•22 Oktober 2023
Happy Reading!
****
Mungkin bukan satu atau dua orang yang memberitahu Gibrel bahwa Anan bukanlah pria baik, hampir semua orang bilang seperti itu. Pria begajulan seperti itu katanya tidak pantas bersanding dengan Gibrel—malaikatnya SMA EAGLE 1. Namun, Gibrel tidak peduli. Ia hanya ingin mempertahankan kebahagiaannya. Tidak ada yang tahu bahwa Anan lah yang selalu melindunginya, orang yang selalu di garda terdepan tatkala ada yang menyakitinya.
Intinya, Anan amat sangat berarti baginya.
Tidak peduli latar belakang Anan seperti apa, ia akan menerimanya. Entah segelap apa dunia Anan, Gibrel akan selalu di samping Anan.
Jadi Anan, jangan mati, ya.
"Kenapa?" tanya Anan saat Gibrel menatapnya begitu dalam.
Entah apa yang ada di pikiran gadis itu. Namun Anan mengerti satu hal bahwa apa yang di pikiran Gibrel saat ini adalah tentang dirinya. Anan tidak ingin terlalu percaya diri, namun begitu mendengar perkataan Gibrel berikutnya, itu sudah menjelaskan semuanya.
"Apa pun yang terjadi, jangan mati, ya."
Anan menghentikan aktivitas makannya sejenak karena saat ini mereka sedang di kantin untuk sarapan.
"Manusia hidup itu untuk apa? Untuk mati, Rel. Semua manusia akan mati," jawab Anan.
Gibrel tersenyum simpul kemudian mengaduk makanannya tanpa berniat memakannya. "Aku cuma takut ditinggalkan, aku takut sendiri. Tanpa kamu, dunia aku gak aman."
"Tapi ada kalanya kamu kalo sama aku malah lebih gak aman."
Gibrel yang sedang menunduk sontak menaikkan pandangannya. Ia menatap Anan dengan pandangan yang pilu. Ia masih belum tau apa-apa tentang Anan. Ibarat dari angka satu per sepuluh, tidak ada 1 persen pun ia tahu tentang Anan.
"Kasih tahu aku tentang kamu, Nan. Semuanya, tentang duniamu."
Anan terdiam beberapa detik. Tidak lama setelah itu, bell masuk terdengar. Membuat Anan bernafas lega karena bisa menghindari pertanyaan Gibrel yang satu itu.
"Ayok masuk kelas," ajak Anan.
Gibrel menghela nafas lelah. Selalu saja begitu—mengalihkan pertanyaan. Ia berdiri disusul Anan. Kemudian membereskan mejanya.
"Gak usah, Rel, biar mba nya aja yang beresin."
Namun, Gibrel tetaplah Gibrel, ia tak mendengarkan dan terus membersihkannya tanpa mengatakan apa-apa. Jika sudah seperti itu, Anan tak berani berkutik lagi.
Setelah selesai, Gibrel melangkahkan kakinya dengan Anan yang selalu setia di sampingnya.
Saat Anan ingin menggenggam tangan Gibrel, Gibrel dengan sengaja melepaskannya. Terang-terangan menolak Anan.
"Kamu ke kelas kamu aja. Aku bisa ke kelas sendiri," ucap Gibrel kemudian meninggalkan Anan yang diam mematung sambil memandang punggung Gibrel yang perlahan menjauh.
Kemarin juga sifat Gibrel seperti itu. Dengan tegas menolak ajakan Anan yang ingin date dengan Gibrel. Alasannya ingin quality time bersama teman-temannya. Meski Anan tahu bahwa itu bukanlah sebuah kebohongan. Weekend kemarin Gibrel memang menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Tapi tidak biasanya Gibrel tidak menghubunginya sama sekali. Biasanya saat sedang bersama teman-temannya pun, Gibrel selalu menyempatkan untuk video call. Tapi kali ini tidak.
Anan tidak suka Gibrel mengacuhkannya. Anan ingin Gibrel menyayanginya. Mungkin Anan harus melakukan sesuatu agar Gibrel sedikit memperhatikannya.
"Nan, diem aja lu. Gak masuk kelas?" tanya lian yang sudah di samping Anan.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU DIE
Teen Fiction"Di dunia ini, tidak boleh ada yang menyakiti kamu sedikitpun." Anan berkata dengan tenang dan juga dengan aura ketegasan yang kental sembari maju tiga langkah mendekati Gibrel. Gibrel mengerutkan kening heran. "Kenapa? Kok gitu?" "Sudah hukum alam...