Bukan sebuah kencan

782 42 5
                                    

Pendar bulan pada air danau tampak cantik ketika Sasuke tidak sengaja memutar bola mata. Ia agak waspada saat ada suara dari semak dan kemudian seekor katak lompat pada daun teratai yang tampak hampir mati. Suasana agak canggung bagi dia. Beberapa saat lalu ia ada sedikit beradu argumen dengan istrinya yang kini sedikit mengambil waktu untuk dirinya. Hanya perdebatan soal Sakura yang tidak ingin ditemani dan ia yang kuatir berlebihan musabab demam Sakura yang baru hilang.

Tiga hari lalu Sakura demam dan baru benar-benar membaik hari ini. Untuk itulah ia berinisiatif mengantar Sakura yang ingin sedikit membersihkan diri. Namun berakhir dengan penolakan yang membuat ia diam agak jauh. Setidaknya Sasuke akan tahu jikalau Sakura perlu bantuan. Sebagai seseorang yang tidak terlalu ekspresif, beginilah cara Sasuke menunjukan afeksi dan harusnya Sakura memang tahu. Tetapi mungkin ia hanya tidak ingin Sasuke terganggu waktu tidurnya atau entahlah, istrinya itu sulit dimengerti di waktu-waktu yang tidak ia duga.

Setelah cukup lama menanti dan Sakura yang tidak kunjung kembali, ia berinisiatif untuk menilik, namun tidak menemukan Sakura di sana. Sedikit teralih oleh rasa panik, Sasuke segera memeriksa kembali tempat mereka bermalam. Sebuah gua yang sedikit lembab sebab di sini dekat perbatasan desa Kumo, jauh lebih humid dari beberapa desa seperti Suna atau Iwa. Ia mendapati Sakura yang sudah kembali berbaring dengan meringkuk musabab udara jauh lebih dingin. Di luar gua bahkan sebenarnya cukup berkabut dan membawa hawa dingin ke dalam.

Sasuke melepas jubah, kemudian menambahnya sebagai selimut untuk Sakura yang wajahnya kini lebih rileks. Ia duduk dekat perapian dengan senyum tipis, meski bagi banyak orang Sakura seorang perempuan tangguh, namun baginya Sakura adalah istrinya yang perlu dilindungi dan sesekali merengek untuk hal-hal sepele.

Ia beralih merapikan rambut Sakura, kemudian berbaring di sebelah untuk memeluknya dengan penuh kasih seraya berkata. “Selamat tidur, Tsuma.” Kemudian ia menyusul Sakura ke alam mimpinya.


•••



Waktu berlalu dengan kabut yang menarik pagi segera datang menyambut ketika Sasuke bangun dalam keadaan kepala yang berat. Di sisinya Sakura sudah sibuk membuat sesuatu, matanya agak berat untuk terbuka dan ia cukup kedinginan sehingga selimut yang menutupi dirinya mengerat.

“Sasuke-kun, kenapa kau melepas jubahmu?” Ia bermonolog, kebiasaan yang ia lakukan saat memasak. Belakangan Sasuke sudah paham betul mengenai ini. Ia hanya tersenyum kemudian duduk untuk melihat Sakura yang kini lebih bugar.

Sakura memegang dahi Sasuke, “Maaf Sasuke-kun,” Dan ia agak meringis merasakan panas suhu tubuh laki-laki raven ini. “— ah ... kau demam. Jadi setelah ini tolong makan buburnya kemudian kembali istirahat agar aku bisa mengompresmu.”

Sasuke melirik nanakusa gayu, bubur dengan tujuh macam rempah hijau. Jika boleh jujur Sasuke lebih baik memakan nasi kepal yang hanya diberi okaka atau bubur dengan hanya diberi garam saja daripada memakan bubur ini. Ia pernah mencoba dulu saat berkelana sendirian dan jika boleh mengatakannya ia tidak menyukai bubur ini sama sekali. Tapi Sakura sudah memasak dengan tenaga yang baru pulih, lagipula ia ingin menghargai tiap hal yang Sakura lakukan selama itu baik. Maka ketika Sakura menyodorkan semangkuk bubur dominan warna hijau tersebut, ia menerima dengan sukarela dan memakannya.

“Sasuke-kun, aku tahu kau pasti tidak akan suka memakannya. Apa mau ditambah tomat atau okaka?”

Ya ... Sasuke sangat menyukai tomat. “Kurasa tomat akan cukup.”

Sakura tersenyum mengambil tomat kemudian mencuci bersih dan memotongnya langsung di atas mangkuk bubur Sasuke. “Kau tahu Sasuke-kun, aku tidak begitu pandai memasak. Saat Ino mungkin sesekali menghabiskan waktu untuk belajar hal di dapur, aku sibuk dengan Tsunade shishou dan tentang rumah sakit. Jadi tolong beritahu aku apa yang seharusnya aku lakukan agar masakanku lebih baik.” Ia tersenyum cerah.

