Bagi Danielle, melenyapkan rasa sukanya pada Minji bukanlah perkara mudah. Walaupun telah bertekad untuk melakukannya, tapi hingga kini usahanya belum membuahkan hasil. Penyebabnya tak lain adalah sikap Minji yang berubah drastis. Gadis itu jadi lebih perhatian dan selalu menempel padanya di setiap kesempatan.
Meskipun Danielle sudah bersikap abai, tapi Minji tak patah arang, malah semakin gencar mendekatinya. Lama-kelamaan Danielle pasrah dan membiarkan saja gadis jangkung itu berbuat sesukanya.
Seperti pada suatu waktu, tak ada angin tak hujan, perempuan berambut hitam selegam malam itu dengan malu-malu memberi bingkisan yang setelah ia cek ternyata berisikan sketchbook dan seperangkat alat gambar.
" Sebenarnya aku ingin memberikannya padamu sejak bulan lalu. Tapi karena kita lama tidak bicara jadi aku baru memberikannya sekarang. Semoga kamu suka, Danielle."
Minji menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Cemas membayang di raut wajahnya, mengantisipasi reaksi Danielle.
Danielle yang pada dasarnya mudah tersentuh, kaget diberikan kado dadakan. Terlebih pemberian Minji adalah benda yang diinginkannya. Ia berencana membeli sketchbook baru karena sketchbook miliknya sudah penuh oleh goresan sketsa.
Ia terharu, matanya berkaca-kaca. Lantas ia menarik tubuh Minji lalu memerangkap temannya itu dalam pelukan.
"Terimakasih banyak, Ji. Aku sangat menyukainya."
Ia tidak tahu bagaimana wajah Minji merah padam ketika dipeluk.
Dilain kesempatan, ia terjebak hujan dan terpaksa berteduh di halte sekolah. Hari itu Yujin ikut lomba diluar kota sehingga tidak bisa pulang bersamanya. Mau tidak mau, ia terpaksa menunggu hingga hujan mereda.
Sekonyong-konyong, Minji yang entah muncul darimana datang menghampirinya dengan sepucuk payung terkembang ditangannya. Gadis itu memaksa mengantarnya pulang, meskipun kos mereka berjarak cukup jauh.
Tindakan-tindakan kecil itulah yang membuatnya belum mampu mengenyahkan rasanya pada Minji.
"Hei Dani!"
Danielle tersentak, ia terjaga dari lamunannya tatkala suara seseorang menyerukan namanya. Didapatinya Minji, tokoh utama dalam angan-angannya, datang mendekat. Gadis berwajah rupawan itu melemparkan seulas senyum padanya.
"Hei, Minji.."
Pipinya yang tidak bisa diajak berkompromi memerah. Cantik sekali. Lagi dan lagi entah sudah berapa kali ia terpukau oleh eloknya senyuman Minji.
"Kenapa kamu sendirian? Kamu tidak makan siang?"
"Ah, aku sudah selesai makan siang."
Minji mendudukkan diri di sebelahnya. Ia memejamkan mata, tubuhnya bersandar pada dinding kelas yang dingin dan keras.
"Kamu kok sendiri? Mana Hanni?"
Danielle celingak-celinguk keluar, mencari keberadaan Hanni. Biasanya, dua sekawan itu selalu bersama. Bak semut dengan gula, dimana ada Minji di sana pasti ada Hanni.
" Hanni tadi kutinggal sama Haerin di tempat fotokopi. Aku mau tidur siang sebentar, berhubung waktu istirahat masih lama dan Miss Jisoo datang telat. Semalam aku habis begadang."
Danielle mengelus rambut Minji, merapikan beberapa helai yang kusut. Ditatapnya lekat-lekat gurat wajah perempuan itu. Garis hitam membayang di bawah pelupuk matanya.
"Kenapa kamu tidak ke UKS saja? Disini tidak nyaman dan berisik."
"Kalau aku tidur di UKS nanti kebablasan dan tidak jadi latihan debat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody to You [Husseyz Short Story]
FanfictionDanielle Marsh hanyalah seorang siswa SMA biasa yang pada suatu waktu menyadari bahwa ia menaruh rasa kepada salah seorang temannya, Kim Minji. Ia bimbang bukan kepalang ketika perasaan tersebut terasa semakin nyata dan ia acapkali salah tingkah saa...