Betapa terkejutnya Joan saat kembali datang ke rooftop, hujan sedang turun dan Janu berbaring di tengah-tengah sambil merentangkan kedua tangannya membiarkan seluruh tubuhnya terguyur hujan.
Tentu Joan sangat merasa bersalah bahkan berpikir kalau Janu tidak baik-baik saja apalagi tadi ia sempat memukulinya, "Janu, please jangan mati dulu." teriaknya sambil menembus hujan demi menghampiri Janu.
"Janu!" teriaknya lagi saat melihat Janu menutup matanya juga wajahnya di penuhi luka.
Joan berlutut di depannya, menangkup kedua pipi si cowok yang sedang berbaring itu, "Gue belum minta maaf ke lo."
Pergerakan tangan Janu selanjutnya membuat Joan terkejut lagi, Janu mengusap wajahnya lalu mengubah posisi dan menjadi duduk, keduanya kini berhadapan dengan raut keheranan Joan serta ada kekesalan, "Lo ngapain tiduran di sini sih? Gue pikir pingsan."
"Bersihin luka yang lo buat." jawabnya yang membuat Joan meringis pelan merasa bersalah.
"Ada apa balik lagi?" tanya Janu.
"Gue berhasil buka loker Gemima."
▪︎ ▪︎ ▪︎
Dengan kondisi seragam yang masih basah, Janu membuka lembar demi lembar halaman yang tertulis di buku kecil oleh Gemima. Rasanya ia gagal menjaga sosok Gemima teman dekatnya itu, selama ini selalu saja ada hal yang saling diceritakan namun mengapa masalah seberat ini Gemima pendam darinya?
Joan sudah berganti pakaian olahraga yang basah itu dengan seragamnya, ia kembali ke kelasnya dan hanya ada Janu, tas milik keempat temennya sudah tidak ada kemungkinan mereka sudah pulang.
"Jan?"
Janu menoleh ke arah Joan.
"Jadi siapa pelakunya?"
Janu tidak menjawab, ia sudah tahu dan Joan belum membacanya sampai tuntas, Janu juga baru mengetahui fakta lainnya kalau gadis yang masih berdiri di dekat pintu itu adalah saudara tirinya Gemima. Tak hanya itu, masa kecil mereka juga diceritakan lengkap di sana.
"Gue kenal dua gadis yang kuat selama ini."
"Hah?" Joan mendekat ke arah Janu, penasaran maksud dari ucapan cowok itu, "Siapa?" tanyanya.
"Gemima dan lo."
Joan menunjuk dirinya sendiri dengan penuh tanya, "Gue?"
Janu mengangguk yakin, "Gue kenal lo dari buku yang ditulis Gemima."
Benarkah? Joan sampai merebut bukunya dari tangan Janu dan membuka lembar ketiga melanjutkan bacaannya sambil mencari jawaban.
▪︎ ▪︎ ▪︎
Hari ini libur sekolah, Janu dan Galen memiliki janji bertemu satu sama lain lalu mereka masing-masing membawa orang lain yang sebenarnya merupakan tujuan awal Janu dan Galen untuk mempertemukan mereka.
Salah satu caffe di dekat sekolahnya menjadi tempat pilihan Galen dan Janu.
Joan dan Phavita yang kini saling berhadapan, kedua gadis yang sangat berbanding terbalik dan terlihat kontras, jujur saja Phavita tidak terlalu menyukai sosok Joan yang bersikap seolah penguasa di sekolahnya. Sementara Joan, mengulurkan tangannya di depan Phavita sembari menunggu responnya.
"Ta?" Panggil Galen menyadarkannya.
Setelahnya, Phavita tersadar dan menyambut uluran tangan Joan sekilas.
Ngapain Galen bawa aku ketemu si Joan Joan ini?
Batin Phavita.
"Gue Joan."
"Udah tahu." jawab Phavita yang berusaha menyembunyikan ketidaksukaannya pada Joan. Kemudian Galen menyuruhnya untuk duduk di sampingnya.
Tak ada basa-basi terlebih dulu, Janu spontan memberitahu Phavita yang mungkin tidak akan percaya mendengarnya, "Ta, Joan adiknya Gemima."
Tentu gadis itu shock, refleks menengok ke arah Galen dengan tatapan bertanya, soalnya ia tidak tahu lagi harus bertanya pada siapa.
"Aku juga baru tahu, Ta." jelasnya. Memang pertemuan ini yang merencanakan adalah Janu dan Galen lalu masing-masing memiliki informasi dari gadis yang mereka bawa itu dan ingin meluruskan semuanya.
"Iya, lebih tepatnya adik tiri." sahut Joan.
"T- terus k-kamu tahu Gemima hamil?" tanya Phavita.
Joan mengangguk, "Gue tahu lo ada di saat kematian Gemima, Ta. Gue disini minta tolong sama lo buat jadi saksi sampai pelaku masuk penjara."
Bahkan Phavita menggelengkan kepalanya lemah, "Aku takut."
"Tenang, lo gak sendiri. Meskipun Gemima gak minta kasusnya dibuka tapi gue mau keadilan buat Gemima." kata Joan.
Galen hanya merangkul sang gadis yang tengah gelisah itu, "Ta, jangan takut." Lalu beralih pandangannya pada Joan, "Jo, Phavita juga di ancam sama pelaku."
"Tuh kan, justru itu biar lo juga aman, saatnya speak up, Phavita!" ujar Joan penuh ketegasan namun terkesan menyentak sampai Phavita terkejut.
"Jo, calm down." bisik Janu.
"Duh sorry."
"Oh iya Gal, gue mau ngomong sama lo." sahut Janu.
"Kenapa, Jan?"
Janu mengeluarkan jaket yang dari paper bag dan memberikannya pada Galen juga name tag kecil yang ada di atas lipatan jaket itu, "Ini jaket lo, kan?"
"Iya itu punya gue."
"Kenapa ada di tumpukan barang Gemima yang ada di loker?" curiganya pada Galen.
"Sumpah Jan, gue cuma minjemin aja waktu itu karena Gemima kehujanan."
Sekarang Galen beralih Joan yang menatapnya penuh kecurigaan juga, "Jo, soal jaket itu beneran gak ada apa-apa."
"Bener?"
"Iya Joan, sumpah."
▪︎ ▪︎ ▪︎
KAMU SEDANG MEMBACA
OUT OF THE BLUE | 05 LINE
FanfictionIf something happens out of the blue, it's completely unexpected. BXG AREA FIKSI NO SALTY JUST FOR FUN HAPPY READING