Prologue

112 11 8
                                    

Seorang gadis dikejar-kejar oleh tujuh pengawal di malam buta, di tengah hutan lebat pula. Derap kuda mereka menimbulkan kebisingan yang membuat peri-peri kecil yang memiliki sayap bercahaya segera bersembunyi dalam kelopak bunga. Ada juga yang menyusup ke dalam lubang-lubang kecil di batang pohon besar. Mata burung hantu di atas dahan menatap nyalang pada keriuhan yang lewat di depannya. Hewan-hewan kecil lainnya juga ikut bersembunyi di sarang mereka.

Gadis itu mengenakan cadar menutupi setengah wajah, sekilas dia menoleh ke belakang mengamati para pengejarnya.

"Sial! Mereka semakin dekat."

Sudah cukup lama dia berlari seperti ini. Tidak ada lagi tenaga untuk terbang seperti biasanya, karena salah satu dari pengawal itu telah menembaknya dengan senapan berpeluru lunak. Terbuat dari biji tanaman langka yang telah tumbuh ribuan tahun. Memang peluru itu tidak mematikan, tetapi mampu menyerap energi atau qi dari orang yang dikenalnya.

Sambil terus berlari, sesekali wanita itu meringis menahan bahunya yang nyeri, tempat di mana peluru itu bersarang.

"Sebentar lagi sampai, jangan menyerah," ucapnya dengan tegas pada diri sendiri.

Derap dan ringkikan kuda terdengar makin dekat. Gadis itu mulai khawatir, bagaimana kalau mereka berhasil mengejar sebelum dia melewati portal antar dimensi?

"Gu Niang, kau tidak bisa melarikan diri lagu! Menyerahlah!" pemimpin pasukan yang berada di garda terdepan berseru mengingatkan.

Benar saja, ketujuh kuda itu bersama para penumpangnya berhasil mengelilingi gadis bercadar itu. Terpaksa dia menghentikan larinya, kedua matanya menatap waspada pada pria-pria berbaju zirah hitam ini.

"Serahkan benda itu pada kami," pinta pemimpin pasukan itu lagi.

Alih-alih ketakutan, wanita itu justru tertawa geli menanggapi ucapan itu.

"Tidak semudah itu," sambil berkata demikian, wanita bercadar mengeluarkan sebuah mutiara berwarna putih dan berukuran lebih besar dari mutiara pada umumnya.

Begitu mutiara itu dibanting di permukaan tanah, asap tebal langsung keluar dan menyelimuti ketujuh pengawal itu. Mereka terbatuk-batuk karena aroma asap yang menusuk pernapasan. Satu persatu ketujuh pengawal itu jatuh dari kuda masing-masing. Suara gedebug terdengar beberapa kali ketika tubuh mereka membentur tanah.

Dari balik cadar gadis itu menatap lawan yang telah lumpu dengan senyuman tipis.

"Peluruh kalian sama sekali tidak ada apa-apanya dengan mutiaraku."

Usai berucap demikian si gadis bercadar melanjutkan perjalanannya lagi, hingga dia tiba di depan dua batang pohon raksasa yang tumbuh terpisah dari pepohonan lainnya di hutan ini.

Dua pohon yang agak berjauhan itu saling terhubung oleh dahan-dahan kokoh mereka, membuat jarak di antara dua tanaman besar itu tampak seperti pintu gerbang alami di tengah hutan. Di balik kedua pohon itu terlihat pemandangan yang sama seperti tempat gadis itu berdiri. Tidak banyak yang tahu itu adalah salah satu portal untuk menuju ke dimensi manusia biasa.

Si gadis bercadar mengeluarkan sebuah pelat bercahaya dari kantong lengan hanfu¹-nya. Tidak banyak yang memiliki pelat seperti ini, hanya segelintir orang termasuk kakaknya sendiri.

Saat dia mengarahkan pelat dari batu giok dalam genggamannya ke depan, seberkas cahaya langsung berpendar menerangi sekitar, termasuk wajahnya. Angin yang tiba-tiba berhembus kencang menyingkap cadar gadis itu, memperlihatkan seratus wajah cantik yang kini tersenyum senang.

"Shen Xian, aku datang."

Matanya tak berkedip menatap portal penghubung antar dimensi yang mengeluarkan cahaya ungu. Sebisa mungkin dia menahan tubuhnya agar tak terpental oleh energi kuat yang menyelubungi seluruh bagian portal itu. Bukan hal mudah melakukannya di tengah keadaan tubuh yang energinya makin terkuras.

Setelah portal terbuka sepenuhnya, dia memasukkan kembali pelat yang menjadi akses pembuku itu ke dalam kantong lengan bajunya. Tanpa menunggu lama wanita itu melewati portal dan dalam sekejap tubuhnya telah berpindah ke dimensi manusia.

Dia menoleh ke belakang, berdiri beberapa menit memperhatikan portal itu kembali tertutup sempurna. Kemudian dia mengedarkan pandangan mengamati keadaan hutan yang berbeda jauh dengan tempatnya tadi.

Sama sekali tak ada kekuatan spiritual di sini. Hewan dan tumbuhannya biasa saja. Berbagai makhluk ajaib seperti peri tak akan dijumpai sama sekali. Pun bunga-bunga ajaib yang biasanya bertebaran di mana-mana.

Dengan tenang dia meneruskan langkahnya lagi. Kini dia bukan hanya aman dari para pengejar tadi, tapi juga aman dari orang-orang yang menginginkan perkamen yang telah dicurinya.

Sekarang dia akan memberi kabar kepada Shen Xian, kalau dia sudah menemukan peta yang akan membawa mereka ke tempat gurunya di kurung.

.
.
.
.
.

Catatan Kaki:
Hanfu¹ : pakaian traditio China.

Untuk pertama kalinya saya memberanikan diri mengikuti event menulis selama lima belas minggu, tiap Minggu akan ada dua bab baru yang akan diupload di hari Rabu dan Kamis. Mohon dukungan dan doanya ya teman-teman semoga saya bisa konsisten dengan event ini sampai selesai 🙏

#15weekwithyou #writingchallangefeedbackeveryday #writingchallangeautumnmaple

ANOTHER DIMENSION (PRE ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang