Malam ini masih pukul 19.30, seperti hari hari sebelumnya, Phavita masih enggan bertemu siapapun termasuk keluarganya, yang ia lakukan hanya menangis dan berpikir keras agar keluar dari zona ini.
Ia memilih keluar dari kamarnya sekedar mencari udara segar malam ini sambil menatap langit yang bertabur bintang, hanya di balkonnya, artinya Phavita tidak benar-benar keluar dari kamarnya.
Di tengah lamunannya dari atas balkon, tak sengaja pandangan matanya menangkap sosok seseorang yang berdiri di luar pagar rumahnya sambil melambaikan tangannya.
Kebetulan bagi Galen kalau gadis itu melihatnya tanpa harus Galen masuk ke dalam rumahnya lalu begitu sulit memintanya keluar.
Phavita masih memandanginya dengan keheranan, lalu Galen menunjukkan apa yang ia bawa, dari bawah juga terlihat kalau Phavita menampakkan ulasan senyum tipisnya. Galen rasa kali ini berhasil menarik perhatian gadis itu.
Ponsel dari dalam kamarnya berdering namun Phavita masih fokus pada Galen di bawah sana, tapi melihat gerakan Galen yang memegang ponselnya tak lupa menunjukkan pada Phavita barulah ia tersadar kalau panggilan telepon yang berdering itu bisa saja dari Galen.
Karena tidak bisa dipungkiri kalau Galen akan mudah mendapatkan kontaknya, apalagi cowok itu sudah bertemu dengan Risa, bundanya Phavita.
Phavita masuk ke dalam kamarnya sekedar mengambil ponsel dan setelahnya kembali keluar seraya mengangkat panggilannya, "Hallo?"
"Ta."
Benar, ini suara Galen.
"I-iya."
"Boleh gak aku minta ketemu kamu sekarang?"
Phavita ragu, ia masih terdiam. Keduanya saling menatap dari kejauhan dan berkomunikasi lewat telepon. Sudah malam tapi Galen nekat mendatanginya, mungkin terdengar jahat kalau Phavita enggan menemuinya.
"Yaudah aku turun, kamu mau masuk atau aku yang keluar?"
Kini Galen tersenyum lebar, "Kamu aja keluar."
"Oke."
▪︎ ▪︎ ▪︎
Galen yang memeluk boneka teddy bear berukuran besar itu adalah alasan Phavita tersenyum, ia bukan anak kecil yang mudah dirayu hanya dengan cara seperti ini, pasalnya boneka miliknya persis seperti yang Galen peluk. Sebenarnya Phavita bukan tipe anak gadis yang menyukai hal seperti itu, hanya saja ia pernah memiliki boneka yang diberikan Gemima sejak berumur lima tahun, mereka sudah berteman sejak kecil.
Sayangnya boneka yang sudah dimakan oleh waktu itu sudah tidak sebagus dulu lagi, hingga sang bunda menyuruh salah satu asisten rumah tangganya membuang boneka itu meskipun akan diganti dengan yang lebih baik dan tentunya akan semirip mungkin, tetapi nyatanya sampai sekarang boneka itu belum ada di tangan Phavita, kemungkinan Risa lupa menggantinya.
"Kok bisa tahu?" tanya Phavita ketika keduanya sudah berhadapan. Pertanyaan tadi luas konteksnya, tapi Galen mengerti.
Sebenarnya sejak pertama ia datang ke rumah ini, hal kecil yang ia temui pada salah satu pekerja disini membawa boneka berukuran besar hendak dimasukkan ke dalam trash bag, hanya karena penasarannya itu Galen bertanya dan akhirnya mendapat jawaban yang mungkin bisa ia gunakan untuk mendekati Phavita.
"Tahu lah." jawab Galen dengan percaya diri, lalu menyerahkan boneka itu pada Phavita, "Buat kamu."
Dengan senang hati sang gadis menerimanya, "Thanks Galen." katanya dengan senyum manis. Lalu Phavita memeluk boneka yang seolah bernyawa itu.
"Aku kangen banget sama Gemima." lirihnya yang terdengar oleh Galen dan juga dapat merasakan kesedihannya.
"Ta, Gemima udah tenang di sana, kamu ikhlasin dan Gemima mau liat kamu bahagia sekarang." Galen mencoba mendekatinya seraya menepuk bahu gadis itu dengan ragu.
"Aku gak tahu gimana caranya ikhlasin seseorang yang kita sayang itu ternyata pergi."
"Ini udah takdir."
Phavita menggelengkan kepalanya lemah, nyaris menangis kembali dengan penuh sesak di dadanya, ia menundukkan kepalanya sambil memeluk bonekanya.
"Ta, kamu masuk gih sana, tenangin diri kamu, ada yang mau bicarakan tentang Gemima tapi besok aja."
"Hah? Tentang apa?" refleks Phavita menatap Galen dengan penasaran.
"Udah besok aja, Ta. Sekarang kamu istirahat."
"Di- dimana?"
"Mau di sekolah? Tapi kalau kamu belum siap masuk, besok aku ke sini lagi."
Phavita terdiam sejenak sambil menundukkan kembali pandangannya, "Gak tahu, Gal."
Galen mengusap puncak kepala Phavita yang tengah cemberut itu, "Jangan di paksa, sana masuk, besok pulang sekolah aku kesini lagi."
▪︎ ▪︎ ▪︎
KAMU SEDANG MEMBACA
OUT OF THE BLUE | 05 LINE
Fiksi PenggemarIf something happens out of the blue, it's completely unexpected. BXG AREA FIKSI NO SALTY JUST FOR FUN HAPPY READING