Chapter 8 : Heartbeat

386 4 0
                                    

Note :
Harap diperhatikan cerita ini bertema dewasa dengan kink CHEATING PERSELINGKUHAN yg mungkin tidak cocok utk sebagian orang, plus PENUH ADEGAN DEWASA 21+.
Baca dengan konsekuensi ditanggung sendiri.

TOLONG DIPERHATIKAN BATASAN UMUR SEBELUM MEMBACA!

BILA TOPIK TIDAK COCOK, JANGAN DITERUSKAN!

Tadinya gue pikir Jaime mungkin ga akan telepon gue karena terakhir kali kami telepon dalam kondisi gue bersikukuh menolak ajakan dia.
Lalu, dia putus n mungkin terpuruk.

Tapi, ternyata seminggu setelah dia putus, dia ajak jalan gue sama Hanny.
Dia suruh gue ajak teman2 SMP lain utk jalan sama2 di hari Jumat.
Nadanya juga masih Jaime yg biasa.

"Tayyy! Loe masih cakep aja. Ga bosen? Hihihi."

Baru kali ini gue lega denger dia cekikikan gini.

"Masih dong, cakep is my middle name."
Gue bercanda aja seperti biasa.

Lalu Jaime mulai rumpi sama yg lain juga, termasuk Hanny.

Kami seperti kembali ke jaman masih SMP, jajan dikit, window shopping yg banyak.
Meski buat gue, sampe gue SMA pun ya gue juga begini sama temen2 gue sekarang.
Buat Jaime aja yg mungkin beda karena dia sekarang uda masuk kelompok orang berada.

Saat yg lain lagi sibuk ngacak di toko aksesoris, gue n Jaime diem di pojokan.

Gue lagi liat2 stationary, Jaime tau2 curhat.
"Gue putus."

Gue sesaat berhenti n menatap mata Jaime.

"Hihihi. Kaget ya?"
Jaime malah ketawa liat reaksi gue.

"Tapi emang uda ga bisa jalan sih."
"Dari awal gue juga merasa dipaksakan."
"Jason merasa bersalah, jadi dia jadian sama gue."
"Setelah itu, dia dingin kayak kulkas, hanya hot klo minta jatah."
"Dasar F*CKB*Y!"
Jaime nyerocos.

"Cuman ada yg bener."
"Saat gue coba nempel terus n dia menjauh, dia bilang loe harus punya temen."
"Gue sadar gue ngejar dia 6 bulanan, abis itu gue ga punya teman, fokus di dia aja."
"Begitu dia pergi, gue sendirian."
Jaime, temen dekat gue, bukan orang yg jahat.

Tapi dari dulu gue yg harus selalu menyesuaikan diri sama sifat2 antiknya.
Banyak temen kita berteman sama dia karena melihat ke guenya.

Tapi semoga dari sekarang, dia bisa mulai memperhatikan orang2 di sekitar dia.

Sepertinya, dia bisa terima dengan baik perpisahannya dengan Jason.

Kembali ke soal Jason.

Sejak kita ngobrol panjang n gue bilang gue akan pikirin.
Setiap hari dia chat n kadang telepon gue.
Dari basa basi, nanya kabar, minta foto, sampe gombalin gue.

Proses kami ini terbalik.
Setelah segala keintiman malah baru masuk ke proses PDKT.

HP gue saat ini dipenuhi chat dari dia.
Nanya kapan gue kelar ketemuan sama temen2.

Gue curiga dia uda di Mall XX ini.

T : Loe jangan nongol ya
T : Ada Jaime

J : Iya gue liat
J : Gue cabut dulu
J : Nanti kabarin gue, Sayang!

Bener kan si f*ckb*y itu!

Gue sampe malam sama temen2 gue.

Jaime tau2 mau karaokean.
Jadi habis makan malam, kita cari tempat karaoke.

Uang jajan gue menuju kritis akibat rencana dadakan ini.
Gue ga kuasa menolak karena Jaime sangat bersemangat.

Semua mulai pulang termasuk Hanny n Jaime, mereka pulang bareng sama yg searah dengan mereka.

Gue ketinggalan sendiri.
Baru sadar salah itung, saldo n cash gue ga cukup utk pulang, ga bisa minjem siapa2.
Sampe rumah mungkin ortu gue juga belum pulang.

Miskin.

Gue tau bisa chat Hanny atau Jaime utk minjem.
Tapi entah dorongan dari mana, gue chat Jason.

T : Loe masih di Mall XX?

J : Kenapa? Uda selesai?

T : Um

J : Gue turun

T : Dari mana

J : Kamar kenangan

Dia ada di hotel sebelah.

Waktu ketemu, Jason langsung melukin gue.
"Uda selesai acaranya, Sayang? Kangen."
Sekarang gue selalu jadi 'Sayang'nya dia.

"Gue mau nebeng pulang, cape."
"Kaki gue lecet, sepatu gue ga enak."
"Jadi cepetan aja."

Jason melihat gue yg jalannya uda ga bener.
"Gue temenin loe cari sepatu gantinya dulu, sekalian gantiin baju loe yg rusak kemarin ini."

"Ga ada duit cari sepatu, ini aja gue mau nebeng karena ga ada ongkos pulang."

Jason ketawa melihat gue ngomel.
"Loe tuh ya, gue bayarin, loe kan Sayangnya gue."

Dia nuntun gue ke salah satu toko sepatu sport di mall.
Sama suruh gue pilih toko baju utk gantiin baju gue.

Gue ga menolak.

Gue emang sedang serius mempertimbangkan hubungan kami.
Klo engga, mana mungkin gue nebeng atau mau dibayarin.

Jason juga tau itu.
Jadi dia bener2 memperlakukan gue uda kayak pacar aja.

Dia juga ga macem2 di tahap sensitif ini.
Jadi setelah gue selesai belanja, dia mengantar gue pulang.

Hanya, di mobil saat kami akan berpisah, suasana agak lepas kendali.
Kami berciuman dengan intens.
Tangan Jason mengerayangi badan gue.

"Tay, gue tau harus tahan...cuman...loe tuh seksi banget..."
Jason menciumi leher n dada gue.
Sementara jarinya sibuk memainkan p*ting gue.
Baju gue uda ga keruan lagi ditarikin sama dia!

"Loe klo begini terus, tiap minggu loe gantiin baju gue."

"Ga apa Tay, asal gue bole robekin baju n nikmatin body loe."

Kami berciuman, tangan kami bekerja saling meng*cok satu sama lain, sampe kami keluar sama2.

Pas gue turun, baju n celana gue uda ga jelas.

Tapi Jason masih susah ngelepasin gue.
"Loe besok masih jalan sama Jaime?"

Gue mengangguk.
"Thanks to you. Dia jadi semangat berteman."
"Kali ini ngajakin gue, Hanny n Patrick, ketemu sama temen2 sekolah dia."

Jason menghela napas.

"Loe juga bukannya katanya banyak acara di luar pacaran?"
Gue mengingatkan ceramahnya.

"Iya, tapi kepala gue lagi isinya loe aja, jadi yg lain gue ga semangat."
Jawaban jujur Jason membuat pipi n telinga gue merah.

Gue menunduk.

Jason menarik dagu gue.

Kami berciuman.

Hanya bibir ketemu bibir.
Tapi rasa hangatnya sampe ke hati gue.

Deg.
Deg.
Deg.

Hati gue berdebar.

Mungkin...
Mungkin...
Mungkin...gue jatuh cinta?

My-BF's-BF (bxb Cheating 21+)Where stories live. Discover now