My Teacher and I (End)

38.3K 83 0
                                    

Gadis dengan rambut panjang berwarna kecoklatan bernama Joanna Putri itu memberikan satu polesan terakhir pada bibirnya. Dia tersenyum puas melihat warna merah menyala yang kontras dengan kulit putih susu miliknya. Orang berakal sehat manapun tidak akan mampu menolak pesonanya, dan Juan—guru les biolanya, jelas tidak akan mampu menahan diri.

Joanna memulai les biola sejak dua bulan lalu karena dipaksa oleh orang tuanya. Awalnya, dia ogah-ogahan. Tetapi setelah melihat sosok Juan pada hari pertama, niat Joanna belajar justru meningkat.

Juan adalah sosok yang sangat menawan. Diusia pria itu yang masih dua puluh tujuh tahun, pria itu sudah memiliki banyak pencapaian. Setahu Joanna, pria itu termasuk kalangan yang berada dan selalu diminati untuk menjadi pengajar di sekolah musik ternama. Entah mengapa, Juan justru memilih membuang waktu bersamanya.

"Persetanan, lah."

Selama dua bulan berada dalam bimbingan Juan, kemampuan Joanna meningkat pesat. Dari yang hanya sekedar bisa sampai menjadi lebih mahir. Tentu saja hal itu semakin mendorongnya belajar. Selain itu, Joanna bersemangat karena dalam setaip sesi akan selalu ada hukuman yang membuatnya melayang ke langit ke tujuh.

Memikirkan hukuman yang bisa dia dapatkan hari ini saja sudah membuat kewanitaannya berdenyut hebat.

Tok tok tok.

Dengan semangat Joanna membuka pintu, menampakkan sosok Juan yang mengenakan kemeja putih dengan lengan digulung sampai siku dipadukan dengan celana bahan berwarna hitam. Jangan lupakan kacamata yang bertengger manis yang membingkai netra gelap nan dalam itu.

"Juan!" seru Joanna semangat.

"Sir," Juan membenarkan.

"Maaf, Sir."

Melihat kepatuhan Joanna, Juan akhirnya tersenyum. Pria itu memindai penampilan Joanna dari atas ke bawah. Sedikit gila jika dipikir tubuh molek di hadapannya ini milik gadis sembilan belas tahun. Dia melirik kaki jenjang Joanna sekilas, naik hingga mencapai bagian dada Joanna yang memperlihatkan nipel gadis itu sudah menegang di balik gaun tipisnya.

Tangan Juan menyentuh dada Joanna tanpa berniat memberikan remasan. "Tidak memakai bra?"

"Dadaku sulit bernapas kalau memakai bra."

"Bagus. Celana dalam..." Jemari Juan turun perlahan namun berhenti di bagian pusar gadis itu begitu melihat Joanna yang terlihat sangat mendamba. "Tidak pakai, ya."

"Sir, touch me," rengek Joanna begitu Juan memberi jarak.

"Kalau permainan kamu bagus, saya berikan penghargaan kalau tidak kamu akan saya hukum."

Joanna tersenyum senang. Penghargaan atau hukuman, keduanya sama saja. Sama-sama membuatnya hilang akal.

"Warna bibir kamu cantik," puji Juan sebelum masuk dan mengunci kamar Joanna. "Semua orang di rumah sudah pergi, kan?"

"Iya. Mom dan Dad sedang ada perjalanan bisnis, mungkin dua hari lagi pulang. Seluruh pelayan sudah aku suruh diam di rumah belakang sampai besok pagi."

"Bagus. Ambil biolamu."

Joanna menurut, mengambil biola yang disimpan di atas ranjang. Gadis itu menunduk dalam dengan sengaja agar dressnya terangkat dan memperlihatkan kewanitaannya yang tak terbalut kain sama sekali. Setelah beberapa menit barulah Joanna benar-benar mengambil biolanya.

"Ke sini, Jo," panggil Juan dengan nada suara penuh penekanan.

Juan membuka kakinya lebar, member celah Joanna berdiri di antaranya.

"Mainkan Second waltz."

"Lagi? Tapi aku sudah mahir memainkan yang itu, Sir. Apa tidak ada yang lebih sulit?"

Crazy Girls Series (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang