After School 1

11.2K 38 0
                                    




"Pagi, Mr. Williams," sapa Grace kepada sosok pria berkacamata di hadapannya sembari memberikan senyum terbaik yang dia miliki.

"Pagi," balas pria itu dingin kemudian berlalu begitu saja.

"Sialan. Kenapa dia selalu dingin seperti itu, sih?" Guman Grace kesal.

Ada satu hal yang paling Grace Stuart benci di dunia, yaitu diabaikan.

Dengan status dan pencapaian yang dimilikinya selama mengenyam pendidikan di Royal High School, tidak satupun orang mengacuhkannya. Baik siswa, guru, petugas keamanan, dan petugas kebersihan menyukainya.

Grace adalah anak yang ramah, berprestasi dan sering membantu. Hal itu membuat orang-orang disekitarnya memuja jalan yang dia lewati.

Gadis yang baru saja berusia delapan belas tahun itu menyukai perhatian yang dia dapatkan. Sebaliknya, dia sangat membenci jika ada yang tidak meliriknya untuk kedua kali dan Arthur Brown adalah orang itu.

Arthur Williams adalah pria berumur dua puluh lima. Pria itu baru mulai bekerja di Royal High School kurang lebih selama dua bulan

Awalnya, Arthur tidak memasuki radar Grace sama sekali, tetapi satu waktu guru untuk jam pelajaran kimia diganti menjadi Arthur. Pria itu mengisi dua kali. Yang pertama saat ada kuis dan yang kedua saat ada pembagian hasil.

Seperti biasa, Grace mendapat hasil nilai hampir sempurna. Jika yang memberikan hasil tersebut adalah Miss.Jill, Grace akan selalu diberikan rentetan pujian yang panjang sekaligus perhatian penuh. Tetapi hal itu tidak terjadi saat Arthur memberikan hasil kuisnya.

Pria itu hanya menyebutkan namanya, meliriknya sekilas lalu memberikan kertas nilainya. Sudah.

Ego Graca yang sebesar bumi dan seisinya terluka. Mulai saat itu, Grace menaruh perhatian pada Arthur. Dia kerap mengintai pergerakan pengajar muda itu. Mencari apakah pria itu berlaku sama kepada seluruh siswa atau hanya dirinya saja.

Tau apa kenyataannya, Arthur ramah kepada semua orang kecuali dirinya.

Entah bagaimana caranya agar Arthur memujanya sama seperti yang lainnya. Apa yang bermula dari hanya sekedar rasa tertarik yang begitu kecil berkembang begitu pesat seiring berjalan waktu dan berubah menjadi sebuah obsesi. Grace ingin pria itu memujanya lebih dari orang lain.

Tidak jarang juga gadis itu berfantasi liar tentang Mr. Williams. Hal yang tak pernah dia lakukan, kini bagaikan sebuah rutinitas. Dia sering kali terbangun dengan kewanitaan yang lembab dan perasaan hampa karena tak terpuaskan.

Grace benci sekali dengan ketidakberdayaan seperti ini. Dia ingin mendekat tetapi tidak pernah diterima. Dan meskipun diterima, gadis itu tidak yakin jika Mr. Williams benar-benar bisa melihatnya sebagai seorang wanita.

***

Ketika waktu pelajaran olahraga, Grace seperti biasanya hanya diam setelah mengikuti sesi pemanasan lalu menghabiskan sisa waktu menonton teman-temannya berolahraga dengan semangat.

Kekuatan fisik Grace sejak dulu memang tidak bagus, sehingga pihak sekolah dengan permintaan kedua orang tuanya memberikan keringanan kepadanya. Dengan didukung oleh segudang prestasi dibidang akademik, tentu saja permintaan kecil itu dikabulkan tanpa perlu banyak perdebatan.

Dua gadis teman sekelas Grace melambai begitu melewatinya yang dibalas dengan senyum ramah khas milik Grace, kemudian netranya teralih pada sosok Mr. Williams yang berdiri di seberang lapangan.
Pria itu masih berpakaian yang sama–yaitu style yang membosankan. Kemeja putih yang sangat rapi dipadukan dengan celana bahan berwarna hitam, rambutnya masih klimis. Meski begitu, ketampanan Mr. Williams tidak bisa disembunyikan.

Crazy Girls Series (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang