VIII. drive

122 13 0
                                    

Ketika atlet baseball itu memiliki sebuah hubungan dengan atlet badminton yang permainannya sudah mendunia dan terkenal sebab paras rupawan yang di milikinya.

----

Home Run, Kazuma yang di juluki sebagai Ace untuk tim baseball bernama Rampage kembali mencetak Home Run untuk yang ke-9 kalinya dalam karir. Rambut hitamnya dia sisir ke belakang kepala agar tidak menghalangi pemandangan jalannya menuju seat pemain di sisi lapangan.
Pertandingan hari ini selesai, Kazuma izin pamit undur diri terlebih dahulu karena dia harus melakukan sesuatu malam ini, tidak boleh telat apalagi terlewatkan.

"Pamit ya, Zin-san, Takkun." tangannya melambai ke arah Zin serta Takuma yang membalas lambaiannya dengan senyuman.

Kazuma berlari menyusuri lorong belakang lapangan setelah memastikan pintunya tertutup rapat, ia lalu berjalan memasuki area parkiran dan mulai menghampiri audi r8 miliknya yang terparkir apik dengan warna hitam sangar di ujung sana. Setelah memastikan semua barangnya tersusun rapih pada kursi bagian belakang, Kazuma mulai menjalankan kesayangannya menuju sebuah tempat yang tidak akan pernah bosan dia kunjungi tiap pengumuman pertandingan di umumkan dua minggu sebelumnya.

Maruzen Intec Arena Osaka, lapangan badminton besar yang terletak pada osaka itu bisa menampung setidaknya 10.000 penonton dalam venue raksasa.

Memasang masker dan topi pada dirinya, jersey putih dengan nomor punggung 17 miliknya dia lapis dengan sebuah jaket hitam lalu setelah itu keluar dari mobil dan berjalan memasuki venue lewat pintu utama.

Terdengar hingar-bingar penonton tanda pertandingan pertama telah dimulai. Kazuma melangkahkan tungkainya cepat namun dengan kepala yang terfokus pada layar besar yang menunjukkan beberapa tulisan informasi seperti Badminton First Match Men's Single disana, namun Kazuma hanya memfokuskan tatapannya ke arah sebuah nama yang telah mencetak 15 poin selisih 5 bersama lawan.
Lelaki Kawamura itu mengambil tempat duduk, ia lalu menumpu kedua siku pada lututnya dengan fokus yang memperhatikan seorang pemain bersurai blonde dengan baju biru membalut tubuhnya. Poin bertambah  disusul dengan sorakan berisik dari arah kursi penonton ketika si surai blonde kembali mencetak skor, Kazuma yang melihatnya pun tersenyum kecil dan bertepuk tangan.

"Satu lagi poin untuk Yoshino Hokuto membuat selisih poin menjadi enam!"

Suara dari komentator terdengar samar akibat kalah dari sorakan semangat penggemar berat Yoshino Hokuto yang datang untuk menyaksikan langsung pertandingan malam itu, begitu juga dengan Kazuma sebagaimana dia yang dengan diam-diam menjadi penggemar berat Yoshino Hokuto, pemain tunggal badminton yang telah memulai karirnya sejak empat tahun lalu.

Sepasang mata cantik menatap ke arah Kazuma secara kebetulan, membuat lelaki itu tersentak lewat wajah yang tertutup masker hitam dari kursi penonton di atas sana.
Yoshino baru saja menatapnya.

.
.
.

Pertandingan selesai di jam 9.30 malam ini, Kazuma benar-benar puas dengan permainan tunggal yang dilakukan oleh pemain andalannya sebab lelaki bersurai blonde dengan nama Yoshino Hokuto itu memenangkan seluruh Match dengan gaya permainan yang unik dan sulit untuk di tebak, tak jarang tadi Kazuma membuat ekspresi konyol sebab Yoshino memakai skill uniknya di lapangan.

"Kawamura!"

Kazuma menghentikan langkahnya yang sudah hampir mencapai pintu utama venue, dan berakhir membalikkan badan menghadap ke arah seseorang yang baru saja memanggilnya.

"Aku tidak lupa, tapi maaf lama."
Itu Yoshino Hokuto yang menghampiri Kazuma, dengan setelan yang sudah berganti menjadi sweater tipis berwarna biru dan celana panjang berwarna hitam, rambut terangnya pun sudah terlihat sedikit rapih dari sebelumnya saat masih berada di lapangan menghadap lawan.

Raya, kazuhoku oneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang