•7 Juni 2024
Happy Reading!
****
Anan membuka matanya pelan ketika sinar matahari masuk dari jendela. Anan mengerjap menyesuaikan cahaya. Anan memijat kepalanya yang terasa berat, ketika ia mencoba bangun, perutnya terasa sakit dan keram. Anan melihat lukanya. Ada bekas jahitan.
Siapa yang mengobatinya? Gibrel? Tidak mungkin.
Tiba-tiba saja Anan was-was. Memikirkan kemungkinan bahwa yang mengobatinya adalah dokter rumah sakit. Tidak boleh, tidak boleh ada yang tahu perihal kenapa ini semua terjadi. Maka, itu semua akan menjadi sebuah rahasia yang akan terkuak.
Ponselnya berdering. Langsung saja Anan merogoh ponsel tersebut di sakunya. Bukan, bukan ponsel yang biasa Anan gunakan untuk menghubungi teman sekolahnya atau Gibrel, melainkan sebuah ponsel khusus yang Anan gunakan untuk kepentingan tertentu.
Sebuah kontak yang bernama V meneleponnya.
"Apa?" Anan bertanya begitu ia mengangkatnya.
"Hei, kau tidak apa-apa? Semalam Grid mencarimu, ia berkata kalau kau terluka parah. Sekarang kau di mana? Katakan padaku, aku akan menjemputmu dan membawamu ke tempat yang lebih aman." V berceloteh panjang lebar.
"Aku tidak apa-apa, tidak usah khawatir, aku sendiri yang akan berkunjung ke sana, Ver," ucap Anan sembari memegang lukanya yang terasa nyeri.
"Kau benar tidak apa-apa? Kupikir dari suaramu itu tidak menandakan bahwa kau baik-baik saja. Kau bisa membohongi orang lain, tapi tidak denganku, Xavier."
Anan berdecak. Menggerutu dalam hati, Vernon tidak pernah menuruti perintahnya. "Sudah kubilang jangan panggil aku dengan nama itu. Kau tidak pernah mendengar. Sudah berapa kali aku katakan itu padamu. Kalau ponsel ini disadap, bagaimana? Kau ingin mendatangkan bahaya padaku?"
"Lihat, lihat, siapa yang kau maksud mendatangkan bahaya? Bukankah kau sendiri? Kau pikir, aku tidak tahu minggu kemarin polisi datang ke sekolahmu?" desak Vernon membuat Anan bungkam.
"Itu akan aku urus sendiri."
Di seberang sana Vernon mulai kesal dengan Anan. Sebenarnya, sudah dari dulu Vernon tidak menyukai Anan. Karena kedatangan Anan, membuat tuannya selalu menomor duakannya. Tentu saja Vernon tidak terima. Pasalnya, Vernon yang lebih lama bergabung di Reveelix.
"Bagaimana kau akan mengurusnya? Bukankah sudah aku bilang, kalau kau masih terus menjadi siswa, maka kau tidak akan aman. Tidak, aku tidak peduli tentang kau, tapi ini tentang markas kita. Kau ingin markas kita disergap polisi? Kau ingin membahayakan Reveelix? Setelah bertahun-tahun lamanya Bos membangun komplotan elit ini dan kau bocah ingusan tiba-tiba datang mengacaukan semuanya? Kau pikir aku akan diam saja? Pakai otakmu, Xavier. Jangan digunakan untuk bercinta saja. Kau tidak ingin gadismu kenapa-kenapa, kan?"
Anan mengetatkan rahangnya. "Tutup mulutmu, sialan! Jangan bawa-bawa orang lain. Ini urusan kita dan pekerjaan."
"Karena itu urusan kerjaan, maka aku tidak akan membiarkan kau bertindak seenaknya. Kau sudah menjadi kepercayaan Bos, jangan sampai kau menghancurkannya. Kau tahu, posisimu saat ini sangat diinginkan anak-anak lain."
Diinginkan orang lain?
Apa Anan tidak salah dengar?
Justru Anan sangat ingin ada yang menggantikan posisinya. Anan ingin menjadi seseorang yang tanpa masalah, seseorang yang melakukan aktifitas selayaknya orang biasa. Namun, sekali di pikirkan pun, itu sudah tidak mungkin. Hidup Anan jauh dari kata normal. Ia sudah terjun terlalu jauh ke dalam kubangan yang ia buat sendiri. Sesuatu hal yang tidak bisa Anan hentikan, sesuatu hal yang tidak ada ujungnya, terkecuali kematian. Ya, memang sudah sejauh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU DIE
Teen Fiction"Di dunia ini, tidak boleh ada yang menyakiti kamu sedikitpun." Anan berkata dengan tenang dan juga dengan aura ketegasan yang kental sembari maju tiga langkah mendekati Gibrel. Gibrel mengerutkan kening heran. "Kenapa? Kok gitu?" "Sudah hukum alam...