"NGAKU LO! GAK USAH JADI PECUNDANG LO!"
Bugh..!
Rendra mengusap sudut bibirnya. Dilihatnya pria yang baru saja membogem pipinya dengan tatapan malas.
"INI BENERAN GUE HARUS TAURAN SAMA DIA?" tanya pria itu ke anggotanya sendiri sambil teriak.
"YA TERSERAH LO AJA MAU GIMANA! KITA MAH IKUT IKUT LO AJA!" Jawab salah satu anggota orang itu dengan teriak juga.
"ADUH! GIMANA DONG? GUE GAK TEGA INI!" adunya kembali kepada para anggotanya. Anggotanya hanya mengangkat bahunya acuh.
Rendra membuang napasnya dengan kasar. Rendra tidak habis pikir dengan pria yang ada di hadapannya ini. Padahal dia duluan yang nantang tauran, eh malah dia juga yang gak sanggup.
Rendra melangkah maju satu langkah. Setelah itu memegang bahu pria itu dan menatap matanya. Walaupun harus sedikit mendongak karna pria yang jadi lawannya ini lebih tinggi dari pada dirinya sendiri.
"Sebenarnya yang Lo mau apa sih?" Tanya Rendra
Pria itu hanya diam menatap manik indah Rendra yang seperti ada bintang di dalamnya.
"Lo yang nantang Lo juga yang gak sanggup! Lagi pula bukan gue yang nyelakain adik Lo itu! Jangankan nyelakain tau aja kagak gue!" Lanjut Rendra masih dengan menatap manik sang lawan.
Benar juga yang di katakan Rendra. Mana mungkin Rendra mencelakakan adiknya dengan embel embel akan membunuh dirinya sedangkan rendra sendiri tidak tahu adiknya sama sekali.
Tanpa sadar pria itu menganggukkan kepalanya.
"Lo bener juga ya! Mana bisa Lo ngancem bunuh gue ke adik gue sedangkan lo nya aja gak tau adik gue yang mana"
"Makanya kalau punya otak dipake jangan asal nyimpulin aja!" Rendra melepaskan bahu pria itu yang sedari tadi di pegangnya.
"Ya udah deh sorry ya hehe". Rendra mendatarkan wajahnya. Enak aja main maaf aja pikir Rendra.
"Enak aja Lo! Lo gak liat bibir gue luka gara gara Lo!" Rendra menunjukan luka di bibirnya pada pria itu.
"Hehe.. iya deh iya sini gue obatin!"
"GOBLOK!!"
Rendra menjauhkan tubuhnya dan memasangkan jurus kuda kuda begitu pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Rendra dengan bibir yang sudah di manyun manyunkan siap untuk menyentuh luka di bibirnya.
"Anjing Lo homo! Jauh jauh Lo dari gue" Rendra memukul lengan pria itu dengan kencang.
"Eh..eh canda ren canda! Aduh..gusti sakit ren! Iya iya maaf aduh.. asu!" Pria itu berusaha menghindari pukulan maut dari Rendra.
"Iya deh maaf! Kalau gitu Lo mau apa biar gue beliin deh nanti!" Ucap pria itu supaya Rendra tenang.
Rupanya itu berhasil membuat Rendra terdiam dan terlihat sedang berpikir.
"Emm apa ya?"
Pria itu hanya tersenyum entahlah perasaanya sudah tidak enak.
"Aahah!... Gue mau Moomin keluaran terbaru! Beliin ya gibran yang baik tidak sombong serta sering menabung!" Rendra mengembangkan senyuman manisnya sampai memperlihatkan deretan gigi rapih dan putihnya.
Pria itu atau kita sebut saja gibran membulatkan matanya. Apa apaan pikirnya. Tapi sedetik kemudian dia memaklumi, toh di mall dekat rumahnya ada.
'dasar si obsesi sapi obesitas-_-'
"Gak ada yang lain gitu selain sapi obesitas itu?" Gibran memastikan Rendra lagi.
Rendra melotot dan langsung saja menjitak kepala Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Back?! (Huang Renjun)
RandomAku tidak tahu apa yang baik dan buruk untuk ini!. Tapi jika memberi kesempatan kedua itu tidaklah buruk, bukan? Aku berusaha melupakan semua. Tentang mereka, tentang dia, dan tentang memori memori itu. Disaat aku telah melupakan semua itu kenapa me...