"Jennie Unnie.""Kenapa?"
"Karena dia seksi."
Jennie tersenyum mengingat kenangan itu dengan mata yang berbinar-binar.
"Berani sekali," bisiknya dalam hati. Hanya sebuah wawancara dan komentar konyol yang dibuat oleh maknae-nya yang konyol. Jennie tidak terlalu terkejut lagi dengan cara Lisa berbicara tentang dirinya. Dia selalu menjadi tipe yang murahan, bahkan mungkin tipe yang ngeri. Itu sebenarnya sangat menggemaskan, tapi dia tidak mau mengakuinya.
"Jennie Unnie!"
Speak of the devil.
Jennie mengangkat matanya dari ponselnya dan bertemu dengan mata rusa betina yang lebar dan cerah. Mata itu selalu begitu cerah. Si mungil berambut cokelat itu tidak menyadarinya pada saat itu, tetapi dia benar-benar menyukai cahaya di mata Lisa. Itu memberinya rasa nyaman dan aman.
"Ya?" Jennie bertanya tapi kemudian tersentak kaget. Lisa berpikir akan sangat lucu jika dia melompat-lompat di tempat tidurnya yang berharga. "Yah!" Lisa terkikik saat Jennie terus melempar bantal-bantalnya agar ia berhenti tapi tidak dengan boneka beruang Nini-nya.
Gadis berambut pirang itu menjatuhkan diri di hadapan Jennie sambil tersenyum lebar. "Coba tebak?"
"Apa?" Jennie meletakkan ponselnya dan menatap gadis yang bersemangat itu dengan penuh tanya. Dan dengan sebuah pekikan keras, Jennie meringis karena suara itu, namun tertawa kecil. "Apa Lisa?"
"Mereka akan mewarnai rambut ku menjadi hitam! Tapi sepertinya akan berbeda."
Jennie mengerutkan alisnya dan memiringkan kepalanya,
"Apa maksudnya berbeda? Hitam tetaplah hitam." Jennie merasa ngeri. Dia tidak pernah benar-benar menyukai penampilan berambut hitam yang dimiliki Lisa sebelumnya. Jennie juga tidak terlalu menyukai rambut pirang yang dimilikinya. Tapi Jennie tidak tega mengatakan hal itu pada gadis yang lebih muda di depannya.
Lisa dikenal cukup sensitif dalam hal penampilan. Sang kakak selalu memarahinya ketika Lisa tidak pernah percaya bahwa dia cantik. Tapi dia memang cantik. Dia sangat cantik.
Sambil mengangguk, Lisa menjawab, "Itulah yang aku katakan, tapi mereka bilang warnanya akan menjadi lebih gelap dari Hitam Dan akan berkilau, entah apa maksudnya." Lisa merangkak ke samping Jennie dan menyelipkan kakinya yang panjang di balik selimutnya. Sambil bersenandung, Jennie mengulurkan tangan dan memainkan poni Lisa,
"Kapan kamu akan mewarnai rambutmu?"
Gadis berambut cokelat itu tersenyum melihat Lisa yang memeluknya. Eh seperti bayi. Lisa menguap dan memejamkan matanya,
"Besok." Jennie bersenandung sekali lagi dan menyapukan jari-jarinya ke rambut Lisa,
"Kamu akan segera botak, aku harap kamu sudah siap menghadapi hal yang tak terelakkan," godanya. Lisa tertawa kecil dan membuka mata cokelatnya lagi. Dia kemudian meraih dan memainkan ujung rambut Jennie,
"Tidak adil, rambut mu selalu terlihat sempurna." Lisa cemberut.
Jennie melirik bibirnya yang montok itu sejenak dan menatap kembali ke mata yang lelah dan bahagia itu.
Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk seringai, "Itu karena aku Jennie Kim dan Jennie Kim selalu sempurna."
Dia mengacak-acak poni Lisa sebelum menyelinap ke balik selimut bersamanya setelah mematikan lampu.
"Sepertinya kamu akan tidur di sini?" Dari kegelapan, dia bisa mendengar Lisa bergeser di tempat tidur dan bergeser mendekatinya. Dia merasakan lengan ramping Lisa melingkari pinggangnya. Dan, tanpa sadar dia menggigil merasakan wajah Lisa yang terbenam di lekukan lehernya.
Lisa mendesah puas, membuat nafasnya menggelitik rambut-rambut kecil di leher Jennie.
"Yapp," dia mengakhiri dengan suara letupan huruf 'p'. Jennie tertawa kecil dan memejamkan matanya, mendekatkan diri ke kehangatan tubuh Lisa.
Malam itu, Jennie tidur dengan senyuman di wajahnya. Dan, tidak, itu tidak ada hubungannya dengan dipeluk Lisa.
Tidak.
Tidak ada hubungannya dengan itu.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Noticed (JENLISA)
FanfictionJennie loved the way her eyes stared at her. Loved the way she smiled at her. Tapi yang terpenting Adalah cara gadis berwajah Barbie itu membuat jantungnya berdebar-debar. And she just noticed? Am I in love with her? Credit by @roseyluv143 Transla...