IX. Lovesick (short)

91 11 0
                                    

Sebenarnya Kazuma kenapa?

----

Minggu pagi, hujan turun membasahi.
Tubuh tegap milik seseorang bermarga Kawamura terdiam di depan jendela kamar besar uang mengarah pada pemandangan pagi hari, matahari menyembulkan dirinya dengan sinar seterang harapan, dan bintang-bintang mulai menghilang terkalahkan oleh cahaya dahsyat dari sang penerang.

"Kazu, ayo makan?"

Kazuma berbalik, menatapi wajah cantik yang terlihat mengintip dari balik pintu. Tersenyum kecil adalah satu-satunya opsi terbaik Kazuma untuk membalas, kemudian berjalan perlahan membuka pintu yang sudah sedikit terbuka.
Suasana sepi dari apartemen besar milik Kazuma menghantarkan udara yang menusuk, didukung dengan gemuruh petir yang saling menyambut diluar sana.

"Hokuto,"

"Hm? Kopi nya ada di atas meja makan."

Kazuma melirik meja makan yang kosong, hanya keheningan yang menyambut kekonyolan Kazuma yang berseru di apartemen sendirian.

"Kazu, lihat aku."

Kazuma berbalik, mendapati sesosok lelaki cantik yang memejam. Piyama biru lautnya bertengger dengan pas, sandal rumah yang hanya tersisa satu terpakai di kaki kanan, kedua tangan yang menggantung di masing-masing sisi badan, dengan wajah membiru pucat.
Tali tambang yang terikat pada tiang lampu menahan beban tubuh dari seorang lelaki manis yang sudah tak bernyawa, lehernya memerah sebab tali tambang yang terikat kuat di leher jenjangnya.

"Kalau aku sudah seperti ini, apa menurutmu masih cantik?"

Kazuma berlutut, menundukkan kepalanya tak berani melanjutkan khayalan yang menghantuinya sejak tiga hari pasca polisi dan tim medis mengerubungi unit apartemennya.
Air mata mulai membasahi pipi tirus Kazuma yang memejam, kedua tangannya terkepal erat di atas lantai dingin pagi hari.

"Masih cantik, sangat cantik."

Tali tambang yang merenggut nyawa sang terkasih dengan sengana tersisa setengah menggantung dengan bebas, meninggalkan memori busuk yang akan menghantui Kazuma dalam meneruskan hidup kedepannya.

"Terima kasih, sekarang tolong lepaskan tali ini, aku tidak bisa bernafas."

Kazuma, lelaki tampan bersurai hitam itu menggeleng kuat, tangan kekarnya bergerak untuk menggapai sofa agar membantunya berdiri. Kazuma kembali menatap tali yang tersisa setengah itu lamat-lamat.

"Hokuto, tidurlah."

fin---
anarayara

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Raya, kazuhoku oneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang