14

130 6 0
                                    

Hari berganti hari, Minggu berganti Minggu dan tahun berganti tahun, tak terasa Ara kecil yang tumbuh di keluarga yang mungkin jauh dari kata Cemara telah menjadi anak remaja yang sifatnya bertolak belakang dari sifat semasa kecilnya dulu. Ara yang kini sudah mengenal arti Cinta, kasih, sayang, dan perhatian bahkan mengetahui arti selingkuh yang sebenarnya, mulai merasa penasaran, malu dan mempunyai rasa sakit hati ketika mengetahui salah satu orang tuanya gagal menjadi support terbaik, teladan bahkan patah hati pertama untuknya

"Febby syarafa putri" gumam Anak kelas 3 SMA itu dengan tatapan yang tak lepas dari handphone yang ia pegang saat ini.

"Jadi Lo orang yang buat keluarga gue berantakan" ujar Ara dengan terus menggeser geser layar dari benda pipih di tangannya.

Ara sangat membenci Febby, karena Febby berhasil merubah suasana di keluarganya yang dulunya jika berkumpul akan adanya suasana tenang, teduh, hangat, serta kebahagiaan, sekarang jika kedua orang tuanya berada di rumah hanya ada pertengkaran, kegaduhan dan pertikaian antara kedua orang tuanya.

Namun biarpun sering terjadinya pertengkaran antara Mora dan Kian selama beberapa tahun belakangan ini, tidak membuat Mora menggugat cerai suaminya dan mengalah dari Febby  dengan memberikan Kian untuk hidup bersamanya setelah Febby berhasil merusak rumah tangganya.

Praanggg'

Suara piring pecah mengalihkan perhatian Ara dari handphone nya

"Hm pasti papa mama bertengkar lagi" batin Ara

Keadaan seperti ini memang sudah menjadi makanan keseharian Ara selama berada di rumah,  ia sudah tidak asing dengan suara suara piring pecah, pintu di banting serta ucapan ucapan kasar dari Kian untuk Mora.

Namun satu hal yang masih Ara syukuri sampai detik ini, yaitu Kian yang belum menyentuh Mora ketika sedang tersulut emosi bahkan bertengkar dengan Mora. Ketika sedang adu mulut dengan Mora, kian lebih memilih menyalurkan emosinya dengan membanting barang barang di sekitarnya.

Ara yang tak mau tau dengan pertengkaran kedua orang tuanya pun, melanjutkan aksinya menstalking akun sosmed dari Febby si selingkuhan Papanya.

"Gue cuman anak sendiri, cuman anak satu satunya, gue gak punya kakak dan gak punya adik. Tapi kenapa susah buat gue ngerasain kebersamaan, kedamaian, keharmonisan dalam keluarga ini. Mereka ada, wujud mereka ada, tapi tidak dengan hati mereka. Ini rumah gak sih, sampai saat ini gue gak paham apa arti dari rumah" lirih Ara sambil melihat foto seorang perempuan mudah dengan seorang pria yang tak lain adalah papanya sedang berpelukan dengan perempuan itu.

"Dahlah capekk" ujar Ara melempar handphonenya lalu menutup matanya, dan semenit kemudian ia masuk ke alam mimpi.

Di lain tempat, seorang anak laki laki yang masih menggunakan seragam sekolah SMA high school, sedang berdiri di rooftop sekolahnya dengan pandangan yang terus mengarah ke langit yang cerah.

"Kira kira Lo udah sebesar apa yah sekarang" ujar anak SMA itu dengan terus membayangkan seorang gadis cantik yang menemani masa kecilnya.

"Gua udah bahagia di sini, tapi Lo tenang aja gua gak akan lupain lo kok. Gua harap lo juga bahagia dengan keluarga dan teman teman baru lo di sana." Lirih anak laki-laki itu.

Sulit memang buat Ken menerima bahwa sahabatnya akan pergi meninggalkannya, sulit menerima keadaan di mana dirinya akan mendapat bullying, fitnah, kekerasan fisik dari teman teman sekolahnya dan tak ada sahabat nya yang akan membantu dan menolongnya. Namun seiring berjalannya waktu, tak terasa 7 tahun sudah Ara meninggalkannya dan di masa masa itulah Ken berusaha mencari teman dan bersosialisasi dengan orang orang di sekitarnya.

Sempat merasa takut, karena masa kecilnya yang sering mendapat bully-an membuat Ken sedikit trauma dengan orang orang. Namun karena dukungan orang tua Ken dapat kembali seperti anak anak pada umumnya, ia mulai mengubur kenangan kenangan buruk di masa kecilnya dan yah, kecuali tentang sahabat kecilnya itu.

Pada usianya yang menginjak 17 tahun, Ken di pertemukan dengan seorang gadis yang sebaya dengannya.
Pertemuan mereka terjadi pada saat gadis itu turut menghadiri acara sweet seventeennya. Ken mendefinisikan gadis itu seperti bidadari yang tak bersayap dalam arti good looking dan good attitude. Mata coklat terang, rambut hitam tebal dan panjangnya sepinggang serta body yang sangat menarik perhatian para kaum kaum batang.
Selain fisik Ken juga tertarik dengan sifat dari gadis itu, sopan, tutur katanya yang lembut dan perhatian ke semua orang membuat Ken merasa tertarik dengan gadis itu.

Pertemuan mereka saat itu bukanlah pertemuan terakhir mereka, karena gadis itu berencana untuk pindah ke SMA High school di mana sekolah yang sama dengan Ken. Tentu saja kepindahan gadis itu bukan karena kemauannya melainkan kemauan kedua orang tuanya.

Pelan tapi pasti, Ken dan gadis itu mulai akrab bahkan sampai mempunyai hubungan di saat mereka menginjak kelas 11 SMA.

"Ken"  seru gadis yang menjabat sebagai kekasih dari anak tunggal Tn.Greven Alexander

"Ya" jawab Ken kepada Lisya. Lisya adalah nama dari gadis yang menemani Ken dari umurnya yang ke 17 tahun. Mereka sudah bersama mulai dari kelas 1 SMA. Di masa masa Ken mengalami trauma dengan masa lalunya, Lisya lah yang membantu Ken untuk bisa bangkit kembali dan bisa perlahan-lahan mengubur rasa sakit, kekecewaan, dan traumanya pada masa kecilnya dulu.

Perihal Ara, Ken telah menceritakan semuanya kepada Lisya. Lisya yang pada dasarnya mempunyai sifat yang dewasa dan tidak mementingkan egonya, ia memilih untuk tidak memasukkan perkataan perkataan Ken tentang masa masa kecilnya bersama Ara di hatinya.

"Masih kepikiran soal Ara yah" Tanya Lisya kepada Ken

"Iya nih" jawab Ken jujur

"Kalo emang kalian di takdirkan bareng, pasti nanti kalian bakal di pertemukan lagi, percaya deh"

"Hmm semoga yah. Kamu udah makan?"

"Belum"

"Ayok makan"

"Ayok" balas Lisya, dan Ken pun mengajaknya makan di kantin sekolah mereka.

Next'

ARA-KENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang