Chapter 4: Teman Baikmu

294 38 34
                                    

"Katakan padaku, Dani. Kenapa..kita tidak lagi saling bicara?"

"Minji.."

Danielle gamang. Perasaannya memburuk. Ia tak sampai hati melihat Minji menatapnya mengiba, memohon penjelasan darinya. Batinnya meronta-ronta, ingin meminta maaf kepada gadis itu dan merangkul, memeluknya erat, dan..

Matanya terkilat pada bibir Minji yang berjarak hanya beberapa sentimeter dari bibirnya. Hasrat di dalam dirinya menggoda, memaksa ia untuk mempersingkat jarak dan meraup belahan bibir yang ranum itu dengan bibirnya.

Mukanya memerah. Dirutukinya khayalan liar yang berseliweran di seluruh penjuru otaknya. Pandangannya teralih kepada mata Minji yang masih setia memandangnya. Jantungnya berdegup kencang ketika iris sepasang mata hitam legam milik gadis tersebut menatapnya dengan pandangan yang sulit dimengerti. Sekilas tatapan Minji menyasar bibirnya seolah berniat menjamahnya, wajahnya kian mendekat, dan...

Prang! Ia tersentak kaget, begitu pula Minji. Suara lemparan benda tumpul keras menggema menghantam pintu masuk kelas tersebut. Pekikan seseorang bergemuruh di luar ruangan.

"Kang Haerin! Lee Hyein! Berhenti kalian!!"

Ia kenal pemilik suara pekikan itu, Hanni. Bunyi langkah kaki dan tawa, yang diyakininya berasal dari Haerin dan Hyein berderap di sepanjang koridor. Namun ia tidak memperdulikan ulah tiga sekawan itu. Matanya terbelalak, jantungnya serasa berhenti berdetak karena Minji menciumnya.

Tidak, lebih tepatnya bibir mereka saling bertabrakan. Saat bunyi lemparan itu menghantam pintu, Minji yang kagetan tersentak ke depan, tangan yang memegang dagunya terangkat. Mau tak mau membuat bibir mereka beradu.

Itulah kira-kira alibi yang dirangkum otaknya. Meski rasanya tidak begitu. Tabrakan bibir mereka terlalu lemah untuk sebuah insiden. Seolah, Minji memang menyengaja hendak menciumnya.

Oh My God! Batinnya memekik. Seketika seluruh tubuhnya kaku, tak kuasa bergerak satu sentimeter pun. Meskipun hanya bersentuhan beberapa detik, tapi cukup membuatnya hilang akal dan menginginkan lebih. Kenyal bibir gadis itu lembut menerpa bibirnya.

Minji mengakhiri ciuman mereka. Ia mengerang, menghendaki bibir gadis itu kembali menjamah bibirnya. Ia tak rela jikalau mimpinya hanya berlangsung sesaat.

Entah dapat keberanian darimana, tangannya yang entah sejak kapan bergelung di belakang pundak Minji, menarik tengkuk gadis itu mendekat kearahnya. Bibir mereka kembali berpagutan. Ia bisa merasakan bibir Minji bergerak, menyapu permukaan bibirnya. Tak mau kalah, ia juga menggerakkan bibirnya. Nafasnya memburu hebat, suhu tubuhnya meningkat beberapa derajat. Satu tangannya bergerak liar kesana-kemari leluasa menjelajahi punggung Minji, satunya lagi mendorong wajah gadis itu lebih dekat dengan wajahnya.

Belum sempat melanjutkan ke tahap yang lebih menggoda, suara derakan dari arah pintu mengusik dan menghentikan aktivitas mereka. Ciuman itu berakhir karena mereka yang panik buru-buru memisahkan diri dan merapikan penampilan seadanya.

Pintu itu pun terbuka, menampakkan siluet perempuan bertubuh pendek yang ternyata Hanni. Dahinya mengernyit, raut wajahnya bingung, mengazab mereka dengan tanda tanya. Dengan tangan terlipat di dada Hanni menginterogasi mereka.

"Dani? Minji? Apa yang kalian lakukan disini?"

Tiada suara yang keluar dari mulut Danielle. Bibirnya beku, lidahnya kelu. Efek dari aktivitas barusan masih mendera semua indera di tubuhnya.

"Aku ingin bicara berdua dengan Danielle, duh. Kamu sendiri kenapa kesini?"

Minji yang sudah pulih dari keterkejutannya menjawab pertanyaan Hanni sebelum temannya itu semakin mencurigai mereka. Apalagi dengan kondisi rambut dan baju mereka yang masih acak-acakan.

Somebody to You [Husseyz Short Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang