12

79 5 0
                                    

Di pagi yang cerah seperti biasa, Ken akan menjemput Ara untuk pergi ke sekolah bersama. Namun pagi itu terlihat ada yang tidak biasa di rumah Ara, jika tiap paginya rumah Ara sudah terbuka dan bi Ira sedang menyapu seluruh halaman rumah itu, saat ini berbeda, seakan rumah itu tidak berpenghuni seluruh jendela dan pintu rumah itu di tutup dan tidak ada tanda tanda orang berada di dalam.

"Pintu rumah Ara kok di tutup yah"
Tanya Ken dari pintu gerbang rumahnya.

"Bi Ira juga tumben gak nyapu nyapu halaman" tanyanya lagi

"Masa sih udah jam segini mereka belum bangun"

Merasa tidak ada tanda-tandanya pintu di buka, Ken menuju rumah Ara.

Sesampainya di pintu gerbang Ara, Ken semakin di buat bingung melihat pintu gerbang rumah Ara yang di kunci, jelas mengartikan bahwa rumah itu tidak ada orang.

"Kok dikunci apa gak ada orang yah, tapi semalam aku masih main ma Ara kok, dan Ara juga gak ngomong apa apa" ujar Ken bingung

"Assalamualaikum, Ara ayok sekolah" seru Ken dari balik gerbang rumah Ara

"Ara, yuhuuu ke sekolah yok"

Tidak mendapat jawaban dari dalam rumah, Ken berputar ke pintu gerbang di samping rumah Ara yang langsung mengarah ke jendela kamar Ara.

Ken melihat jendela Ara yang tertutup, membuat ia semakin bingung, kemana perginya Ara sepagi ini.

"Kok jendela nya di tutup, biasanya di buka" tanyanya lagi

"Ara, ayok ke sekolah udah mau telat nih" seru Ken dengan harapan akan di jawab oleh Ara. Sekitar tiga puluh menit menunggu Ara di pintu gerbang, Kaki Ken mulai pegal dengan perlahan ia berjalan meninggalkan rumah itu dengan seorang diri.

"Ara kemana yah" tanya Ken sambil berjalan menuju sekolahnya

"Sepertinya pergi, nanti pulang sekolah aku samperin lagi deh" ujar Ken mengira Ara akan ada di rumahnya sepulang ia sekolah

Pukul 12 tepat Ken telah tiba di rumahnya dengan keadaan bingung, karena melihat rumah Ara yang masih terkunci yang berarti rumah itu masih tidak berpenghuni.

"Ara ke mana?" Tanya Ken dengan terus melihat ke arah rumah Ara dari balkon kamarnya.

"Sayang ayok makan, ayah udah nungguin di bawah" panggil Lidya yang baru saja masuk ke balkon kamar Ken

"Ara ke mana bund?" Tanya Ken kepada Lidya yang sudah berdiri di belakangnya

Lidya yang sudah mengetahui kepergian keluarga Abiyaksa itu hanya bisa berdiam diri, ia tak tau harus menjawab apa. Lidya takut jika ia memberi tahu kepergian Ara, anak semata wayangnya itu pasti akan sedih, namun jika ia tidak memberi tahu, pasti anaknya itu akan terus menerus mempertanyakan kemana perginya sahabatnya itu.

Melihat bunda nya yang melamun, Ken bingung dan menggoyangkan tangan bunda nya guna untuk membuyarkan lamunan bunda nya.

"Bund tau sesuatu yah?"

"Ha?" Kaget Lidya

"Bunda tau Ara ke mana?"

"Eh kita makan dulu yuk, kasian ayah udah nungguin lho di bawah" ujar Lidya mengalihkan topik mereka.

"Hm ya udah deh" balas Ken, setelah itu anak dan ibu itu pergi menuju meja makan.

Waktu terus berputar tak terasa bintang bintang di langit telah menampakkan cahayanya, namun Ara tak kunjung kembali. Ken yang melihat rumah Ara terus tertutup dan tak tau kapan terbukanya hanya bisa berharap kapan rumah sahabatnya itu terbuka dan bisa bermain bersama sahabatnya lagi.

"Gimana yah, bunda gak tega mau bilang jujur sama Ken tentang kepergian Ara" ujar Lidya kepada Greven, pria yang menjabat sebagai suaminya itu.

"Ya mau gimana lagi bund, mau sampai kapan kita sembunyiin kepergian Ara dari Ken. Kalo kita gak ngomong sekarang Ken bakal terus nanyain kemana perginya Ara, tapi kalo udah di  kasih tau, dia bakal berhenti nanyain ke mana perginya Ara dan berhenti berharap akan pulangnya Ara." Balas Greven kepada Lidya

"Tapi kasian Yah, dia pasti sedih"

"Jelas, namanya juga di tinggal sahabat satu-satunya yah pasti sedih. Tapi ayah yakin dia bakal dapet teman baru"

"Hmmm"

Pagi hari telah tiba, Ken yang masih belum mendapat informasi akan kepergian Ara terus menerus melihat ke rumah Ara dengan harapan pintu rumah Ara akan terbuka.

"Ara ke mana?"  Pertanyaan yang simpel namun sampai detik ini, Ken belum mendapat jawabannya

"Morning putra bunda, ayok turun sarapan." Ajak Lidya kepada Ken di balkon kamarnya.

"Bund" lirih Ken memanggil Lidya

"Kamu kenapa sayang" tanya Lidya sedikit panik melihat wajah putranya yang menahan tangis

"Ara ke mana?" Tanya Ken dengan harapan bundanya akan menjawab pertanyaannya selama ini

Lidya yang mendapat pertanyaan itu menarik nafasnya dalam-dalam.

"Sayang ayok sini" panggil Lidya duduk di tempat duduk yang berada di balkon kamar Ken.

"Kamu tau Khan keluarga Ara gimana sekarang?" Tanya Lidya membuat Ken sedikit bingung ke mana arah perbincangan mereka ini.

"Ken sering denger Khan keluh Ara tentang mama papanya yang sering berantem, tentang mama papanya yang suka pergi kerja terus pulangnya lama banget, Ken pernah liat Ara nangis sendiri Khan? Ken juga pernah liat Ara ngelamun sendiri Khan?" Pertanyaan pertanyaan Lidya, membuat Ken menganggukkan kepalanya dengan pikiran yang berputar di masa masa ketika ia melihat Ara menangis, melihat Ara melamun dan mendengar curhatan curhatan Ara tentang orang tuanya.

"Ara juga dulu pernah bilang, pengen ngabisin waktu bareng keluarganya" tambah Ken kepada Lidya.

Lidya pun menganggukkan kepalanya,
"Nah itu dia, makanya Ara pergi buat ngambil waktu waktu bersama papa mamanya yang dulu Ara gak dapetin selama di sini"  jelas Lidya berusaha mencari kalimat yang tidak akan menyakiti putranya

"Pergi ngambil waktu?" Tanya Ken kurang paham

"Iya, jadi papa mamanya mau kerja di luar negeri, jadi mereka udah sepakat buat bawa Ara ikut untuk nemenin mereka kerja di sana." Jelas Lidya panjang lebar

Ken yang baru memahami pun mulai merasa ada perasaan yang tidak enak di hatinya

"J-jadi Ara pergi ke luar negeri?" Tanya Ken

"Iya sayang"

"Kapan pulang?"

"Kalo itu bunda juga gak tau, belum pasti juga"

"Kenapa belum pasti?"

"Iya soalnya rumah mereka udaj di jual, bisa jadi mereka udah mau menetap di sana" jawab Lidya hati hati

Ken yang mendengar pernyataan Lidya pun seketika mengeluarkan air mata, yang menggambarkan perasaan hatinya.

"Ara ninggalin Ken?" Pertanyaan Ken yang membuat Lidya tak bisa mengeluarkan perkataan

"Say-

"ARA JAHAT!" Teriak Ken lalu berlari keluar kamar

"Ken sayang" teriak Lidya mengikuti Ken keluar kamar.

Next


ARA-KENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang