Kini Harsa dan Agnes saling memeluk satu sama lain, bahkan wajah Agnes berada di leher Harsa,Agnes terkejut ia langsung berteriak dan mendorong tubuh Harsa begitu saja.
"Aaaa siapa kamu lepas jangan memelukku tidak" teriak Agnes
"Apa yang kamu lakukan Agnes hah, bisa-bisanya kamu seperti ini" tanya Harsa
"Saya mimpi buruk,maaf Pi sungguh Agnes tidak sengaja"
"Lain kali lebih berhati-hati Agnes, kamu sudah menikah tolong jangan suka ceroboh seperti anak kecil paham" bukanya semalam ia lembut kenapa sekarang menjadi laki-laki pemarah dan sangat dingin itu.
Agnes menghela nafasnya ia harus lebih sabar untuk mengahadapi suaminya ini, bahkan ia lebih arogan daripada Om Juan, tau gitu mending menikah dengan Om Juan aja.
"Kamu masih mau diam disitu saja,cepat siapkan baju saya jadi istri kok gak peka banget sih" kenapa harus marah-marah sih membuat mood Agnes menurun saja.
"Bentar gak usah marah kali, dikit-dikit marah cepet tua nanti"
"Kamu bilang apa Agnes katakanlah lagi"
"Eh tidak Pi" Agnes segera menyiapkan kemeja untuk Harsa, tentunya dengan keperluan lainnya Harsa yang baru selesai mandi langsung saja mengambil pakaian yang telah disiapkan istrinya, bagus juga seleranya.
Agnes langsung saja mandi, sialan ia tidak membawa handuk bagaimana ini, Agnes bingung jika lama-lama disini ia akan kedinginan nantinya.
"Pi udah keluar, boleh minta tolong gak" tanya Agnes
"Apa cepat katakan" tanyanya
"Ambilkan handuk, saya tidak membawanya" dengan senyuman manisnya Harsa langsung mengantarkan handuk milik istrinya untungnya dia belum ganti pakaian dan masih mengenakan handuk, tangan Agnes mengambil handuk itu namun Harsa ikut masuk.
"Masih mau berlama-lama hmm, kalau gitu kita buat lebih lama lagi baby"
"Tidak mau, keluar jangan sentuh saya" justru Harsa mengabaikan perkataan Agnes, ia mencium bibir Agnes dengan ganas, lalu turun ke lehernya iya Harsa akan meninggalkan jejak disini, tangan kanan Harsa meremas buah dada istrinya itu.
"Ahhhh Papi uhhhhhh nggghhh yeah Papi Ahh"
"Nikmati sayang,kamu akan ketagihan dan memintanya lagi" Harsa sudah siap untuk memasukkan pisangnya ke dalam milik Agnes, kenapa masih sempit padahal mereka sudah melakukannya satu kali.
"Akhhhh uhhhhhh Papi sakit enakk Papi" Agnes mencakar punggung Harsa, apalagi dengan kukunya yang panjang itu, Harsa tetap mengabaikannya menurutnya ini sangat nikmat, Harsa semakin cepat memompanya hingga satu jam mereka bermain Harsa mengeluarkannya di dalam,Agnes panik bagaimana jika ia hamil.
"Ahhh Papi, kenapa dicabut"
"Enak kan, mau lagi"
Agnes menganggukkan kepalanya,dan Harsa memasukannya lagi dengan sekali hentakan, tentunya perih sekali disini.
"Ahhh Papi sakitt pelan-pelan"
"Nikmati baby" Harsa kembali mencium dan tangannya meremas buah dadanya hingga kuat,ini lah yang membuat Harsa semakin nafsu kepada Agnes, Agnes liar juga dipikir dia handal padahal baru kedua kalinya mereka melakukannya.
"Ahhh Papi, Ahhhh Uhhhhh nikmat Papi ahhh"
"Panggil namaku sayang"
"Ahhh Harsa enakkk ahhhh"
Dua jam pergulatan panas mereka, kini keduanya mandi bersama,Agnes sudah lemas rasanya ingin tidur saja, tapi ia teringat jika belum memasak bagaimana dengan Shakila.
"Pi bagaimana Shakila,saya terlambat untuk turun memasak gara-gara Papi meminta jatah di lagi hari"
"Tenang ada Bu Siti yang memasak, lagian menarik bercinta di pagi hari"
"Capek banget saya, mau tidur aja"
"Isi tenaga terlebih dahulu, kita turun makan"
Agnes mengenakan dress yang cukup mini, memang bajunya seperti ini semua, jika dirumah Harsa tidak akan mempermasalahkannya, Agnes melayani suaminya mengambilkan makanan untuk Harsa.
Agnes dan Harsa kedua orang yang sama-sama di jebak, diberikan obat hingga keduanya tidak sadar ketika melakukannya, hingga malam panas yang merenggut kesucian Agnes masih terngiang-ngiang di pikiran Harsa, mereka tidak saling kenal bahkan sampai sekarang juga canggung.
"Maaf tuan, saya masak yang ada aja karena belum belanja" Bu Siti takut jika Harsa marah, karena Harsa tidak menyukai makanan yang seadanya seperti ini.
"Tidak masalah Bu, nanti ibu bisa belanja oh ya ibu perkenalkan ini istri saya Agnes"
Agnes tersenyum menatap Bu Siti, dan Bu Siti bersyukur jika tuannya itu mau menikah lagi, karena selama ini ia kasihan dengan tuannya itu ia selalu gagal move on bahkan sampai sekarang masih mengharapkan Mama Shakila kembali kepadanya, Bu Siti kembali ke dapur lagi.
"Semalam kok tidak ada ya" tanya Agnes
"Iya kan jam 5 pagi sampai 5 sore saja, kalau malam sekarang ada kamu sekiranya laper ya kamu yang masak"
"Boleh saya yang belanja kebutuhan dapur Pi, setidaknya kita keluar jalan-jalan saya bosan" dengan alasan belanja kebutuhan dapur, ia bisa jalan-jalan menghirup udara segar nantinya.
"Oke tunggu Shakila pulang terlebih dahulu baru nanti kita berangkat"
Siang harinya Shakila sudah pulang, Agnes menyambutnya dengan baik, dan gadis kecil itu langsung menyapa lalu memeluknya bahkan ia mengabaikan Harsa.
"Gimana sekolahnya sayang, maaf ya Mami tadi tidak mengantar kamu ke sekolah lain kali deh Mami akan mengantar kamu sayang"
"Seru Mami, tapi besok ada pentas seni Mami orang tua harus datang, tapi Papi sangat sibuk mana mungkin mau datang"
"Apa Papi tidak pernah datang sayang, lalu jika Mami yang datang apakah Shakila tidak masalah"
"Papi akan datang bersama Mami sayang, kamu tenang saja Papi akan menyempatkan waktu buat kamu"
"Yeay terimakasih Papi Mami"
"Sayang ayo makan siang dulu, habis itu bobo ya" dengan telaten Agnes menyuapi Shakila makan, sedangkan Harsa hanya menatap keduanya saja begini rasanya punya istri makan dilayani tidur afa yang menemani biasanya ia sendiri.
"Shakila lapar ya, sampai habis loh makanannya" Harsa heran biasanya Shakila paling sulit jika disuruh makan, tapi kenapa sekarang ia sangat lahap makan apa karena disuapi oleh Agnes.
"Masak sih Pi" tanya Shakila
"Itu lihat piringnya kosong sayang, kamu lapar banget atau gimana hmm"
"Ganti baju sayang terus tidur ya, nanti sore mau ikut Mami keluar" tanya Agnes
"Mau dong Shakila mau jalan-jalan sama Papi dan Mami yaudah Shakila tidur dulu ya"
Shakila sudah masuk kamar tinggal Agnes dan Harsa keduanya saling menatap satu sama lain, Agnes langsung saja mengalihkan pandangannya, bagi Harsa hanya Maura yang ada dihatinya sampai kapanpun walaupun Agnes lebih cantik dari Maura tapi cintanya sudah habis untuk Maura.
"Apa aku pantas bersanding dengan laki-laki sebaik Harsa, apalagi aku sangat tidak baik bagaimana jika keluarganya tidak menyukai aku" kaya Agnes dalam hati, begitu rumit hidup ini dipertemukan dengan Harsa bukan pilihan Agnes tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kecil Daddy
RomanceMenikah secara terpaksa membuat gadis itu tidak bisa melakukan apapun, apalagi mengingat jika ia harus menikah dengan kakak dari sahabatnya, laki-laki yang tidak pernah ia cintai itu, kesalahpahaman membuat dirinya harus menjadi istrinya, tidak dite...