apakah lebih buruk?

138 64 98
                                    

Hendry melangkahkan kakinya masuk kedalam mansion. Berjalan dengan lesu sambil memegangi perutnya yang linu.

Melihat Hendry memasuki mansion semua yang ada disana bangun dari duduknya. Menunggu Hendry berjalan ke arah meraka sambil memperhatikannya.

Mendudukkan bokongnya di salah satu sisi kursi yang kosong. Di lihatnya satu persatu anggota keluarganya yang masih memperhatikannya.

"Aku gagal" cicit Hendry dengan suara pelan bahkan seperti berbisik. Untung suasana mansion sepi jadi suara Hendry tetap terdengar.

Mereka seketika kehilangan tenaganya masing masing kala mendengar perkataan Hendry. Sebenarnya mereka sudah tau bahwa Hendry gagal membawa bungsu mereka. dari awal Hendry masuk seorang diri dan wajah putus asanya yang sangat jelas.

Kinan menghampiri Hendry dan duduk di sisinya. Mengelus punggung lebar Hendry dengan penuh kasih sayang.

"Tidak apa, masih ada besok. Nanti kita jemput raka Sama sama ya?" Kinan tersenyum tulus memberikan kekuatan untuk Hendry.

Hendry menggeleng pelan."Raka tidak Sudi pulang. Dia tidak mau pulang. Raka menganggap kita telah menjadikan Raka sebagai tumbal. Raka membenci kita, dia tidak akan mau pulang. Masih ada luka di hatinya yang ngebuat Raka tidak mau pulang"

Irina tersenyum manis melihat Hendry yang putus asa. Mendekat dan duduk di dekat Hendry dengan tatapan tulusnya.

"Tidak usah sedih seperti itu! Kita akan buat Raka kembali dan membuat Raka menyayangi kita. Kita akan menyembuhkan semua luka Raka, baik dalam maupun luar. Oky?"

Hendry mengangguk menyetujui perkataan Irina, tapi jauh di lubuk hatinya Hendry masih meragukan itu.

Winniza terkekeh kecil kala melihat Hendry yang murung itu. Ia tahu Hendry masih ragu maka ia menghampiri Hendry dan menepuk pundaknya pelan.

"Aku yakin Raka akan bahagia bersama kita. Hah.... Sudah lama kita tidak bermain dengan Raka. Nanti saat Raka sudah pulang kita ajak Raka main bekles ya, pasti akan seru! Raka kan suka main bekles kan?" Hendry tersenyum membayangkan wajah Rendra yang senang bermain permainan daerah itu. Dengan semangat Hendry mengangguk dan memeluk winniza dengan senyuman lebarnya.

Melihat Hendry dan winniza berpelukan lantas mereka menyunggingkan senyuman manis nan tulus mereka masing masing.

"Kalau begitu kita akan menjemput Raka bersama besok?" Tanya Junan dengan mata berbinar. Semua mengangguk membenarkan pertanyaan Junan kecuali thio.

"Aku pikir sepertinya lebih baik kita membagi tugas. Maksudnya hanya sebagian yang menjemput Raka dan sisanya mempersiapkan kejutan untuk Raka. Tidak baik jika kita rombongan menjemput Raka, lagi pula di luar sana akan heboh jika melihat kita semua pergi berombongan!" Pendapat thio mendapatkan anggukan setuju dari keluarganya.

"Iya juga ya!, kalau gitu yang ganteng ganteng turun tangan langsung dan yang cantik cantik siapin perlengkapannya!" Usul senan.

"Ya! Jadi para ladies, kalian cukup duduk manis dan tunggu para pahlawan ini datang, Oky?" Junan mengedipkan matanya sebelah sambil berdecak dengan diiringi jentikan jari kanannya.

"Baiklah, tidak masalah!. lagi pula kami memang merencanakan akan membuat kejutan untuk Raka!" Ucap Kinan sambil berkacak pinggang, tidak lupa dengan wajahnya yang sangat menyebalkan.

"Ilih! Sombong banget kamu mbak! Tapi anehnya kok aku suka?!" Sahut Senen dengan wajah julitnya.

Chandra dan Wandy hanya bisa tersenyum, hatinya menghangat melihat betapa semangatnya keluarganya untuk menjemput anak Mereka. Mereka bersyukur berada di keluarga arlangga yang selalu ada di sisi mereka dan siap membantu setiap saat.

I'm Back?! (Huang Renjun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang