slow but sure

178 21 11
                                    

Tidak perlu dijelaskan. Cukup kalian bayangkan seterkejut apa mereka. First membulatkan matanya. Khaotung lebih bulat lagi. Bibir keduanya bukan cuma bersentuhan sekilas, cukup lama hingga First mendorong tubuh Khaotung menjauh.

"shiaa! apa yang kau lakukan" teriak First dengan wajah yang memerah.

Dia tidak habis pikir, masih belum mencerna situasi barusan.

"keluar" bentaknya dengan serius.

Khaotung yang berada di ujung ranjang masih meratapi ketidaksengajaannya. Dia bahkan tidak mendengar dengan jelas ucapan First.

First mendorong tubuh Khaotung sekali lagi hingga Khaotung terpaksa berdiri.

"apa yang kau lakukan disini hah?

"siapa yang mengizinkan mu masuk?"

"dan apa yang kau lakukan padaku barusan?"

Seolah otaknya belum sinkron, First blak blakan mengeluarkan pertanyaaan merutuki Khaotung.

"kau tidak mengerti sopan santun?"

Lama kelamaan Khaotung terbawa emosi. Dia merasa ini hanya sebuah incident yang tidak disengaja.

Dia berdiri. Meraih kerah baju First dan dengan sengaja menariknya cukup kuat.

Tarikan itu berhasil membuat bibirnya kembali menyatu dengan sang lawan.

Untuk kedua kalinya, First terlonjak kaget. Dia kehilangan tenaga sekadar menahan tubuhnya.

Hanya beberapa detik. Khaotung melepasnya. Tersenyum remeh kemudian menaikkan alis tanda menantang.

Tanpa pikir panjang, satu pukulan mendarat tepat di sudut bibir Khaotung. First benar-benar hilang kendali. Tidak ada izin untuk menyentuh dirinya sebebas itu. Masa bodo dengan yang akan terjadi setelah ini.

Khaotung meringis. Jarinya menyentuh bekas pukulan First. Terasa sakit meski tidak berdarah.

"kau akan kecanduan"

Rahang first mengeras mendengar kalimat terakhir Khaotung. Dia memperhatikan kepergian Khaotung diiringi percikan hujan yang semakin deras.

'hujan' batin First yang bahkan tidak menyadari hujan sedari tadi.

Dia kemudian teringat pakaian yang ia jemur kemarin sore. Kalau tidak salah dia belum mengangkatnya sewaktu pulang tadi.

Baru akan membuka pintu, pandangannya malah berfokus di keranjang baju dekat sofa. Ekspresinya langsung berubah. Merasa bersalah? Hampir. Tidak seutuhnya dikarena incindent yang tak terduga tadi masih berputar di kepalanya.

.

Pagi hari, sekolah dihebohkan dengan daftar nama nama siswa yang akan mengikuti seleksi 'perwakilan sekolah di LCC nasional'.

Mading sekolah dipenuhi para siswa yang penasaran nama siapa saja yang akan menjadi calon di ajang bergengsi ini. Lomba yang diadakan 2 tahun sekali ini selalu diwakili oleh siswa tingkat 12. Dimana sudah tentu 10 siswa itu berasal dari kelas A+.

Tidak perlu diragukan lagi, nama nama itu berasal dari persetujuan para guru dan direktur sekolah tentunya.

"gila sih, mereka langsung dimasukkan didalam daftar padahal baru seminggu pindah kesini"

"katanya mereka memang yang terbaik di sekolah lamanya"

"tapi bagaimana dengan siswa A+ yang sudah berjuang terlebih dahulu. bukankah tidak adil?"

TEMPORARY (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang