Chapter 5 : Berantakan

515 62 1
                                    

"Mau sampai kapan lo diem aja diperlakukan gini sama emak lo? Dia udah minggat tiga tahun dengan alasan kerja. Gak pernah perduliin gue, bokapnya apalagi lo, anaknya sendiri."

"Lo masih berpikir emak lo pergi buat nanganin perusahaan? Emak lo jelas-jelas nemu cowok baru dan hidup bahagia di Amerika. Coba gue tanya. Kapan terakhir pesan lo di balas sama emak lo? Kapan terakhir emak lo nanyain kabar lo? Kapan terakhir emak lo ngirimin duit? GAK ADA, KAN?"

Gemini meremas kaleng bir yang kosong, melemparnya dengan kasar ke tong sampah hingga terpental di bibir lubang, jatuh ke tanah berumput. Kedua tangannya terkepal kuat ketika mengingat wajah kakeknya setelah mengatakan semua kalimat omong kosong menjijikan. Perkataan kasar itu seperti dengung keras yang menyakiti telinga dan hatinya.

"Gak perlu lo kasih tau, anjing!"

Terlebih karena dia sadar semua yang dikatakan kakeknya adalah kebenaran. Dan dia muak mengakui semua itu.

Orangtua Gemini sudah bercerai sejak sepuluh tahun lalu. Ayahnya ketahuan selingkuh dan ibunya marah besar. Pertengkaran itu tidak memiliki jalan keluar selain perpisahan. Gemini tumbuh besar tanpa ayah sejak berusia sebelas tahun. Ayahnya adalah seorang pengusaha sukses dan kaya raya. Ketika pria itu memutuskan pergi, dia dan ibunya yang mulanya hidup dalam kemewahan, menjadi jatuh ke titik terendah.

Tapi bagi Gemini yang seorang anak polos dan lugu, selama dia memiliki ibunya, kemewahan bukanlah apa-apa lagi. Hidup dalam flat sempit dan kumuh bukan masalah, makan telur dadar sebagai sarapan setiap pagi masih mengenyangkan.

Namun ibunya memiliki pemikiran lain. Wanita yang mulanya tabah itu perlahan menjadi frustasi. Setelah berbulan-bulan hidup serba kekurangan, wanita itu menyadari bahwa uang adalah segalanya dan dia menjadi terobsesi mencari cara untuk keluar dari lembah kemiskinan.

Termasuk memegang paha pria kaya.

Dalam beberapa tahun kemudian, ibunya kembali mendapatkan pijakannya. Entah melalui koneksi apa hingga dia bisa menjadi pejabat tinggi sebuah perusahaan.

Sayangnya, dia mengorbankan kasih sayang pada puteranya demi mencapai hal itu. Ibunya tidak pernah lagi memasak untuknya, jarang pulang menemuinya apalagi memeluknya membuat Gemini lebih banyak menghabiskan waktu bersama kakek dan neneknya hingga dia dewasa.

Sudut bibir Gemini terangkat, dia tersenyum dengan getir memikirkan kenangan itu.

Entah sejak kapan dia kehilangan kelembutan sosok ibunya, uang seolah merampas kepribadian seseorang, membuatnya menjadi seseorang yang tidak lagi Gemini kenali.

Gemini tidak pernah lagi mendengar suara ibunya sejak tiga tahun lalu, ketika wanita berkata ingin pergi untuk mengatasi masalah di perusahaan cabang di Amerika. Sosoknya seolah menghilang ditelan bumi, tidak lagi menghubunginya bahkan nomor ponselnya tidak aktif. Pemikiran bahwa dia benar-benar hanya bekerja dan akan pulang tidak lama lagi, seiring berjalannya waktu semakin tenggelam ke dasar laut. Dan Gemini akhirnya mulai mempercayai perkataan kakeknya.

"Gue perlu bir lagi."

Hampir tengah malam, pria itu kembali berjalan menuju 7 Eleven untuk kedua kalinya, berharap alkohol bisa melarutkan rasa stress dan galau, membuangnya jauh meskipun hanya sementara. Tapi ketika dia baru akan memasuki pintu otomatis minimarket, ponselnya berdering dan langkahnya terhenti.

Layar menunjukan pesan dengan nomor tidak dikenal, tapi Gemini masih mengingat digit terakhir nomor itu adalah milik Fourth.

Fourth mengirimkan lokasi kondominiumnya, melihat bahwa tempat itu berada di wilayah papan atas dan berada tidak jauh dari kampusnya. Gemini mencatatnya dalam hati dan berencana pergi kesana untuk memeriksa begitu dia menyelesaikan kuliah pagi. Benar juga, Gemini baru ingat bahwa dia masih memiliki tugas kuliah yang belum selesai dia kerjakan. Dalam sekejap, pemuda itu tidak jadi melewati pintu 7 Eleven, sebaliknya berbalik, bergegas pergi menuju kosannya.

Something Behind Us [Geminifourth Fanfiction] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang