c3

4.2K 575 19
                                    

"Dan kita coba kenangi semua,
Walau t'lah tiada
Bagai etalase jendela?"
(Etalase - Sore)

^*^*^
Sore...

Langit teduh dengan ditemani teh hangat memang tenang rasanya. Asap mengepul dari atas permukaan teh yang melebur dengan angin dingin.

Awan putih berarak-arakkan seolah-olah mengitari bumi. Matahari yang mulai bersembunyi di balik awan. Kicau burung yang bersahut-sahutan lalu mengepakkan sayapnya, meninggalkan tempat ia berteduh sementara.

Damai rasanya.

Di bawah pohon rinai yang sejuk, terdapat dua kursi kayu dan meja bundar kecil di antara dua kursi itu. Di atas meja, ada dua teko dan dua cangkir. Masing-masing berisikan teh dan kopi.

"Seperti dulu," ucap Vira memecahkan keheningan kala sore itu. "Kamu meminum kopi, aku minum teh. Saat sore."

Faktar menolehkan kepalanya sedikit. Ia pun terkekeh pelan. "Kamu keliatan beda, make rok selutut dan yah... layaknya wanita karir pada umumnya. Lebih terlihat dewasa dari tujuh tahun yang lalu. Masih dengan rok abu-abu, kemeja seragam sekolah...."

Vira tersenyum lalu menyesap tehnya. Tak lama, ia menyandarkan punggungnya pada kursi agar lebih rileks, "Semuanya berubah dengan cepat ya? Aku... kamu... kita... mereka... berubah."

Masa lalu yang sudah melebur menjadi kenangan. Tersimpan dalam memori. Kadang seolah terbuai dengan manisnya masa lalu, tapi... jika bersamanya waktu lalu sungguh terlalu manis, apa mungkin bersamanya di masa depan akan terlalu pahit?

Faktar menganggukkan kepalanya sekali menanggapi ucapan Vira. "Jadi," ujar laki-laki itu lalu menatap Vira dengan mimik serius. "Bisa kita ulang dari awal?"

Saat SoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang