Hari ketiga di perkemahan disambut dengan teriknya mentari pagi. Tidak seperti kemarin yang udaranya begitu sejuk, pagi ini suhu udara saja sudah mencapai di titik 28 derajat celcius. Terbilang panas untuk suhu di pertengahan musim gugur.
Wang Yibo yang sudah terbangun sejak satu jam yang lalu dan sempat berkeliling wilayah perkemahan seorang diri akhirnya kembali masuk ke dalam tenda. Ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kemudian mengulas senyum tipis saat melihat Xiao Zhan masih meringkuk di balik selimut yang hanya menutupi tubuh sebatas dada.
Sudah hampir jam delapan rupanya. Tumben sekali Xiao Zhan belum bangun, batinnya.
Kemarin, Xiao Zhan bangun lebih awal darinya---ya, walaupun hanya berjarak beberapa menit saja. Tanpa menunggu lama, ia melangkah menghampiri, duduk di tepi ranjang tepat di sisi Xiao Zhan tidur. Tangan kirinya terulur, mengusap lembut kepala Xiao Zhan dan berbisisk lirih, “Ge, bangun.”
Belum ada respons apa-apa. Xiao Zhan tampaknya benar-benar terlelap dalam bunga tidurnya.
Kali ini Wang Yibo membungkukkan badan. Berbisik tepat di sisi daun telinga Xiao Zhan dan kembali berkata dengan lembut, “Ge, sudah siang. Bukankah kau bilang hari ini mau naik ke tebing?”
Kata ‘tebing’ rupanya menembus alam bawah sadar Xiao Zhan. Perlahan-lahan ia mulai menggeliat ringan, sementara Wang Yibo menarik tubuhnya kembali.
“Selamat pagi!” sapanya dengan ceria.
“Eumn, pagi Yibo,” Xiao Zhan menyahut dengan suara serak khas bangun tidur sembari merentangkan kedua tangan. “Kau bangun pagi sekali.”
Wang Yibo terkekeh-kekeh ringan. “Ini sudah jam delapan, Ge.”
“HAH?!!”
Seruan Xiao Zhan membuat Wang Yibo sedikit berjengit. Saat ia akan bertanya, Xiao Zhan sudah lebih dulu berkata, “Kenapa kau tidak membangunkanku dari tadi?” sambil buru-buru menyibak selimut dan turun dari ranjang. Ia lari tergesa-gesa memasuki kamar mandi kecil yang ada di samping tenda.
Selagi menunggu Xiao Zhan selesai membersihkan diri, Wang Yibo melangkah ke luar tenda. Menyiapkan sarapan sederhana berupa sandwich isi untuk dirinya juga Xiao Zhan. Tak lupa ia juga membuatkan secangkir kopi. Seingatnya kemarin, Xiao Zhan tidak minum susu untuk sarapan seperti peserta lain, tetapi lelaki itu membuat kopi sendiri.
“Bro!”
Plak!
Fan Chengcheng yang baru datang dan tiba-tiba memegang cangkir kopi pun langsung kena pukul punggung tangannya. Wang Yibo melemparkan tatapan tajam seolah-olah memperingatkan sahabatnya itu dalam diam. Namun, pada akhirnya ia bersuara juga.
“Jangan berani-beraninya kau sentuh cangkir itu!”
“Kenapa?”
“Itu untuk Xiao Zhan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Blossoms on The Camping Hills [✓]
FanfictionPergi camping seminggu, pulang bawa pacar. Wang Yibo mendefinisikannya seperti ini, 'sambil menyelam minum air'. Awalnya Yibo hanya iseng ikut sahabatnya camping sekaligus refreshing pikirnya. Namun, siapa yang akan menyangka dia malah jatuh cinta...