Kelembutan yang Bersinggungan [18+]

1K 50 5
                                    

Rumah tampak tenang ketika Sasuke berdiri di depan pintu dengan tangan yang terdorong untuk menekan bel rumah. Seraya menunggu, ia melirik lambang klan yang terpatri di tembok rumah dengan begitu tegas di sana. Dulu saat ia masih kanak-kanak, melihat lambang itu seperti menatap sesuatu yang istimewa dan sosok ayahnya yang akan langsung terbayang olehnya. Ia sedikit penasaran, apakah Sarada juga berpikir demikian?

Cukup lama Sasuke menanti dengan memori yang membawa dia pada waktu-waktu baik saat ia belum paham semuanya. Kemudian derit pintu yang perlu dilumas minyak menarik atensi dan muncul sosok Sakura dengan rambut masih basah serta handuk kimono yang membalut tubuh. Sasuke menatap cukup lama tanpa ekspresi apapun sampai Sakura yang memutuskan untuk masuk ke dalam lebih dulu.

“Maaf, Sasuke-kun. Aku baru saja kembali dan baru masuk untuk mandi. Oh ya, Sarada sedang ada misi.” Ucapnya buru-buru berjalan ke kamar mandi, takut-takut lantai jadi basah di mana-mana karena rambut basahnya yang benar-benar baru disiram air.

Sasuke melepas sepatu di genkan dan melirik rak yang didominasi milik Sakura dan beberapa milik Sarada, kemudian di rak kaca tertampang sepatu-sepatu Sarada yang berukuran kecil. Diam-diam hatinya menghangat, Sakura banyak menyimpan barang-barang Sarada yang banyak Sasuke lewatkan selama bertahun-tahun. Di sana juga terdapat stempel kaki Sarada ketika ia baru lahir. Ia kemudian berjalan menuju kamar dan menyadari rumah mereka terlalu luas hanya untuk diisi tiga orang yang penghuninya jarang berkumpul. Mungkin ini juga alasan mengapa Sakura banyak menyimpan kenangan-kenangan pada bufet kaca dengan begitu rapi. Rumah ini juga memiliki desain khas rumah Nihon-jin modern sehingga kesan luas tidak begitu kentara.

Sasuke membuka pintu kamar, aroma yang didominasi oleh Sakura dengan suasan hangat meski terasa menyejukkan untuk tidur siang. Kemudian ia menyimpan katana dekat nakas dan agak terperanjat saat Sakura dari dalam kamar mandi berteriak sembari sedikit menampilkan kepala. “Sasuke-kun, bisa tolong ambilkan sabun baru? Aku lupa mengisinya semalam. Itu ada di dalam kotak dekat meja rias.”

Sasuke tidak banyak bicara, tetapi sebelum mengambil isi sabun dalam kotak yang dimaksud, ia menanggalkan pakaian yang hanya menyisakan celana kemudian lekas mengambil isi sabun tersebut. Wangi sabun tersebut aroma tea tree dan tambahan shiso seperti yang ia sering lihat ketika pulang. Bukan aroma yang feminim, tetapi wangi sesuatu yang menenangkan dan tidak begitu kentara jika dari jauh.

Sasuke mengetuk pintu, kemudian melenggang masuk saat Sakura membukanya. Sakura yang tidak memakai apapun menampilkan wajah terkejut yang sontak langsung bersedekap menutupi dada. Sasuke sendiri tidaj bereaksi apapun selain menyodorkan pouch isi sabun kemudian menanggalkan celana dan segera membasahi diri di bawah pancuran air.

“S-Sasuke-kun?” Sakura masih menatap Sasuke dengan wajah bingung. Namun yang ia lihat akhirnya tubuh proporsional Sasuke yang kencang tidak terlalu berotot dengan punggung tegap. Ia melihat ada beberapa bekas luka pada beberapa bagian tubuh sehingga memberikan kesan laki-laki maskulin khas yang akan membuat perempuan-perempuan bertekuk lutut.

Sasuke melirik sebentar dengan tangan menyugar rambut, menampilkan mata heterokromia milik laki-laki raven itu yang sering kali menghipnotis Sakura. “Kau mau bergabung Sakura?” Tanya suara bariton tersebut dengan tenang.

Sakura masih terpaku, warna rambut dan pipinya justru saling beradu dengan jantungnya yang memompa darah lebih cepat. Sasuke sendiri mengusap wajah ketika ia mulai memikirkan kulit Sakura yang begitu lembut dan hangat untuk ia sentuh. Sialan. Sakura benar-benar terlalu indah untuk tidak dipikirkan sampai membuatnya merasakan gelenyar panas di bawah sana. Sebelum Sakura mengatakan apapun, Sasuke mendekat dan menarik tangan isterinya itu untuk ia kecup.

HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang