Abimana mendadak terserang cemas. Pesan singkat yang diterima dari istrinya membuat dia kelabakan, sangat gelisah. Tanpa pikir panjang dia menarik tuas persneling dan menekan kuat pedal gas. Mobilnya melaju dalam kecepatan tinggi. Apalagi yang harus dia perbuat selain berupaya sekeras mungkin agar tepat waktu tiba di tempat?! 'Perut Adek sakit, Mas. Tapi, Adek udah minum obat pereda nyeri. Mas bisa jemput Adek ke Bogor, enggak?' Begitulah pesan yang dibaca Abimana beberapa menit lalu, sehingga mengakibatkan tubuhnya refleks menyambar kunci mobil di atas nakas; bergerak tangkas saking ketakutan akan terjadi hal buruk pada istrinya.
Rasa waswas kian bertambah kala Ajeng tak menjawab teleponnya. Banyak asumsi hilir mudik di benak Abimana dan semua dugaan menyeramkan itu justru mendorong ketegangan ke tengah suasana. Jarang sekali dia mengumpat. Dan kini justru berkali-kali mengeluh. Dia bahkan nyaris mengumpat sebab mobilnya tak bisa lebih cepat lagi; sudah di angka maksimal. Perjalanan jauh menjebak Abimana berada dalam sikap anomi. Tak lagi peduli akan hal lain, prioritas utama adalah keselamatan Ajeng juga calon anak mereka.
-----
Gelak tawa bersusulan mengudara di antara para wanita berikut pemuda-pemuda tampan yang kini menemani di situ. Atmosfer panas pun menguar ke seisi ruang vila berukuran luas tersebut. Masing-masing dari mereka duduk berpasangan, terkecuali Ajeng. Dia memilih mengasingkan diri di kamar, duduk dengan perasaan khawatir yang sejak tadi menguasai pikirannya.
"Di mana pasangan saya? Kenapa cuma saya yang sendirian di sini?" Pemuda jangkung berkulit putih menuturkan kecewa yang dia rasakan, William namanya.
"Maafkan kami. Dia sedang tidak enak badan dan harus beristirahat. Jangan khawatir, kamu bisa bergabung bersamaku," kata Jeslyn.
"Tetap aja saya sendiri menganggur." William berdecak, dengan malas mengamati satu persatu temannya.
"Kamu enggak suka, Jeslyn? Kemari lah! Kamu sama aku aja." Lisa menyahut dengan entengnya sembari membagi satu kedipan mata. Sementara, pemuda di sebelahnya justru mengangkat bahu setelah sempat dalam beberapa detik menghunuskan tatapan sinis pada William.
"Kalau tahu begini lebih baik saya ambil job lain. Saya melewatkan kencan dengan klien tetap saya karena si bos bilang kalian membayar mahal untuk ini." William mengambil duduk di antara Jeslyn dan Lisa.
"Nikmati aja pestanya, daripada kamu kehilangan kesempatan." Jeslyn mendaratkan kecupan singkat di pipi pemuda itu, menampilkan pula senyuman menggoda di wajahnya.
"Jangan coba-coba memancingku, Nona! Atau Anda tidak akan sanggup menanggung akibatnya." Sebagai pekerja seks, William dibekali segala kebolehan untuk menundukkan kliennya. Termasuk merespons rayuan si klien dengan sikap lebih berani dan sedikit kiasan mengandung makna kotor. "Saya jagonya meningkatkan gairah wanita. Kamu ingin saya melakukan apa untukmu, Madam?" Sungguh lihai gerakannya, tanpa bisa ditebak datang ke pantat Jeslyn dan meremasnya main-main.
"William seperti binatang liar. Rata-rata klien tetap dia adalah pemilik nafsu tinggi dan maniak seks." Mario, pemuda lainnya yang duduk di samping Lisa sekadar diam memandang siaran vulgar secara langsung di depan mata. Temannya, William tengah beraksi menggunakan sepasang lengannya dengan sangat pas memantik libido. Remas sana, remas sini, masuk ke lapisan kain dengan lancang dan dia menyeringai ketika Jeslyn mengerang cabul untuknya.
"Kita bisa mencobanya juga bila kamu mau," Lisa pun siap pada permainannya, menggebu-gebu mencium Mario dengan sangat lihai.
"Ingat batasanmu, Jon. Aku enggak mau ada sentuhan fisik. Hanya berbincang, kamu menemaniku mengobrol. That's it, enggak lebih!" Oh tidak. Pemuda yang sejak awal dipilih Gisca sebagai partner hampir juga menyentuh tubuhnya.
"Kamu bisa memanggil saya jika ingin pelayanan tambahan, sayang." William tertawa sinis begitu menyudahi aksi brengseknya terhadap Jeslyn. Dalam kondisi berantakan dia meninggalkan wanita itu, mengembalikannya pada rekannya 'Daren'. Sempat pula dia menertawakan si rekan yang kini mendelik tajam kepadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dek Ajeng & Mas Abim
Storie d'amoreAjeng yang manja berpikir suaminya selalu memenuhi segala permintaan dia. Abimana punya banyak cinta untuk diberikan kepada istri tersayangnya ini tanpa tega menolak. Telanjur terlena justru menjerumuskan Ajeng ke dalam masalah besar dan genting. Di...