Sasuke tidak langsung mengambil mangkuknya, “Ya, aku akan berusaha memberitahumu, Sakura.” Ia mendengarkan Sakura baik-baik kemudian mengusak rambut merah muda itu dengan lembut.

Sakura yang tidak terbiasa tampak malu-malu, terlihat dari wajahnya yang tampak bersemu dan matanya yang tidak bisa menatap Sasuke. “Ah ... ya ... terima kasih.”

Sasuke paham kalau Sakura tengah malu saat ini. Jika ia bisa membicarakan ini, ia tahu sifat ini sejak mereka saling bertemu untuk pertama kali dulu. Ia masih ingat gadis kecil berambut merah muda dengan pita merah yang menghampirinya kemudian berlari begitu saja. Untuk satu memori itu, Sasuke tersenyum tipis. Dunia shinobi merubah Sakura, tetapi tidak dengan sifat alamiahnya. Mungkin suatu saat ia akan membicarakan banyak hal dengan Sakura termasuk bagaimana masa kecilnya, saat semuanya sudah terasa damai.



•••



Sakura merasa Kamisama tidak adil terkadang sebab dengan tubuh hampir sempurna itu Sasuke lahir, ia bahkan cepat sekali membaik saat sakit dan beberapa jam setelah beristirahat kini mereka sudah berjalan kembali meneruskan perjalanan mereka untuk ke Kumo. Meski hari mulai gelap, mereka sampai di gerbang utama desa yang kini tampak lebih kokoh dengan arsitektur lebih modern dari terakhir Sakura ingat. Setelah perang besar ninja ke empat lalu, desa-desa banyak yang merenovasi bangunan-bangunan mereka jauh lebih baik. Kakashi sensei sendiri juga begitu sibuk memperbaiki dan membuat perencanaan untuk Konoha ke depannya ketika mereka memberikan dokumen pernikahan dan izin untuk mengembara.

Saat masuk mereka hanya perlu memberikan nomor registrasi ninja mereka. Ada sedikit kendala sebab dalam data Sasuke tidak tertera banyak dan hanya berstatus Uchiha dari Konoha saja serta usianya. Namun musabab perang besar dan ada banyak kemungkinan termasuk hilangnya data, Sasuke dan Sakura sudah berjalan lebih jauh memasuki desa. Mereka disambut dengan lampu-lampu yang tampak cantik menyala dengan awan yang mengelilingi tiap bangunan, di atas sana juga tampak banyak orang-orang yang berkumpul dengan memakai yukata dan anak-anak tampak bahagia berlarian ke sana kemari.

Sakura tampak berbinar melihat perubahan desa ini yang terlihat indah dengan banyaknya tanaman dan pepohonan di dekat setiap bangunan. Belum lagi awan-awan yang menutupi beberapa daerah tinggi, desa ini terlihat sedikit seperti dunia dongeng dan lampu-lampu di sana seolah seperti anak-anak Kamisama yang memberikan banyak kebahagiaan.

“Sasuke-kun, terima kasih sudah mengajakku untuk ikut denganmu.” Mata Sakura masih terpesona oleh langit Kumo yang meskipun tampak tidak secerah di Konoha di mana keadaan langit dapat terlihat jelas, Kumo benar-benar indah saat ini mereka datangi.

Sasuke meraih tangan Sakura, ia tidak mengatakan apapun tetapi Sakura tahu maksud dari sentuhan ini. Sangat lembut dan penuh afeksi, di mana Sakura dapat merasakan kalau Sasuke akan terus seperti ini bersamanya.

Dulu Sakura sangat iri degan teman-teman mereka yang pergi berkencan atau dapat dengan mudah bertemu. Sekarang ia bisa merasakan banyak hal baru dengan Sasuke, seolah semua penantian dan hal yang ia lakukan untuk Sasuke terbayar dengan jauh lebih indah. Pengalaman-pengalaman yang mereka lalui, membuat ia dan Sasuke jauh lebih dekat. Bahkan tanpa mengatakan apapun, mereka bisa saling memahami termasuk saat ini. Di mana jemari mereka saling menyatu, menyalurkan banyak perasaan yang tidak bisa mereka katakan. Kemudian kembang api menyala, hari ini Kumo merayakan hari berakhirnya musim panas sebagai tanda rasa syukur mereka.

“Sakura, bisakah kita di sini lebih lama sebelum mencari tempat istirahat?”

Dan Sakura mengangguk dengan senyumnya sebab ia merasakan jempol Sasuke yang mengusap punggung tangannya.







See you on other chapters^^ terima kasih sudah berkunjung. And a very big thanks utuk yang menyempatkan memberi apresiasi karena kalian hari saya terasa lebih baik.

HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang