Bab 1 - Tentang Dimensi Lain

74 10 23
                                    

Dua minggu sebelumnya ....

"Percayakah kamu jika alam manusia bukan merupakan tempat tinggal satu-satunya makhluk ada di bumi ini? Bagaimana menurutmu jika di saat yang sama, di tempat yang sama, ada alam dari dimensi lain yang hidup berdampingan dengan kita?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Percayakah kamu jika alam manusia bukan merupakan tempat tinggal satu-satunya makhluk ada di bumi ini? Bagaimana menurutmu jika di saat yang sama, di tempat yang sama, ada alam dari dimensi lain yang hidup berdampingan dengan kita?"

Anak-anak yang mendengar penjelasan Luna terperangah, dari wajah-wajah polos mereka terlihat jelas bagaimana imajinasi liar itu mulai bekerja dalam otaknya masing-masing. Melihat hal ini Luna lebih semangat melanjutkan ceritanya.

"Coba bayangkan, ada sebuah dimensi lain di mana para penyihir, siluman, peri, berbagai makhluk mitologi bahkan hantu hidup dengan bebas. Mereka punya kekuatan masing-masing yang jauh lebih menakjubkan dari trik sulap."

Salah satu anak laki-laki yang terlihat pintar mengangkat tangannya dan berkata, "apa itu seperti kekuatan Harry Potter yang mampu menyihir dengan tongkat?" sambil bertanya seperti itu, si anak menggerakkan ujung jarinya seakan menggerakkan tongkat untuk menyihir.

"Apakah mereka juga bisa terbang seperti burung?" sahut bocah perempuan yang berponi sambil mengepakkan tangannya seperti sayap.

Anak laki-laki bertubuh paling besar berdiri kemudian mengedarkan pandangan meremehkan pada teman-temannya, "itu kan hanya cerita di film dan buku-buku. Mana mungkin yang seperti itu ada?"

Mendengar semua itu Luna tersenyum. Dia mengeluarkan salah satu kertas berwarna dari tasnya yang biasa digunakan sebagai alat peraga saat mengajar, lalu mulai membentuk kertas itu menjadi bola seukuran genggaman tangan.

"Kalian perhatikan baik-baik ya," ucapnya sambil menunjuk bola kertas itu di depan anak-anak.

Sore ini mereka sedang duduk melingkar di taman yang hijau, tepat di bawah pohon. Seperti biasa tiap hari Jumat dan sabtu Luna memang memiliki kegiatan mengajar anak-anak. Salah satu pekerjaan yang dilakoninya di dunia manusia. Dan sesekali dia membawa mereka belajar di ruang terbuka seperti saat ini.

Bocah lelaki bertubuh paling besar tadi kembali duduk lagi, bersama teman-temannya dia memperhatikan bagaimana Luna menyembunyikan bola kertas itu dalam kedua telapak tangannya. Setelah Luna meniup sekali dan telapak tangannya kembali dibuka, sebuah burung kertas terbang dan berputar-putar di atas kepala mereka.

Anak-anak langsung berseru takjub, ada juga yang bertepuk tangan girang.

"Wah, Luna Jiejie² hebat bisa melakukan sihir," seru salah satu anak sambil menunjuk burung kertas itu. Kepakan sayapnya di udara terdengar jelas.

Beberapa anak lain membuka mulut lebar, tak bisa berkata-kata saking terpukaunya, termasuk anak laki-laki bertubuh besar tadi.

"Ini bukan sihir, hanya salah satu trik sulap," saat Luna mengangkat tangannya, burung kertas itu terbang kembali dan hinggap di jari telunjuknya.

"Bagaimana cara melakukannya?" satu anak bertanya, disusul beberapa lainnya yang tampak penasaran.

Sekarang Luna bingung harus menjawab apa, padahal tujuan dia melakukan sihir kecil hanya untuk menghibur anak-anak agar tidak bosan. Sekarang mereka semua bertanya, dia hanya tersenyum hambar sambil meremas jari.

Untungnya seorang pria bertubuh jangkung dan tampan muncul menyelamatkan Luna. Dia membawa sebuah kotak kartun dan duduk di samping Luna.

 Dia membawa sebuah kotak kartun dan duduk di samping Luna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anak-anak, pasti kalian lapar. Ayo makan dulu, aku membawa banyak makanan dan permen untuk kalian. Ada minuman juga loh."

Saat kotak karton dibuka, anak-anak langsung bersemangat menghambur ke depan. Dengan sabar Shen Xian memberikan bagian mereka. Sesekali dia tersenyum melihat tingkah lucu anak-anak itu, membuat lesung pipi di wajah sebelah kanannya terlihat jelas. Mole di bawah bibirnya juga membuatnya terlihat lebih manis.

"Terima kasih," bisik Luna sembari mencondongkan wajahnya ke arah Shen Xian. Dia sudah menghancurkan burung kertas diam-diam saat anak-anak sibuk dengan cemilan dan permen di tangan mereka.

"Lain kali jangan sok bermain trik jika tidak bisa menjelaskan pada mereka," ucap Shen Xian sambil melirik Luna sekilas.

Gadis itu hanya nyengir mendengar sindiran yang baru saja dilontarkan padanya, " kau tahu intuisiku sangat tajam Gege³."

"Jadi?" Shen Xian melirik Luna dengan wajah bingung.

"Gege menemuiku di sini, sambil membawa makanan pula untuk anak-anak, pasti ada maunya, kan?" Luna tersenyum penuh keyakinan.

"Putri kerang ini selalu tahu segalanya," gumam Shen Xian. Untung saat ini anak-anak sudah duduk berpencar dari mereka, sehingga tidak bisa mendengar perkataannya barusan. "Aku memang ingin meminta bantuanmu malam ini," ucapnya lagi.

"Bukankah malam ini kita makan memasuki portal untuk mengunjungi guru?"

"Benar, tapi portal akan terbuka secara alami jam dua belas malam, tepat saat bulan purnama di tengah langit. Dan kita tidak punya pelat giok untuk membuka portal sesuka hati seperti milik kakakmu, Haikuan."

"Jadi?"

"Bantu aku menyelesaikan masalah malam ini lebih dulu, setelah itu kita ke sana. Jangan ada penolakan," Shen Xian menatap tegas wajah cantik di depannya.

"Kau berbicara padaku seperti kaisar yang memberikan titah. Biar bagaimanapun pun aku kan pu-"

Ucapan Luna terpotong karena seorang anak kecil menghampiri mereka, "Gege, aku ingin minuman satu lagi."

"Nah, ambil ini," Shen Xian memberikan minuman padanya. Dia menahan senyum melirik Luna yang sedikit mengerucutkan bibir.

"Ingat, ini bukan dimensi lain. Di sini kau bukan siapa-siapa, mengerti?" ejek Shen Xian setelah anak itu berlari menjauh.

Luna membalas dengan mendaratkan tinjunya di pundak Shen Xian. Pria itu langsung meringis dan pura-pura mengaduh kesakitan. "Kejam sekali gadis ini," protesnya sambil memasang wajah terluka.

Hal ini langsung membuat Luna melongo serta mendengus tak percaya, di matanya tingkah Shen Xian sangat over acting.

"Gege payah sekali, masa langsung menangis karena pukulan kecil seperti itu?" ejek anak laki-laki yang bertubuh paling besar tadi.

Seketika semua anak lain serempak menertawakan Shen Xian. Tentu saja Luna ikut terpingkal karena merasa dendamnya terbalaskan. Sedangkan Shen Xian hanya mengusap bahunya sambil tersenyum kecut.

Catatan Kaki:
Jiejie² : panggilan untuk kakak perempuan
Gege³ : panggilan kakak untuk laki-laki
Keduanya merupakan bahasa China

#15weekwithyou #writingchallangefeedbackeveryday #writingchallangeautumnmaple

ANOTHER DIMENSION (PRE ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang