Ravian Mahendra Ardiaz
Ternyata itu nama kamu, wahai cowok bertopi coklat.****
"Adek pengen dianter sama Papa, Ma," rengek Ceyla memelas menatap Papa Delan dan Mama Elin bergantian. Kanzia yang tengah menikmati sarapannya sedikit terganggu. Pagi-pagi adiknya sudah membuat ribut saja.
"Biasanya juga naik bus bareng Kakak," sahut Kanzia.
Ceyla menggelengkan kepala. "Adek lagi males naik bus, Pah."
Papa Delan menghela napas, "Tapi, Papa harus buru-buru, Dek. Kamu, kan, tahu, arah sekolah kamu sama kantor Papa beda."
"Papa jawabnya gitu mulu." Ceyla merenggut kesal.
Mama Elin tersenyum, mengusap lembut puncak kepala anaknya. "Bareng Kakak aja, Dek. Kasihan Papa," ucapnya mencoba memberi pengertian.
"Lagian kenapa deh tiba-tiba pengen dianter?" tanya Kanzia heran.
"Adek kalau naik bus suka pengen muntah," jawab Ceyla kembali memohon.
"Alah, alasan. Sejak kapan Adek muntah?" Kanzia memutar bola mata. Dia tahu alasan mengapa Ceyla tidak mau naik bus. Adiknya itu sering kali mengeluh karena jalan menuju halte bus lumayan cukup jauh.
Bibir Ceyla mengerucut. "Yaudah, kalau gitu Adek pengen naik ojol aja," katanya.
Mama Elin mengangguk, "Terserah kamu aja."
"Ih, nanti Kakak gak ada temennya dong," protes Kanzia. Ceyla mengangkat bahu mengabaikan kakaknya.
Setelah selesai sarapan, mereka berdua bersiap berangkat menuju sekolah. Tak lupa berpamitan pada sang mama. Sedangkan papanya sudah berangkat lebih dulu.
"Adek tetep mau naik ojol," keukeuh Ceyla.
"Serah dah," jawab Kanzia. Ia lebih memilih naik bus saja. Selain hemat ongkos, Kanzia sangat menyukai jalan-jalan di pagi hari, supaya tubuhnya sehat.
Ceyla menghentakkan kaki kesal, dia mulai mengotak-atik handphone memesan ojek online.
****
"Kanziaa!" teriak Alea, melambaikan tangan ketika ia melihat sosok gadis yang tengah berjalan melewati area parkir. Alea berdecak kesal karena Kanzia tak kunjung menoleh.
"Bub, aku ke kelas duluan bareng Kanzia ya?" tanya Alea, menarik-narik ujung jaket Rangga.
Rangga yang tengah merapikan rambutnya di kaca spion, menoleh sebentar menatap sang pacar, "Mana temen kamunya?"
"Ituu di sana." Alea menunjuk ke arah Kanzia berada.
"Boleh, Bub." Sebelum pacarnya pergi, Rangga menyempatkan untuk mengusap puncak kepala Alea. "Aku di sini dulu nunggu temen-temen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanzia: Secret Admirer
Teen FictionPertama kali bertemu lewat tatapan mata membuat Kanzia penasaran dengan sosok cowok bertopi coklat itu. Bukan hanya sekali, tetapi beberapa kali dia tak sengaja bersitatap dengan cowok itu. Sepertinya Kanzia telah jatuh cinta pada pandangan pertama...