1. Initial Suspicion

54 8 0
                                    

19 April 2021

Halo semua. Akhirnya setelah melewati tujuh purnama aku update juga di cerita ini. Akhir² ini moodku lagi kurang bagus buat nulis, dan akhirnya aku stuck ke hal yang lain. Mohon maaf.

Fyi, chap ini panjang! Selamat menikmati chapter ini❤

Happy Reading!

****

Pria yang masih kisaran belasan tahun itu tampak mengejar seorang pria paruh baya di gang-gang sempit—di tengah malam. Pria paruh baya itu memiliki luka tembak di betisnya. Namun sepertinya hal itu tidak menggentarkannya untuk berhenti barang sedetik saja.

Dia sedang dikejar oleh malaikat mautnya sendiri. Bagaimana bisa ia berhenti?

Pria paruh baya itu menghentikan langkahnya dengan napas yang tak beraturan saat mengetahui bahwa di belakangnya sudah tidak ada lagi yang mengejarnya. Karena lampu gang yang ada di dekatnya, wajah penuh lebamnya akhirnya terpampang jelas.

Namun tiba-tiba kepalanya kena tendang pria yang kisaran belasan tahun tadi yang mengejarnya dari arah samping. Ia terjungkal ke arah tumpukan kardus di sampingnya. Tak berhenti sampai situ, pria muda itu menendang perutnya dengan keras—darah keluar dari mulutnya.

Tidak bisa. Ia tidak bisa melakukannya di area terbuka seperti ini, ini pemukiman warga. Akhirnya, ia membawa pria paruh baya itu pergi dari sana menuju ke sebuah bekas pabrik pembangunan yang sepi.

Pria muda itu menginjak luka tembak menggunakan kakinya membuat si empunya mengerang kesakitan.

"Kau masih ingin terus-terusan seperti ini? Jangan membuang waktuku. Cepat katakan, siapa yang menyuruhmu," ucap pria muda itu dengan dingin.

"Tidak ada yang menyuruhku. Aku melakukannya sendiri, Xavier," jawabnya.

Pria muda yang dipanggil Xavier itu tersenyum miring. Dia memperbaiki topi hitamnya, lalu mengenakan tudung hoodie-nya untuk menyamarkan wajahnya. "Oh, begitu. Jadi, kau menyusup di markas Reveelix dan menyerang anggota di sana lalu mengobrak-abrik tempat kami seakan sedang mencari sesuatu dan kau bilang itu atas keinginanmu sendiri? Pakai otakmu tolol! Kenapa? Kau mencari file-nya?" tanya Xavier.

Pria itu masih tetap bungkam. Xavier geram. Bengal sekali pria tolol ini. Dia membenci tipe orang yang sangat patuh pada atasannya, sangat patuh sampai memberikan nyawa pun mereka lakukan. Bodoh.

Xavier berdecak. "Kau rupanya tidak menyayangi nyawamu. Baiklah, aku tidak punya pilihan lain. Lagi pula, kau tidak berguna-berguna sekali. Jangan ucapkan selamat tinggal. Bye."

Xavier menarik pelatuknya. Menembak kepala dan jantung pria paruh baya itu. Tanpa dia pun, Xavier pasti akan menemukan kelompok itu. Tak selang beberapa lama, beberapa pria dengan pakaian hitam menghampiri Xavier. Tanpa kata, mereka membawa jasad pria paruh baya itu dan membersihkan tempat itu seperti semula. Tanpa sisa.

"Bilang pada bos, jangan salahkan aku. Gumilar memang pantas mati. Dia penjahat kelamin. Oh iya, satu lagi, bilang juga kalau aku ingin mengajukan cuti 3 hari." Setelah mengatakan itu, Xavier melangkahkan kakinya pergi meninggalkan tempat itu dan menuju dunia normalnya. Gadisnya.

****

"Jadi, kau bilang, kau dari tim khusus Kota Eagle? Namamu—Brill, dan—"

Pria yang usianya memasuki kepala tiga itu terkesiap. "Ah, nama saya Jun."

"Ada masalah apa ya, sampai-sampai Detektif dari unit terkenal ini mengunjungi sekolah kami? Ada yang bisa saya bantu?"

Brill mengangguk. "Kami mohon dengan sangat, ingin menanyakan beberapa pertanyaan kepada murid di sini. Kami sedang mengerjakan sebuah kasus pembunuhan, dan di TKP, kami menemukan bukti sebuah lambang sekolah SMA EAGLE 1. Bukankah itu lambang yang dipakai murid di sini?"

YOU DIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang