"Sepantasnya kau pergi. Melayang sayang, di kegelapan ini." (Ambang - Sore)
^*^*^
Vira menatap layar ponselnya dan membaca pesan yang dikirimkan Faktar padanya. Sakit rasanya.Faktar: ada urusan1!1!1
Begitu isinya. Kode nomor 1 dan tanda seru itu bertanda bahwa memang dia akan bertemu Riri.
Vira menghembuskan napasnya panjang lalu mengambil jaketnya dan membawa dompet. Setelah memastikan pintu rumahnya terkunci, Vira pun berjalan kaki sampai depan komplek perumahannya lalu menaiki taksi yang selalu ada di depan kompleknya.
Hanya membutuhkan 15 menit, Vira pun sudah sampai di depan rumah Faktar. Rumah sederhana yang juga terlihat sepi, sama seperti rumahnya.
Vira melangkahkan kakinya memasuki pekarangan rumah lalu duduk di teras sambil bersandar pada pintu. Menunggu Faktar.
Kali ini, gadis itu sudah benar-benar lelah dengan hubungan yang dijalaninya dengan Faktar.
Vira menunggu terus, sesekali melirik jam tangan yang melingkar pada tangan kirinya. Sesekali suara deru motor yang lewat membuat Vira mendongakkan kepalanya, memastikan apa itu Faktar atau bukan.
Hari mulai gelap, pertanda sore akan berakhir hari itu. Namun Faktar tak kunjung datang. Dalam hati, Vira berdecak kesal. Waktu sore adalah bagiannya dan Faktar. Bukan bersama Riri.
Hingga sampai jam 8 malam, Faktar memakirkan motornya di garasi rumahnya. Vira pun sudah bangkit dari tempatnya. "Prioritas utama, hm?" Vira bersuara.
Faktar sedikit kaget mendengar suara Vira yang tiba-tiba itu. "Kita putus aja, Tar. Selama ini aku cuman pilihan kedua kamu." Vira melanjutkan.
"Vir, aku kan udah bilang...."
"Halah!" sela Vira lalu menelan ludahnya. "Kapan waktunya? Ini udah berjalan tiga tahun, Tar! Apa katamu? I'd do anything for you? For her, aku mengkoreksi."
"Kamu kenapa, sih, gak sabar? Aku bingung! Aku bingung bagaimana cara untuk mengatakannya...." lirih Faktar, nadanya sama seperti Vira, lelah.
Vira menahan air matanya. "Kamu gak mau lepasin aku atau pun dia, Tar. Aku merasa ... rendah. Karena aku cuma jadi selingkuhan kamu, bukan sebagai pacar layaknya orang kebanyakan!"
Faktar terdiam beberapa saat yang tak lama sudah terdengar isakan tangis dari Vira. "Riri sahabat aku, dan kita udah bohongin dia selama tiga tahun. Atau, kalau perlu aku yang bilang langsung sama Riri, bagaimana?" tanya Vira sambil mengusap air matanya dengan kasar.
Faktar membelalakkan matanya. "Kamu gila!?"
"Jawab aku, kamu lebih milih aku atau dia?" tanya Vira. "Hubungan kita terlalu banyak keterbatasan, Tar. Aku capek. Aku pengin berhenti."
"Aku gak tega mutusinnya. Dia terlalu ... baik. Dia kayak ... terlalu sempurna, tanpa cela." Faktar menjambak rambutnya.
Vira tertawa miris, tanpa sadar air matanya kembali mengalir. "Bahkan kamu gak jawab pertanyaan aku. I'm done, I really am. Sekarang, terserah kamu, aku yang akan pergi." Gadis itu mengusap wajahnya sampai tidak lagi ada bekas air mata. "Nah, sekarang kamu cuma punya satu pacar. Aku pergi, won't come back. Walaupun aku masih sayang kamu, tapi hubungan ini gak sepantasnya mengalir terus-menerus."
Setelah itu, Vira meninggalkan rumah Faktar, meninggalkan laki-laki itu, meninggalkan kenangannya bersama laki-laki itu. Biarkan kebohongannya yang telah ia lalui bersama laki-laki itu dilahap oleh gelapnya malam.
***
a.n: oops! ada yang menyangka kayak gini? hehe. ceritanya dikit lagi tamat, thanks to kalian yang selalu nunggu cerita ini! love yeaaa!

KAMU SEDANG MEMBACA
Saat Sore
Short Story[TR3] Seperti hal rutin yang biasa dilakukan Vira dan Faktar saat sore hari. Faktar dengan secangkir kopi, Vira dengan secangkir teh, dan obrolan ringan. copyright © 2015 by rdnanggiap.