itu tidak ada hubungannya dengan hubungan 'profesional' kami.
"Em, es krimnya leleh." kataku cepat-cepat menjilat es krim yang meleleh jatuh ke tanganku.
Malam mulai larut, Brad menyuruhku untuk langsung pulang dan tidak perlu mengantarnya sampai rumah. Katanya rumahnya sudah sangat dekat, dia hanya perlu jalan kaki sedikit. Awalnya aku menerima usulnya dengan baik karena aku biasanya tidak suka direpotkan. Tapi waktu keluar dari gerbang perumahaan, tiba-tiba rasa kepo ku muncul. Mungkin genetik kepo, mungkin trust issue, atau mungkin aku memang menasaran ingin kenal Brad lebih. Jadi aku memutar mobilku lagi, masuk ke perumahannya. Mengikuti arah dia berjalan, Brad sudah tidak terlihat di jalanan berarti dia sudah masuk rumah. Jadi aku hanya perlu cari tahu yang mana rumahnya. Bukan hal sulit karena mobilnya terparkir disana. Rumah desain minimalis dengan taman tidak terawat yang memiliki set playground berwarna pink. Dia bisa melihat rak sepatu dengan pintu kaca menunjukan sepatu-sepatu basket milik Brad. Sepenglihat matanya yang minus (sudah memakai kacamata) tidak ada sepatu perempuan. Tapi ayunan itu agak mengangguku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Oppa Is Younger Than Me
RomanceKatanya perempuan cantik, mandiri, dan pintar adalah dambaan semua pria. Tapi aku masih belum dapat jodoh diusia yang hampir menginjak 40 tahun. Waktu harapan itu akhirnya datang, dia berbentuk pria muda berusia sekitar 20 tahun. Perbedaan umur yang...