•7 Juni 2024
Happy Reading!****
Di sebuah mantion yang terlihat megah itu, terdapat beberapa orang yang berpakaian hitam sedang berdiri mengelilingi tuannya yang sedang duduk di sofa. Mereka semua berbadan tegap dan tidak sedikit di antara mereka yang memiliki tato di tubuh mereka, entah itu di tangan, leher, atau dada.
Jika yang lain memakai pakaian serba hitam, maka tuan mereka sendiri berpenampilan berbeda dari anak buahnya. Ia tidak mengenakan atasan, memamerkan otot tubuhnya yang terdapat luka sayatan di bagian dada. Sedangkan bawahannya ia memakai celana bahan yang terlihat ketat di bagian paha. Benar-benar seksi dan panas di waktu yang bersamaan. Padahal usianya sudah memasuki hampir lima puluh tahun.
Di kanan kirinya terdapat wanita yang berpakaian kurang bahan, dua wanita yang setia menggelayuti tubuh tuannya. Tuannya tampak tidak terganggu sama sekali, justru menikmati momen seperti ini sambil menyesap rokoknya dalam-dalam yang terkadang ia hembuskan asapnya ke arah dua wanita itu. Kedua wanita itu terkekeh alih-alih marah karena bisa saja asap itu membuat paru-parunya rusak.
"Baru kutemui presdir yang membiarkan karyawannya bekerja lembur seperti kuda sampai malam, sedangkan dirinya sendiri di sini sedang sibuk dengan para wanita di sampingnya," suara yang datang dari arah tangga itu memecah keheningan di ruang tengah mantion itu.
"Kalau kau mau, aku bisa pesankan untukmu sekarang juga, Vernon," balasnya.
Vernon menuruni anak tangga satu persatu, menghampiri tuannya dan mengambil duduk tepat di sofa samping pria itu.
"Tidak perlu. Cukup alkohol dan rokok yang jadi teman baikku sampai saat ini," ucap Vernon sembari mengambil satu botol alkohol di meja dan langsung menenggaknya. "Dan kau, Grid Zaxcerford Reveelix, apa kau sudah mengerjakan pekerjaanmu sebagaimana seorang presdir bertanggung jawab akan jabatannya?"
Tuannya—Grid Zaxcerford Reveelix, tersenyum simpul. "Kau tahu, aku tipe orang yang tidak akan bisa berleha-leha jika pekerjaanku sendiri belum selesai."
Grid memang tipe orang yang seperti itu. Memang tidak salah mendiang Kakaknya menyerahkan Reveelix kepada Grid. Bukan hanya cepat tanggap di lapangan, namun juga begitu pandai dalam mengambil strategi pemasaran di kalangan perusahaan-perusahaan properti yang ia jalani sekarang.
"Pantas saja Kakakmu menyerahkan perusahaan dan Reveelix ini kepadamu alih-alih kepada Xavier yang notabennya adalah putranya sendiri. Bukan hanya tentang umur yang membedakan kalian, namun di lihat dari sisi manapun, kau jelas jauh lebih unggul darinya. Xavier selalu bertindak impulsif, sedangkan kau selalu memperhitungkannya matang-matang," kata Vernon.
"C'mon dude, ini hanya titipan semata, pada akhirnya aku akan memberikannya juga pada Xavier. Dia memang keras kepala, tapi aku bangga padanya, dia mengingatkanku ketika aku muda dulu. Aku pernah punya mantan, dan aku juga sangat tergila-gila padanya."
Dua wanita itu mengerucutkan bibirnya kesal mendengar Grid membahas tentang mantannya. "Kau membahas mantanmu di saat kita ada di sampingmu? Keterlaluan," ucap salah satu wanita itu yang berambut blonde, sedangkan satunya berambut panjang hitam legam. Mereka berdua berlagak seperti dua insan yang paling tersakiti.
Grid berdecak. "Kau ini dibayar bukan untuk menggerutu padaku, Tikus Kecil. Pergilah, aku jadi tidak berselera pada kalian."
"Setidaknya berikan tambahan untuk kita yang telah kau sakiti perasaannya," ucap wanita yang berambut hitam, kemudian diangguki oleh si blonde.
Vernon terkekeh kecil melihat interaksi tuannya dengan jalangnya sendiri. Benar-benar hiburan untuknya yang sedang jenuh ini. Tapi, di usia tuannya yang mencapai lima puluh tahun itu, Vernon kadang heran, kenapa tuannya itu masih betah melajang sampai sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU DIE
Novela Juvenil"Di dunia ini, tidak boleh ada yang menyakiti kamu sedikitpun." Anan berkata dengan tenang dan juga dengan aura ketegasan yang kental sembari maju tiga langkah mendekati Gibrel. Gibrel mengerutkan kening heran. "Kenapa? Kok gitu?" "Sudah hukum alam...