Chapter 8

27 7 0
                                    

“….!”

“Sudah lama sekali sejak pernikahan Stern, sumpahnya harusnya sakral.”

Kalau dipikir-pikir, ini cocok dengan deskripsi di cerita aslinya. Lesche Berg bersikap dingin dan sangat konservatif tentang kesucian sumpah pernikahan. Kini hanya keheningan yang tersisa di kamar tidur, kecuali suara desahan Lina. Seria bahkan tidak melihat ekspresi seperti apa yang Lina tunjukkan. Lesche memandang Kalis, yang tidak bisa berkata apa-apa, dan berbicara.

“Kalau begitu tolong jaga Saintess.”

Para pendeta cukup senang karena suasana seperti es telah pecah.

“Ya, Yang Mulia.”

Sekarang, setelah Lesche pergi, bagaimana seharusnya dia memandang Kalis? Seria sejujurnya tidak tahu. Namun, dia tahu persis apa yang Kalis akan katakan padanya. Dan alasannya adalah karena Lina sedang sakit.

Dia sedang memikirkan apa yang harus dia balas padanya….

"Nyonya Seria."

Lalu, dia tiba-tiba mendengar sebuah suara. Lesche menatapnya dan mengulurkan lengannya.

“Keluarlah bersamaku. Orang Suci perlu istirahat.” 

Seri.!

Kalis memanggil namanya dan dia menoleh ke belakang. Saat mata mereka bertemu, mata Kalis dipenuhi amarah yang aneh. Tapi itu saja. Hal itu tidak mengubah situasi. Jika dia memikirkan harga diri Kalis dan memutuskan untuk tinggal, lagipula dia tidak akan bisa tinggal lama karena Lina sedang sakit dan butuh istirahat. Dan Kalis masih harus bersamanya. Meski begitu, karena Kalis memanggil namanya, dia harus tinggal bersamanya, tunangannya. Tapi kemudian, Lina mengerang pelan dan Kalis berbalik untuk memeriksa kondisinya sambil menggumamkan namanya. Saat itulah Seria mengalihkan pandangannya dan kembali menatap Lesche. Lalu, dia meraih lengannya.

“Terima kasih, Yang Mulia.”

Dia keluar tanpa melihat ke belakang lagi. Setelah menunjukkan hormatnya kepada Lesche, Seria pergi ke kamarnya dan menjatuhkan diri ke tempat tidur. Segera setelah meminta para pelayan, yang dengan ragu-ragu menawarinya secangkir teh, untuk pergi, dia membenamkan wajahnya ke bantal dan menggigit bibirnya dengan keras. Di lengannya, gelang kristal ajaib yang dia lupa lepas sebelumnya, mengeluarkan suara gemerincing. Entah bagaimana, dia merasa ingin menangis, tapi topengnya menempel kuat. Dia hanya bisa merasa lega dengan kenyataan itu. 'Betapa beruntungnya' , pikirnya.

***

           Pernikahan sementara

“Anda tidak tidur, Nona Seria?”

“Oh, Tuan Alliot.”

Keesokan harinya, Alliot tampak sangat sedih. Melihat ekspresinya, sepertinya rumor sudah menyebar ke seluruh kastil. Para wanita bangsawan Haneton bersikap ramah padanya, tetapi tidak demikian halnya dengan para bangsawan dari provinsi lain. Dia tidak tahu harus berkata apa di saat seperti ini jadi dia berpura-pura baik-baik saja. Terlebih lagi, pernikahannya hanya tinggal beberapa hari lagi, dia tidak ingin membuat masalah lagi dengan para bangsawan.

The Tragedy of The Villainess  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang