002

876 161 16
                                    

Jisung terbangun dari tidurnya, dia terdiam beberapa saat mengumpulkan nyawa, bibirnya terbuka sedikit dengan pandangan mata yang kosong. Setelah beberapa saat dia menjadi panik, dirinya buru-buru melihat ke cermin besar yang berada di sudut kamar megah nan klasik ini.

Jisung melotot, bibirnya kembali ternganga.

"LAH KOK UBANAN SIH?" Teriak Jisung, wajah tubuh ini memiliki wajah yang sama dengan dirinya di kehidupan sebelumnya yang membedakannya adalah rambut tubuh ini berwarna perak.

"Itu bukan uban bodoh!" Teriak hantu seorang wanita yang sedari tadi menatap Jisung dengan tatapan tajam.

Jisung menatap hantu itu dengan tatapan sinis, "Aku juga tahu. Rambut ini berwarna perak!"

Wanita itu melotot, "Kau bisa melihat ku? Sejak kapan?"

"Sejak bangun," jawab Jisung lugu.

"Apakah terpeleset kulit pisang hingga menyebabkan dirimu pingsan, bisa membuat mu punya indra ke-enam?"

"Mungkin," jawab Jisung asal karena dia benar-benar sibuk saat ini. Ya, Jisung sibuk memandang tubuh barunya, tubuh ini memang sama hanya saja lebih menawan tubuh ini mungkin karena tubuh ini berasal dari keluarga kaya.

"Wow! Aku merasa seperti oppa-oppa Korea!" Gumam Jisung berpose di depan cermin.

"Otaknya juga menghilang karena terpeleset," gumam wanita hantu itu lalu menghilang.

Jisung yang melihat kejadian itu hanya menggelengkan kepala tidak peduli, oh iya dia harus terbiasa memanggil namanya dengan sebutan Jimmy.

"Jam berapa ini? Aku sangat lapar!" Gumamnya kemudian pergi keluar dari kamar megahnya itu.

Jimmy berjalan menuju ruang makan,  dirinya tahu bahwa tidak akan ada pelayan yang bertugas untuk merawat dirinya, karena semua orang berkata dia adalah seorang pembawa sial, siapapun yang mendekati dirinya maka akan tertimpa kesialan.

Selain itu Count yang merupakan ayahnya juga tak ingin bertemu dengannya, saudara angkatnya yang sangat disayangi Count yang tak lain adalah protagonis wanita juga dilarang untuk mendekati dirinya. Jimmy tidak boleh makan di tempat yang sama dengan mereka, bahkan kadang Jimmy diberikan makanan yang tak layak untuk dimakan.

"Wuah, Anjing!" Gumam Jimmy pelan, saat menyaksikan pasangan ayah dan anak yang sedang asik makan tanpa peduli akan dirinya.

"Pagi! Orang tampan mau makan!" Seru Jimmy tanpa tahu malu.

Count menatap Jimmy dengan tajam, begitu pula dengan gadis yang merupakan anak pungut itu.

"Untuk apa kau datang ke sini!" Marah Count.

"Ayah, semenjak kita jarang bertemu kau menjadi bodoh ya? Ini kan ruang makan sudah tentu aku kemari untuk makan!" Jawab Jimmy dengan pedas. Menurut Jimmy orang tua seperti Count ini patut untuk disinisin terus.

"Apa kau bilang?" Marah Count, mengebrak meja.

"Ayah tenanglah, mungkin kak Jimmy tidak sengaja!" Seru gadis cantik bagaikan malaikat yang mencoba untuk menenangkan ayahnya.

Jimmy yang melihat adegan itu rasanya ingin muntah, dirinya sudah memasang wajah sinis.

"Kakak, minta maaflah dengan ayah!" Titahnya.

Jimmy mengabaikan mereka dan lebih memilih memanggil pelayan, "Hei Kau! Bawakan aku sarapan!"

"Tidak ada sarapan untuk anak sialan seperti dirimu!" Ucap Count.

"Anak sialan? Kau tau anak sialan inilah yang lahir dari rahim mendiang istrimu, anak sialan ini adalah darah dagingmu. Ah, jika aku adalah Jimmy yang dulu mungkin aku akan diam! Tapi sekarang aku adalah Jimmy yang baru, aku tidak akan diam jika kau mengatai diriku anak sialan! Satu lagi, kau adalah bajingan yang lebih menyayangi anak yang tidak jelas asal-usulnya daripada darah dagingnya sendiri, bukankah kau seperti binatang!"

Shaman Transmigrated Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang