9

5 0 0
                                    

"kamu kenapa?" Tanya Gabriel yang masih menggunakan setelan kantornya untuk menemui Gea. Setelah lelah berkeliling di mall Gea akhirnya memilih meninggalkan mall dan berjalan-jalan. Namun ternyata dia kesasar. Dia ingin mengunakan taxi atau Grab tapi takut karena maraknya kekerasan pada perempuan saat ini. Akhirnya dia memilih ke cafe yang ramai untuk menunggu Gabriel hingga selesai jam kantornya.  Karena dia merasa sedang di ikuti oleh seseorang.

" Ini semua gara - gara si brengsek itu. Kenapa aku harus bertemu dia di mall tadi. " Kesalnya setelah melihat Gabriel duduk

" Siapa yang kamu maksud ? Apa dia menyakiti mu?" Gabriel langsung berdiri dan memeriksa Gea, apakah ada yang luka atau tidak.

" Astaga Riel. Aku gak apa-apa. Hanya sedikit kesal karena dia menghina aku  " Dia menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Gabriel.
Gabriel akhirnya memilih duduk di samping Gea, daripada dia harus kembali ke tempatnya tadi.

"Siapa? Aku akan memberinya pelajaran karena telah menghina kamu"

"Astaga Riel. Kamu sudah seperti pacarku saja." Gea tertawa tanpa mempedulikan ekspresi Gabriel yang berubah.

" Kenapa tidak kita pacaran saja?" Tanya Gabriel

"Haha gak mungkin banget Riel "

"Kenapa tidak?"

"Kamu tahu, aku masih di fase patah hati jadi tak mungkin aku dengan mudah membuka hati" Gea berkata serius. Dia tidak ingin memberi harapan pada Gabriel atau laki-laki manapun nantinya sebelum dia benar-benar sembuh.

Karena akan menyakitkan menjalin hubungan dengan seseorang jika masa lalu belum kelar..

"Haha aku tau kok. Aku juga cuman bercanda."  Gabriel hanya tersenyum sambil menyeruput minuman Gea .

"Kenapa gak pesan sendiri sih" tanya Gea kesal.

"Sudahlah gak ada waktu lagi. Kita langsung balik aja"

Mereka akhirnya keluar dan menuju mobil milik Gabriel.

"Kenapa arah kita berbeda. Kan jalan villa ke sana " Gea menunjuk ke arah kanan karena Gabriel berbelok ke arah kiri.

"Kita balik ke rumah aku" Gabriel tetap fokus menyetir mobilnya

"Tapi kan..." Ucapannya terpotong

" Rumah bukan Villa Gea, karena mulai sekarang aku harus lebih sering mengunjungi proyek yang sedang aku kerjakan yang kebetulan lebih dekat dari arah rumah" Gabriel menjelaskan karena akan membutuhkan waktu sejam untuk sampai ke proyek jika dia memilih menetap di villa.

" Aku bisa tetap tinggal di Villa Riel. Aku tinggal di villa aja udah aneh dengan hubungan kita . Apalagi jika harus serumah" yang dia katakan benar. Akan terasa aneh jika seorang laki-laki dewasa dan perempuan dewasa tinggal serumah. Apalagi mereka bukan suami istri.

" Gak bisa Gea. Pertama Mark menitipkan kamu di aku. Aku tidak mungkin bisa bolak-balik villa buat memeriksa keadaan kamu. Kedua di villa semua pelayan sudah di tarik kembali ke rumah karena aku tidak lagi tinggal di sana. "

" Aku baik-baik saja . Aku bukan orang penyakitan yang harus di jaga . Aku sudah dewasa . Aku bisa menjaga diriku sendiri " kesalnya. Dia merasa seperti anak kecil yang harus selalu di awasi.

" Gea dengarkan aku. Ini semua demi kebaikan kamu . Mental kamu masih terguncang " Gabriel berusaha menenangkan Gea yang mulai marah-marah karna ucapannya tadi.

"Aku bukan orang gila sialan. Dan juga kita cuman teman. Jadi jangan terlalu ikut campur dalam urusan aku."

"TURUNKAN AKU DISINI " teriaknya dan berusaha menarik pintu mobil untuk membukanya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GABRIELA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang