3

372 16 2
                                    

Bima hanya menatap langit-langit ruang inapnya, setelah sadar dari obat tidur yang sempat dokter berikan.

Berharap yang Bima alami saat ini hanya lah mimpi buruk,  dan ketika ia bangun semuanya akan kembali normal

Kenyataannya ia harus menelan pahit keadaannya sekarang, yang pada dasarnya ini bukan mimpi melainkan hal yang sungguh nyata.

bagi Bima sekarang hidupnya sudah tidak ada lagi berarti, untuk sekedar pergi ke kamar mandi saja ia tidak bisa melakukannya sendiri ia masih perlu bantuan.

Bimantara  masih dalam keterpurukan yang membuat pikiran nya kosong,  ia terus menerus melamun, hingga orang tuanya di buat kewalahan pasalnya anak nya ini enggan makan walau hanya sesuap,

"Bima mau sampai kapan kamu tidak mau makan, ayo lah bantu bunda sama papa, untuk kerja samanya kalo kamu terus seperti ini gimana mau sehat kembali"

Ardi saat ini sangat bingung menghadapi Bima, yang menolak semua asupan yang ia terima semalan Bima masih terbaring dengan lemah, bahkan Bima sering drop Akhir-akhir ini.

Disaat malam tiba, Bima merasa ada sesuatu yang mendorong dari perunya untuk keluar,

Melihat kedua orang tua nya terlelap, Bima tak ingin mengganggu Arga dan Risa.

Bima terus berusah untuk bangun ke arah kursi roda, yang untungnya ada di sebelah ranjangnya, ia terus berusaha mengangkat kakinya yang masih tak terasa apa-apa, untuk turun dan pergi ke kamar mandi

Bima yang masih terpasang infus pada tangan nya juga harus memindahkan nya terlebih dahulu dan tak lupa selang keteter yang masi terpasang,

"Apa sih ini bikin hidup gua nambah ribet,
Gua harus bisa, gila hanya untuk pergi ke kamar mandi saja, masa gua gak bisa"

Bima terus merutuki dirinya, yang melihat dirinya tanoak selemah ini.

Dengan susah payah Bima terus berusaha karena perutnya semakin ingin mengeluarkan semua isinya, namun usahanya semua sia-sia, Bima malah terjatuh dari ranjangnya.

"Bodoh banget sih gua gini doang kaga bisa"

Yang tentu saja membangunkan kedua orang tua Bima, dan juga Bima yang tak bisa menahan kembali, memuntahkan semua isi perutnya ke lantai walau yang keluar hanyalah cairan bening.

Arga dan Risa terbangun, betapa terkejutnya mereka saat melihat bima yang sudah tergeletak di lantai lengkap dengan muntahan yang Bima keluarkan.

"Bima kenapa kamu bisa terjatuh seperti ini apa yang ingin kamu lakukan"

"Bima cuman ingin ke kamar mandi nda, tapi bodohnya kaki ini sangat menyusahkan dan gak ada gunanya"

Dengan tangan yang memukuli kedua kakinya, yang tentu saja aksinya ini di cegah oleh Arga

"Kenapa kamu tidak membangunkan bunda atau papah, kalo butuh sesuatu bilang kami siap membantu sayang"

Arga mengangkat Bima untuk kembali ke ranjangnya, Bima hanya bisa pasrah karena memang ia tidak bisa berbuat apa-apa,

"Kenapa Bima mual atau pusing"

Bima menganggukkan kepala, sebagai jawaban,

Paginya dokter memeriksa keadanya, dia bilang sudah saatnya Bima untuk melakukan semua beberapa tahapan terapi, karena sebelum tubuh Bima semakin terasa kaku akibatnya akan semakin fatal.

Kali ini Bima hanya bisa menurut semua yang sudah dokter katakan, karena kalau Bima menolak juga tidak akan ada gunanya memang ia membutuhkan semuanya untuk saat ini.

Setelah semua tahapan terapi Bima lakukan, Bima sadar untuk sekedar bisa berjalan baginya kini teramat melelahkan.

"Untuk sekedar jalan gua tidak mampu, apa gua bisa sembuh,"

Perkembangan Bima semakin hari semakin membaik hanya tinggal kakinya yang masih belum bisa berjalan, tapi setidaknya ia akan mulai membiasakan dengan alat ini ya itu kursi roda, yang  saat ini berguna untuk Bima

Bukan motor sport ataupun mobil mewah semua sekarang tidak berguna bagi Bima, karena untuk saat ini ia tidak bisa menggunakannya, semua fasilitas yang biasa jima gunakan semuanya tidak berarti lagi.

Bima juga harus merelakan semua aktivitas yang biasa ia lakukan seperti balapan nongkrong ataupun berkumpul di bengkel untuk nemodif motor atau mobil kesayangannya mereka.

Marisa mengemasi barang-barangnya dan milik Bima karena hari ini Bima di perbolehkan untuk pulang, sudah dua bulan di rumah sakit membuat Bima sangat bosan

Bima masih melamun diatas ranjangnya masih berusaha berdamai dengan keadaannya sekarang

"Bima, nda panggil perawat sebentar ya"

Bima tahu bundanya itu memanggil perawat untuk memindahkan dirinya ke kursi roda.

"Apa sih sekarang gua untuk turun dari ranjang sialan ini saja, butuh bantuan, gak guna banget loe hidup, kenapa gak sekalian waktu itu Gua mati sekalian" gerutu nya

Marisa yang datang dengan perawat pria itu segera menghampiri Bima, tida perlu waktu lama bagi perawat itu untuk memindahkan tubuh bima ke kursi roda

Kini bima yang sudah siap untuk pulang, dengan di dorong oleh sang bundanya menuju parkiran mobil, dengan sangat hati-hati Marisa membawa Bima

"Nda,, papa mana, kok gak dateng jemput Bima"

"Iya bim maafin papa sedang ada  meeting dengan klaen yang dari luar negri".

Setelah perjalanan yang menghabiskan sekitar satu jam untuk sampai ke rumah kediaman pradipta, yang katanya paling besar dan megah se perumahan ini.

Bima yang sudah masuk ke dalam kamarnya karena ia tidak ingin berlama lama di luar yang membuatnya malu di perhatikan oleh para pegawai keluarga Pradipta,

Marisa telah mencari perawat untuk Bima kare tidak mungkin ia selalu davbuat anaknya, Arga pun sama tidak akan bisa 24 jam menjaga Bima

Dengan menaiki taksi seseorang membawa tas besar yang mungkin isinya baju atau hal sematnya yang terlihat ia menggenakan seragam perawat.

Ting,,, bunyi bel yang berasal dari luar gerbang tinggi kediaman keluarga Pradipta

"Ya tunggu, dengan siapa ya?"

"Saya Bagas Angkara pak,,"

"Ada perlu apa kamu datang kemari"

"Saya da janji dengan Bu Marisa pak, saya perawat yang akan mulai bekerja di rumah ini"

Setelah pak Mamat menelpon majikan nya itu ternyata benar orang ini yang sedang di tunggu.

Tidak menunggu lama Bagas akhirnya masuk kedalam rumah, yang membuat dia ternganga, karena kemegahan dan kemewahan rumah keluarga Pradipta ini.

"Permisi ini dengan bagas apa ada  ibu risa"
Kebetulan sekali ada mbak yang sedang menyiram tanaman.

"Dengan siapa ya" tanya mbak Indah

"Saya bagas mbak, bu risa ada kan, saya sudah ada janji dengan beliau? "

Setelah sesi tanya bertanya dengan dengan mba yang ada di depan akhirnya bagas bisa masuk kedalam rumah yang kediama keluarga besar pradipta,

Cklek,, suara pintu terbuka menampakkan remaja yang tak lain ialah bima

"Loe........................"








Hayo penasaran ya?.............
Kira-kira apa bagas dan Bima saling mengenal,....









    

Anisah16



Bimantara Cakra Pradipta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang